Berziarah Ke Sejumlah Walisongo di Wilayah Jawa Timur (1)

Walisongo yang dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa abad ke 14 posisinya berada di seputar Pulau Jawa. Tempatnya menyebarnya berada di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa.  Pertama, di Lamongan, Tuban, Gersik, dan Surabaya untuk di Jawa Timur. Kedua, di wilayah Demak, Kudus dan Muria untuk di Jawa Tengah. Dan Ketiga, di Cirebon untuk wilayah Jawa Barat. Kawan-kawan LSIS ‘Lembaga Studi Sosial dan Islam Semarang’ pada tahun 2018 ini bepergian dengan mengambil tempat di Jawa Timur.

Pada wilayah itu, untuk dalam konteks pengembangan ditambahkan dengan dua tempat ziarah yakni ke Kiai Khalil Bangkalan Madura dan Kiai Abdurrahman Wahid di Jombang Jatim.

 

Dimulai dengan Sunan Bonang

Pertama kali, ziarah diawali dengan berziaah ke Tuban. Yaitu ke Makam Sunan Bonang. Sunan Bonang itu disebut juga dengan Makhdum Ibrahim. Beliau adalah putera Sunan Ampel, atau keturunan Nabi Muhammad saw yang ke dua puluh tiga. Beliau keturunan Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, yaitu putri Adipati Tuban Arya Teja.

Makbarah beliau berada di perkotaan. Tepatnya, dari Masjid Jami’ Tuban, kita tinggal menempuh jalan sekitar 0,5 km sebelah selatannya. Di situlah beliau sekarang berada bersama sejumlah kuburan umum yang masih dicakup di wilayah perkotaan di Tuban. 

 

Pola Dakwah
Ada beberapa hal yang dikenal dalam konteks kekhasan dakwah putera Sunan Ampel itu. Seperti apa pola dakwah beliau?

  1. Berdakwah melalui kesenian. Beliau berdakwah selain melalui pendidikan yang menebar ajaran keislaman, juga dikenal dengan pola khasnya. Yaitu menarik para pengikutnya melalui kesenian. Misalnya, beliau mengubah Suluk dengan yang lebih menarik, dan menggubah lagu antara lain Tombo Ati, yang cukup menarik untuk selalu diucapkan dalam keseharian umat mukmin.
  2. Selain berdakwah dengan melalui menggubah lagu-lagu yang asyik dilagukan, beliau juga melakukan pembaruan di dalam peralatan gamelan. Misalnya pada gamelan jawa, beliau memasukkan rebab dan bonang. Pada pondok dan laborat yang ada pada pondok yang beliau tangani, pada saat sekarang masih banyak yang beliau tinggalkan untuk disaksikan pada segenap pengunjung.

Waktu 1-2 Jam Cukup

Berziarah ke Makam Sunan Bonang, bisa langsung melalui pintu makbarah, langsung ke makbarah beliau. Dan selesainya, bisa salat di Mushalla khusus. Kemudian, bisa menyempatkan diri melihat peninggalan beliau baik kesenian maupun perangkat dakwahnya sekaligus.

Sebelum sampai ke bagian parkir, pada pengunjung atau zairin bisa melintasi sejumlah pakaian cantik dan sejumlah oleh-oleh lain termasuk tempat makan yang umumnya diperlukan oleh para penziarah (Erfan Subahar).  

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *