Ananda … Bersiaplah Menjadi Pendakwah
Ayah tidak tahu persis, apakah catatan yang Ayahanda buat pagi ini akan bermanfaat nantinya apa tidak, saya tulis saja menjelang ulang tahun Ayahanda yang ke-59, pada 24 Juni 2015 besok pagi. Kepada segenap pembaca web, saya sebagai penulis tetap web ini mohon masukan bagi pengabdian saya ke depan. Untuk itu, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pembaca yang terhormat.
****
Ananda semua, ananda lahir jadi manusia lalu besar seperti sekarang dari sepasang ayah-ibu. Setelah ibu resmi dibuahi, lalu hamil, dan akhirnya melahirkan maka lahirlah manusia baru, Bani M Erfan Soebahar 4 orang, terdiri 3 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Masing-masing dari ananda lahir dalam keadaan fitrah, suci dan berpotensi. Pada tubuh nanda sudah diberi bekal oleh Allah Swr berupa dititupkannya ruh oleh Allah, sehingga dengan ruh yang ditiupkan Allah Swt mata atau penglihatan bisa melihat, telinga atau pendengaran bisa mendengar, otak pikiran bisa berpikir, lisan atau alat wicara ini bisa berbicara, hati bisa menikmati bisikan atas kebenaran atau keburukan, rasa kita bisa mencicipi suatu sifat, dan zat bisa tahu seperti apa rasanya dengan benar.
Tak terbayang ketika dulu, bahwa ananda akan menjadi orang dengan penampilan seperti yang sekarangg, sudah pintar-pintar, besar-besar, bisa menghormatkah atau (dan semoga tidak) durhaka (na’udzu billah itulah yang diinginkan oleh kedua oang tua kepada segenap anak-anaknya).
Eeh, begitu ananda sudah ada yang memasuki mahligai perkawinan, seakan kita ini seperti kaget. Akan tetapi, kalau dilihat dari sejak proses ananda lahir, baik kelahiran anak ke-1 (Bak Nia), ke-2 (Bak Naily), ke-3 (Bak Nora), dan ke-4 (Mas Nabiel) ayah dan ibu tidaklah kaget. Karena ananda menjadi pintar, juga besar besar, bisa jadi sudah terlihat ada yang alim, atau apapun, ananda ternyata “tidak langsung jadi seperti keadaan yang sekarang ini, tetapi di dalam proses ternyata ada juga peran ayah-ibu” yang telah membekas dalam diri anak yang membawa anak kita menjadi kita seperti kondisi yang sama dialami sekarang ini.
Kondisi perlu kian mandiri
Namun, ketika ananda telah besar dan menjadi dewasa seperti yang sekarang, ternyata tidak mudah juga ya orang tua ananda untuk terus mengarahkan langsung agar anada menjadi orang di dalam kehidupan, taruhlah seperti menjadi ofrang yang matang dalam bergaul, matang dalam berilmu pengetahuan yang mesti dikuasai, plus juga matang dalam menjadi umat yang berdaya, setidaknya dalam ber-imtaq (iman dan bertakwa), sebab sifat manusia dengan nafsunya begitu suka hal-hal antara lain sbb:
1- berkeluh kesah, tidak stabil atau tenang
2- mengingkari kebenaran, sukar memaklumi sesuatu yang dihadapinya
3- sombong, tinggi hati, yakni sukar menjadikan dirinya rendah hati
4- ingkar, suka menutup diri terhadap kebaikan, sukar menjadi diri yang pandai bersyukur.
5- mencari-cari kesalahan, memata-matai, dll
Dari situ, orang tua menyadari tidak akan bisa sepenuhnya mengontrol anak-anaknyanya untuk menjadi anak hebat via pendidikan di semua tingkah gerak gerik dan perilaku anak-anaknya.
Oleh karena itu, kami ayah dan ibu dengan rendah hati mengajak semua anaknya yang empat orang plus cucunnda, juga anak menantu untuk melakukan tugas berdakwah. Yaitu tugas untuk membawa diri sendiri dan juga lingkungan kita seperti anak-anak, para cucu, segenap masyarakat, serta juga bangsa ini menjadi lebih baik dan semakin baik ke arah seperti berikut ini.
Sama Berdakwah di Jalan Allah
Ayo, semua Bani Erfan — juga silakan dari pembaca — nanda bersama Ayah dan Ibu, ikut berpikir dan sekaligus berdakwah, berjuang di jalan yang telah disiapkan oleh Allah swt di dalam kehidupan. Cara yang dapat ditempuh adalah melalui dua salurah yang sudah sama kita kenal dengan dua metode berikut:
1- mulai berdakwah pada diri sendiri. Menyadarkan diri kita bahwa ketika kita ini lahir selain diberi penglihatan, pendengaran, lisan, pikiran, juga rasa. Allah juga meniupkan ruh dan daya (rasa, nikmat, dan zat) yang dengan itu kita dapat melihat benar, mendengar benar, bicara benar, berpikir benar, dan merasakan hal-hal dengan benar. Tetapi manusia juga diberi nafsu, yang untuk dikendalikan dan diarahkan untuk memperhebat diri bukan menjebloskan diri. Itu semua modal, kalau salah urus kita bisa dipengaruhi nafsu diri, sehingga diri ini menjadi setan bukan pejuang, seperti ikut-ikut grombolan pencuri, pencopet, kawan jelek, pemain kartu, narkoba, dan menjadi penipu atau pembohong.
- Berdakwah ke luar diri. Stlh bekal diri yang baik di atas diarahkan kepada yang baik-baik, bukan ikut nafsu, maka diri ini bisa berda ya dan tentu dapat memberdayakan orang banyak via dakwah dari diri kita. Dakwah ke luar ini adalah berupa:
a- membawa anggota keluarga kita (juga besok-besok orang tua kita ketika sudah sangat sepuh besok) ke jalan terbaik sesuai dengan pesan ajaran dari Al-Qur’an dan hadis.
b- ikut membenahi lingkungan kita agar lebih baik, dengan suka mengajak kepada kebaikan, ikut menjadi contoh diri yang bisa diteladani lingkungan.
c- tidak memberi contoh jelek lingkungan dg sikap diri yang malas, suka tidur saja (dengan alasan lemas karena berpuasa), tidak suka membantu orang tua agar ringan bebannya, suka kasar dan tidak menghormat orang tua, berpakaian yang tidak menutup aurat, menyontohi makan minum dengan tangan kiri, suka belanja boros tetapi kurang suka memberi belanja yang menjadi hak pasangannya, malas ketika datang adzan untuk menunaikan salat, sukanya mencari cela orang tetapi tidak pernah memperbaiki diri, suka menunda-nunda tugas (ujian sekolah, tugas akhir, suruhan keluarga), tidak jelas apa disiplin diri dan kebiasaan baik diri sehari-hari, dan lain-lain.
Metode Dakwah
Kalau sudah disepakati, maka berikut ini antara lain bahan yang mesti dijalani di dalam dakwah kita. Menurut tuntunan Al-Quran dalam berdakwah itu bisa dilakukan dengan memakai 3 cara sbb:
1- Dakwah bil hikmah: sikap bijak, mempengaruhi tapi tidak sampai membuat orang sakit hati, luwes tidak kaku dan pas/pantas;
2- Dakwah dengan Mau’izhah Hasanah: nasihat, cerah, ungkapan canda tapi disuka, kisah, cerita, dll.
3- Dakwah dengan Mujadalah: (bila perlu) dengan berdebat tetapi dengan cara yang terbaik, tepat taktik, dengan cara bersiasah
Mohon Pertolongan
Mari kita mohon pertolongan kepada Allah agar kita dianugerahi kekuatan untuk menjadi orang yang mampu berdzIkir atau ingat diri terus bahwa kita ini diketahui Allah Swt dalam semua gerak gerik kita, pandai bersyukur atas kejadian diri ini yang selain ada kekurangan juga punya banyak kelebihan bahkan keistimewaan, serta membuat bagus diri dan lingkungan, yaitu via berdakwah. Semoga dengan berdakwah seperti telah dipaparkan di atas kita akan terus berdaya menjadi orang hebat.
Salam Ayah, yang sangat menyayangimu beberapa jam menjelang hari lahir Ayah yang ke-59. Doakan ya Bapak/Ayah/Abah diampuni dosanya oleh Allah, selalu sehat wal’afiyah, panjang usia dalam dedikasi terbaik yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, dan bersama keluarga dapat memperoleh Lailatul Qadar dan berkah rezeki terus sejak th 2015 ini, Amin. (Erfan Subahar, 23 Juni 2015)