Agama Islam: Untuk Memberdayakan dan Mengutuhkan Umat
Sejak awal mula berdirinya kehidupan di dunia ini, menurut al-Qur’an manusia itu berasal dari diri yang berbeda tetapi dengan satu keutuhan. Paling tidak sebuah bukti sudah ditunjukkan kepada kita, bahwa manusia yang dicipta pertama adalah yang bernama Adam, seorang laki-laki yang dicipta langsung oleh Allah. Kuat dugaan, karena dicipta langsung oleh Allah Swt maka manusia ini yang paling hebat yaitu: paling tahan fisik dan psikisnya, paling ganteng dari selainnya, sangat tahan untuk hidup dan tahan lama. Manusia berikutnya adalah bernama Hawa, ia dicipta setelah Adam, juga di surga, cantik dan tahan fisiknya lahir dan batin, pas kejadiannya dengan Pak Adam. Dari dua manusia yang berbeda jenis kelaminnya itu keluar manusia lain. Akan tetapi manusia lain ini tidak keluar di surga, melainkan keluar di dunia, lingkungan yang jelas berbeda dengan surga. Itupun berjenis kelamin berbeda, lahir berupa laki-laki dan lahir juga berupa perempuan. Jadi manusia yang lahir kedunia pertama adalah sebagaimana yang keluar dari surga pertama adalah seorang laki- laki dan seorang perempuan.
Dari Satu Umat
Walaupun baru dari satu kesatuan yang sangat kecil, sejak itu manusia itu sudah bisa hidup. Hidup dari yang benar-benar dari asal-usul yang berbeda. Mereka masing-masing menyandang titel yang nyata-nyata memang berbeda: pertama Pak Adam sebagai ayah, kedua Ibu Hawa sebagai Ibu, ketiga anak laki-lakinya sebut saja si Nang sebagai anak pertama, dan keempat anak perempuan sebut saja di Duk sebagai anaknya yang kedua. Benar-benarnya semuanya berbeda, perbeda dalam unsurnya, juga berbeda dalam kedudukannya. Namun, agama mengarahkan bukan untuk apa-apa berbeda itu, melainkan untuk satu maksud penting yaitu berta’aruf: menyatu, mengutuhkan diri bagi tercapainya suatu tujuan yakni terbentuknya satu umat yang kuat yang diikat dengan tali Allah. Mereka beragama sesuai dengan yang diatur Allah yaitu Islam, membentuk umat yang tunggal yaitu umat yang bersatu padu, dan bertuhan satu yaitu Allah Swt.
Dari keterangan di atas, manusia pada dasarnya berasal dari asal usul perbeda; pernah membentuk satu paduan karena arahan sang Pencipta memang begitu dan ditaati untuk menyatukan diri membentuk satu umat, beragama yang tunggal dengan ketaatan yang kuat dan utuh, yang menyembah Tuhan yang Esa yakni Allah Swt.
Sifat Batin Adu Domba dan Menipu
Jika dari asal-usul sebagai manusia itu adalah satu, membentuk satu umat, di bawah koordinasi Tuhan yang satu. Maka sifat asli penciptaan dan kehendak ajaran agama itu aslinya ada satu dan menghendaki suatu keutuhan. Karena dengan menyatu dan berpadu, umat itu kuat; memberdayakan. Secara ideal, seperti itulah manusia yang diminta berwujud di dunia oleh Sang Pencipta bagi kehidupan ini.
Itu tadi manusia awal, yang ideal, yang menyatu dan mengutuh, kuat, dan hebat.
Akan tetapi, manusia itu dalam perkembangan tumbuh dalam benturan dan hambatan kehidupan. Mereka tidak boleh kita lupakan, masing-masing membawa sifat batin yang tidak sedikit, yang tidak bisa disadarkan akan tidak terlalu mudah mengaturnya, yaitu sifat-sifat 11……. ….
Dari 11 sifat itu mereka mestinya diatur dalam suatu koordinasi yang mantap. Namun, dalam perjalanan kehidupan, mereka tidak selamanya berada di bawah koordinasi pembina dunia yang seperti Pak Adam dan Ibu Hawa. Rasul yang diutus kedunia berjumlah 25, yang jumlah asalnya adalah 315 orang. Selain masa yang di situ ada rasul, di dunia ada masa fatrah dimana kehidupan tanpa melalui pengarahan orang yang meluruskan dari suatu ajaran.
Pada masa-masa fatrah itulah, kehidupan itu bisa terlepas dari arahan sehingga memungkinkan di situ merajalelanya sifat adu domba manusia yang membawa saling bertikai, hingga menghina dan membunuh sesamanya yang sangat kejam. Di antara kejahatan dari sifat 11 itu mereka menipu sesama yang jelas mengarahkan ke arah perpecahan.
Sadar Plural dan Ke-Bhineka-an
Jalan terbaik adalah kembali mengingat perlunya mewujudkan persatuan, perpaduan, dan keutuhan. Karena tekad ini sungguh membawa kita ke arah kekuatan. Proses ke arah itu paling tidak bisa diwujudkan melalui tiga tahap. Pertama, memiliki tekad bersama untuk mengarahkan diri manusia ke satu keutuhan. Jika mengakui bahwa Allah adalah Tuhan segenap manusia, dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah mesti diikat dalam satu kesatuan umat Islam sedunia, karena semuanya sama bersaksi bertuhan Allah dan ber Rasul Muhammad saw. Kedua, selama menuju satu tujuan dan pengakuan ini maka dimana dan berasal dari mana manusia itu maka kita adalah masih bersaudara, harus menghargahi benar-benar nilai persaudaraan sesama umat Islam. Organisasi bisa berbeda tetapi selaki arahnya sama maka itu saudara kita, tidak mau dan tidak boleh kita mau dipecah-pecah oleh siapapun dan seperti apapun kekuatan itu. Ketiga, menjadikan salah satu atau beberapa negara menjadi contoh yang kuat untuk terwujudnya persaudaraan Islami yang dapat dicontoh oleh negara yang lain. Misalnya, Indonesia perlu berani menjadi negara yang besar dan memberi contoh atau teladan bagi mewujudkan seperti apa yang kita bicarakan ini.
Akhir kata, kesadaran hidup yang damai dan memberdayakan manusia tetap merupakan kata kunci yang perlu diperjuangkan hingga dunia ini kiamat. Dan upaya ini tentu bisa dimulai dari Indonesia (Erfan Subahar).
admin
0