Akhlak Karimah Terhadap Saudara

Hidup ini menurut keterangan kitab suci bukan hanya sekali dan hanya di dunia. Hidup ini mencakup dua negeri, yaitu negeri dunia dan negeri akhirat. Maka setelah hidup yang sekarang ini, yang tentu saja tiap-tiap manusia menikmatinya tidak lama, setelah memasuki alam kubur, akan segera disusuli dengan kehidupan yang sangat lama. Dari sudut hidup di dua negeri ini, maka persaudaraan di dalam hidup ini oleh Sang Pencipta, dikenelkan melalui ayat-ayat sucinya dalam kerangkan dua alam. Bahkan, persaudaraan pun akan mengait dengan konteks dua alam itu.

Maka itu, akhlak dalam bersaudara itu mesti dipegangi dalam kerangka akhlak, yang  bersam bung dengan hidup di dunia dan sekaligus akhirat.

Seperti apakah pegangan dalam berinteraksi pada persaudaraan menurut ajaran Islam itu?Di bawah ini disampaikan hal-hal berikut: 

  1. Bergaul dengan mereka dengan cara yang baik.

Jika mereka di bawah tangannya atau dalam pemeliharaannya, maka hendaklah ia diberi makan dari apa yang dimakannya, membebrinya pakaian dari apa yang ia pakai. (HR. al-Bukhari).

  1. Apabila mereka diberi pekerjaan, maka jangan berupa peker­ja­an yang mereka tidak mampu menger­jakan­nya.  (HR. al-Bukhari).
  2. Saudara tua yang laki-laki hendaklah berlaku terhadap adik-adiknya, seperti ayah yang mengasihi anak-anaknya (HR. al-Baihaqi).
  3. Saudara muda mestilah memposisikan saudara tua se­bagai orang yang dihormatinya.

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيْرَنَا

Tidaklah termasuk golongan kami, orang yang yang tidak mengasihi anak kecil dari kami dan tidak mengetahui hal orang yang lebih tua dari kami.” (HR. Abu Dawud dan al-Tirmidzi).

  1. Mestilah menyambung silaturahim dengan saudara(HR. Al-Bu­kha­ri dan Muslim), bukannya memutuskan tali per­sau­daraan karena perkara duniawi, misalnya karena masalah warisan dan lain-lain.
  2. Rasa cinta kepada suadara tidaklah menyebabkan untuk berbuat tidak adil kepada orang lain.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. (QS. An-Nisa’ 4:135).

  1. Mestilah dengan cara yang baik dan rendah diri tetap me­ng­ingatkan atau menasihati saudara kita untuk tidak berbuat yang maksiat (QS. Asy-Syuara 26:214-215).
  2. Tidaklah menjadikan saudara sebagai wali (pelindung), ji­ka mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا ءَابَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Hai orang-orang yanmg beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. At-Taubah 9:23).

  1.  Jangan berbangga-bangga terhadap saudar-sauadara yang mere­ka itu menentang Allah dan Rasul-Nya.

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا ءَابَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ

Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, atau keluarga mereka.” (QS. Al-Mujadalah 58:22)

Demikian setidaknya petikan mengenai konsepsi persaudaraan di dalam pegangan ajaran akhlak karimah. Konsepsi ini masih mengandung kemungkinan pengembangan lebih lanjut, dengan telah diketemukannya ayat atau hadis berkenaan dengan persaudaraan yang perlu di bina di dalam kehidupan (Erfan Subahar) 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *