Mewujudkan Kesyukuran Lebih “Kongkret” Dalam Simbol Pengabdian (1)
Bersyukur bisa menjadi mudah dengan banyak berlatih melakukan perilaku-perilaku itu dalam perbuatan sehari-hari. Atau melakukannya melalui aktivitas-aktivitas mingguan, atau aktivitas bulanan, atau aktivitas tahunan. Atau seperti apapun waktu aktivitasnya nya. Asalkan ia dilakukan secara melatih kebiasaan itu secara reguler, sehingga menjadi kebiasaan yang mudah kita melakukannya. Namun, begiitu aktivitas itu diunda melakukannya, maka ia akan menjadi sulit untuk mendongkrak kemajuannya, sekalipun terkadang hal dimaksud sebenarnya bisa kita lakukan. Hal ini tidak terkecuali berbuat kesyukuran berupa naik pangkat, seperti karir fungsional akademik.
Naik Jenjang Golongan
Pada masa pengabdian dimulai di tahun 1987, begitu gesit badan ini menulaikan tugas-tugas baik administratif maupun akademik. Sebagai manusia yang mulai sadar pentingnya hidup mengabdi kepada agama, bangsa dan negara, maka pilihan mengabdi mengamalkan ilmu di perguruan tentu adalah pilihan yang cukup meyakinkan akan manfaatnya. Setalah melalui tes yang prosedural, pelatihan, dan memperoleh wejangan-wejangan yang penting dari banyak pimpinan, maka melakukaan kerja-kerja harian, dapat dilakukan dengan gesit. Apa pun yang ada di hadapan kita sebagai tugas harian, dihadapinya dengan benar dan baik serta jika itu berupa tugas yang wajib ditangani maka ia dilakukannya sampai benar-benar selesai, dan mayoritasnya dapat berjalan seperti diharapkan dengan selalu selesai tuntas. Baik itu berupa tugas harian mapun tugas mingguan, atau bulanan. Bahkan, apa yang berupa tugas dua tahunan, seperti kenaikan pangkat atau golongan, maka tugas-tugas yang merupakan hak dan kewajiban sebagai tenaga penting di negara ini, maka hal itu kita melakukannya dengan benar dan baik sesuai dengan aturan dan prosedur yang kita tempuh.
Sebagai tenaga edukatif, baiak yang ditunaikannya itu berupa tugas berat atau pun tugas yang ringan ditunaikan, mesti disundul-sundul saja dengan pikiran mantap dan secara dirasa ringan, dilaksanakannya semua sehingga: yang belum wujud menjadi berwujud dan yang kita garap pada umumnya, sesuai dengan apa yang diharapkan.
Namun, ternyata tidak semua hal yang mestinya dibiasakan yang mulai lalai kita dapat proses pembiasaan itu lalu kita tunda. Nah, pada sebab penundaan kebiasaan iru yang mestinya menjadi mudah ditunaikan lalu menjadi hal yang sulit dikerjaan. Jelasnya, penundaan dapat berdampak menjadi sulit dipecahkan.
Kesiapan Menambah Aspek di Publikasi Internasional
Dari sekian tahun mengabdi ternyata pada diri saya dialami hal yang belum pernah saya alami sebelumnya, tapi ini mestinya cepat ditindaklanjuti karena bukankah ia tandangan yang sebenarnya bisa saya selesaikan. Akan tetapi, ada kekhilafan pribadi yang disebabkan karena saya menundanya untuk dilakukan pada waktunya dahulu dan tidaklah dengan cara menundanya. Misalnya, di dalam soal kepegawaian atau PNS tenaga edukatif dimana seharusnya saya dulu-dulu menjadi mudah menunaikannya. Persoalan pokoknya, adalah soal kenaikan pangkat atau golongan yang mestinya sudah selesai ditangani pada tahun 2014, lalu ditunda karena kesibukan lain, sehingga menjadilah tantangan yang mestinya tinggal fokus ke situ, berkonsentrasi ke situ, lalu menyelesaikannya dari waktu ke waktu. Dengan hal yang semacam ini, mestinya saya bisa di tahun 2014 itu.
Lalu, dengan cara pemalingan pada kesibukan lain, maka problema itu beralih fokus kepada fokus sekadar mengajar dan pengabdian. Kenaikan, menjadi lama tidak dipikirjan. Fokus dan konsentrasi ke situ lalu menjadi hilang.
Energi, menjadi terkuras habis untuk menyeleaikannya di tahun-tahun pasca 2014.
Dan benar-benar menjadi semakin menumpuk untuk diselesaikan pada tahun 2021 ini.
Menantang: Masa Tidak Muda, Bisakah?
Jawaban tetap dicari. Saya tidak akan menjawab ini melalui kata-kata. Pada usia yang sudah di kepala enam ini, saya membatasi diri untuk hanya berbicara. Karena hidup ini bukan hanya berjanji. Melainkan dengan cara menjalani janji yang harus dilaksanakan dan juga dinikmati.
Saya mencoba menulaikan apa yang dirasakan oleh diri yang sudah tidak lagi muda.
Maka saya mencoba menjawabnya dengan melakukan sesuatu, apa saja ya:
1-Surat-surat terkait mulai saya kumpulkan semua
2-Karya-karya yang pernah kubuat dilengkapi.
3-Mereka yang dulu membantu merekap saya kontak kembali.
4-Mengumpulkan apa yang layak saya kumpulkan.
5-Berhasilkah usaha ini: ada sejumlah pihak yang berkait di dalam realisasi ini. Dilanjutkan menulisnya insya Allah.