Beragama: Untuk Kemantapan Hidup di Dunia dan Akhirat

Segala puji adalah bagi Allah Swt, yang atas iradah dan rahmat-Nya manusia dicipta dan dijadikan seperti yang wujud sekarang, yang untuk keberhasilan, semuanya diberi bekal tuntunan hidup yang sahih yaitu agama. Keadaan itu bukan saja untuk kehidupan yang sekarang, bahkan sejak awal penciptaannya, manusia sudah diberi gambaran kehidupan, mana hidup yang benar dan baik serta layak dijalani supaya beroleh bahagia yang berdampak surga dan mana pula yang tidak  boleh dijalani karena akan menyebabkan mereka bernasib hina yang berdampak neraka. 

 

Selamat dunia dan akhirat 

Dari gambaran kisah Adam dan Hawa yang pernah hidup di surga sebelum turun ke dunia, ada rekam jejak kehidupan keagamaan yang dapat kita petik. Pertama, bahwa pada dasarnya manusia dicipta Allah dari jenis laki-laki dan perempuan lalu mereka dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku dengan tujuan untuk saling ta’aruf; saling mengenal, berinteraksi, saling tolong melalui kehidupan bermasyararakat, sosial keagamaan, atau hidup bernegara. Intinya untuk terwujudnya hidup sejahtera bahagia di dunia dan di akhirat.

Kedua, pada kehidupan di akhirat manusia beroleh contoh konkret untuk dipraktikkan dalam kehidupan dunia namun untuk dunia sifatnya terbatas sedang untuk akhirat berlangsung tanpa batas.

Ketiga, model hidup di akhirat yang dapat diterapkan di dunia adalah seperti hidup sejahtera dan damai, hidup benar dan baik serta bermanfaat berpedoman agama, dan hidup bertuhan yang Maha Esa dengan beriman dan bertakwa, beramal shalih secara istikamah, dan mewujudkan kehidupan yang kompak yaitu tidak berselisih atau bercerai berai, yang jauh dari pengaruh iblis yang menyesatkan dan menjerumuskan manusia ke lembah hina dan celaka. Ada model sejahtera, adil, makmur, dan bahagia di surga yang secara relatif bisa diwujudkan di dunia.   

Dari ketiga rekam jejak itu, maka hidup di akhirat sebelum ke dunia dari Pak Adam dan Bu Hawa, memberi makna, ada pelajaran bagi manusia jika ingin hidup mantap di dua alam atau dua negeri di dalam kehidupan ini paling tidak adalah:

  1. Yakin secara haqqul yakin bahwa setiap manusia mesti hidup di dua alam/negeri, yaitu hidup di alam (negeri) dunia dan hidup di alam (negeri) akhirat. Negeri akhirat itu sudah ada dan pernah dihuni oleh manusia pertama sebelum mereka menjalani kehidupan di dunia.
  2. Keberhasilan hidup di dunia dicapai dengan beribadah, berikhtiar dan berdoa secara terus menerus selama menjalani kehidupan di dunia. Dan prestasi dari kehidupan di dunia menjadi sebab diperolehnya kehidupan nyata di akhirat. Dunia adalah alam ikhtiar dan akhirat adalah alam pahala. 
  3. Model kehidupan sebelum yang nanti di akhirat adalah seperti panggung sandiwara yaitu; di dalamnya manusia berkesempatan untuk saling berlomba satu dengan yang lain menuju perolehan kebaikan terbanyak melalui perilaku ikhlas, atau saling berkolaborasi atau bekerja sama yang kompak dalam kehidupan sosial keagamaan atau kemasyarakatan. Dalam permainan dimaksud, ada suasana lebih unggul dan ada juga tipuan. Dari situ, manusia harus senantiasa belajar agar selamat dari tipuan duniawi seperti mengikuti bujuk rayu setan.
  4. Ada sejumlah ilmu yang perlu dicari untuk keberhasilan kehidupan yaitu: (1) Bidang Akidah, (2) Bidang Ibadah, (3) Bidang Mu’amalah, (4) Bidang Akhlak, (3) Kisah Umat Masa Lalu, (4) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan lain-lain. Klasifikasi ini bisa berbeda dilihat dari sudut ayat-ayat Quraniyat dan ayat-ayat kauniyyat dalam ilmu Allah Swt.

Semua itu terkait dengan upaya atau ikhtiar bagi mewujudkan kehidupan yang selamat di dunia dan di akhirat.

 

Belajar bagi Kehidupan Mantap

Untuk memperoleh kehidupan yang mantap maka belajar ilmu pengetahuan adalah jalan yang mesti ditempuh oleh siapa pun yang menginginkan keberhasilan di dalam hidup di alam raya sekarang, dalam rangka bersiap diri untuk menjalani kehidupan abadi di alam (negeri) akhirat nanti. Yaitu, kehidupan yang abadi yang sempurna yang di dalamnya disediakan surga bagi mereka yang telah melakukan amal-amal shalih ketika berada di alam dunia, sesuai dengan petunjuk agama bagi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Masa mencari ilmu ini memang terbatas bagi setiap menusia, sesuai dengan ketentuan yang hanya hanya Allah Swt yang Maha Tahu tentang batas-batasnya (Erfan Subahar).   

 

 

    

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *