Al Khidmah Kampus: Sosok dan Aktivitas
Mendekat dengan Rabb tidak hanya dilakukan oleh kalangan para penganut tarekat masyarakat luas. Tetapi, dapat juga dilakukan di kalangan pencari ilmu di kampus, tak terkecuali Kampus UIN Walisongo Semarang. Di Kampus ini, diam-diam namun intensip juga berjalan aktivitas tarekat di kalangan mahasiswa yang kita kenal dengan al Khidmah kampus. Pada organisasi tarekat yang dikelola oleh mahasiswa itu, walau baru beberapa tahun berjalan sudah ada aktivitas pertemuan bulanan yang diikuti dan dijalankan oleh kawan-kawan dari sejumlah mahasiswa, civitas mahasiswa, dan segenap jamaah dari lingkungan sekitar Ngaliyan.
Mahasiswa Plus
Di pelbagai perguruan tinggi di Indonesia, kini tumbuh jemaah dzikir al Khidmah. Di Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Semarang dan sejumlah kampus lain tumbuh terus Jemaah al Khidmah. Para anggota Jamaah al Khidmah mengorganisasi diri setahap demi setahap dan tumbuh di berbagai tempat di sejumlah kampus.
Mereka tumbuh oleh karena jemaah dzikir itu jelas manfaatnya. Menjalani aktivitas dzikir, seperti sering kita dengar dari para pemuka al Khidmah, tidak ada yang rugi. Malah dari aktivitas berdzikir itu, kita bisa terus meningkatkan prestasi demi prestasi diri dalam mengadakan pendekatan kepada Allah, yang dilihat dari sudut pahala mendapatkan pahala yang berlipat-lipat dari Allah Swt. Dan dengan melakukan dzikir berjamaah, di situ seperti disebutkan dalam sejumlah hadis, malaikat hadir– blusukan– menemukan orang-orang yang berdzikir bersama untuk dilipatgandakan pahala demi pahalanya seperti di dalam mengadakan kontak dengan Sang Pencipta. Majelis dzikir demikian dan seperti itulah gerangan sosok dari Jemaah al Khidmah Kampus. Dikaitkan dengan kampus, karena organisasi tarekat demikian, bergerak dan dikelola di dalam kampus yang memper luas diri dengan para civitas akademika, dan biasanya memberi kesempatan juga bagi keterlibatan masyarakat sekitar.
Manaqib, Al Qur’an, Shalawat, Maulidur Rasul
Setidaknya ada empat jenis dzikir yang dibaca dan disimak bersama ketika berlangsung suatu aktivitas majelis dzikir. Pertama, menyimak aktivitas sosok praktek dzikir tokoh. Tentu tidak hanya para sahabat yang kita baca manaqib atau biografinya dalam kitab-kitab salaf dan layak ditampilkan, sosok lain pun yang ditulis dengan bahasa yang menarik dan bernilai sastra tinggi layak juga kita tampilkan. Dari karya seperti itu banyak nilai dan makna hidup yang dapat dipetik oleh segenap peserta tarekat dalam rangka meningkatkan kesalihan individual dan sosial anggota dan ketakwaannya kepada Allah. Karena dari deretan para auliyak itu adalah Syekh Abdul Qadir al-Jilani yang termasuk karya monumental, biasanya pilihan terbaik selalu kita jatuhkan untuk memilih manaqib beliau. Sebab isinya berderet mutiara-mutiara kedekatan hamba Allah, Syekh Abdul Qadir, dalam mengadakan pendekatan kepada Allah Swt. Dari begitu dekat beliau kepada Ar-Rabb, sampai-sampai sejumlah karamah beliau dapatkan seperti kemampuan dawam wudhu dalam waktu panjang, bisa mendeteksi ucapan setan yang mengaku-ngaku diri sebagai Sang Pencipta yang membebaskan dosa, dan membolehkan memakan apa-apa awalnya diharam- kan, dan lain-lain.
Kedua, beberapa surah Al-Qur’an juga ditampilkan dalam acara. Selain yang terdapat di dalam aktivitas tahlil, surah-surah Al-Qur’an secara khusus juga ditampilkan. Di antaranya, biasa dipilih surah yang sudah dihafal bersama yaitu surah Yasin, yang biasanya dibaca sebelum secara khusus kita berkirim fatihah kepada orang-orang yang layak kita beri penghormatan dalam hidup ini, seperti para ahli tarekat yang terkenal, para sahabat, para leluhur kita, para guru, dan segenap muslimin dan muslimat yang telah meninggalkan dunia mendahului kita. Di sini, kita berkesempatan berdzikir dan sekaligus berdoa, selain untuk diri dan yang masih hidup, juga mengenal dan tulus mempersembahkan dzikir dan terbaik kita untuk kalangan orang- orang beriman dari generasi terdahulu (allatzina sabaquna bil iman), seperti yang diajarkan demikian oleh Al-Qur’an.
Ketiga, pembacaan shalawat. Pembacaan shalawat tidak sekadar dibaca sendiri, tetapi kita baca dan patrikan ke kalangan luas, dibaca secara berjamaah, yakni jamaah al Khidmah tempat aktivitas kita berlangsung. Ungkapan shalawat selain tertuang dalam dzikir khusus, lebih tampak lagi ketika kita membaca maulid Rasul saw.
Dalam aktivitas keempat dzikir al Khidmah, selain kepada yang hadir disimakkan shalawat lewat dzikir khas, juga ditampilkan dan sekaligus juga dipraktikkan pembacaan shalawat dalam bentuk ungkapan-ungkapan pilihan dalam bahasa sastra yang memiliki nilai pilihan sambil memapaikan soso tokoh panutan kita yaitu Nabi Muhammad saw. Penampilan sosok tokoh, manusia pilihan yang kelak diberi izin memberi syafaat kepada seluruh umatnya, di kesempatan ini kita tampilkan biografinya, sejak dari penciptaan Nur Muhammad, kelahiran beliau, penamaan beliau, kondisi dunia menjelang dan ketika beliau dilahir- kan, sosok beliau ketika menjadi Nabi, meminpin dunia, dan dalam melaksanakan risalah kenabian, semua dapat disimak dengan baik dalam bentuk yang sama aktif baik ketika peserta dzikir sebagai petugas maupun sebagai orang yang hadzir. Kita dibuat nikmat dalam majelis dzikir sampai tiga hingga empat jam duduk sambil mengubah-ubah posisi duduk ketika berdzikir.
Selain aktivitas dzikir, tentu ada aktivitas organisasi al Khidmah Kampus yang layak dipelajari. Yang belakangan ini, sambil duduk menjadi anggota majelis dzikir al Khidmah — yang mudah proses kesertaan kita di dalamnya — tentu ada banyak kesempatan kita mengetahui bagaimana aktivitas lengkap dari organisasi al Khidmah Kampus ini. Lebih lengkapnya, hal ini dapat kita pelajari baik dalam organisasi resmi kepengurusan juga bisa kita download informasinya dalam web al Khidmah. Sekian, semoga uraian ini bermanfaat (Erfan S).