Catatan Menjelang Tutup Tahun 2014
Sejak September sampai Desember 2014 ada sejumlah catatan yang layak dicatat di web kita ini. Setidaknya ada 9 peristiwa yang sudah berjalan di depan kita:
Syukurlah kita sama sehat bugar
1- Indonesia punya presiden merakyat. Satu hal yang layak disyukuri oleh seluruh rakyat Indonesia, bahwa sejak 20 September 2014, kita sudah memiliki presiden dan wakil presiden baru. Presiden pilihan rakyat, dari kalangan sipil, lahir dari Bumi Pertiwi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Presiden Ir H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, demikianlah kita sebut presiden dan wakil presiden. Keduanya berpendidikan produk Indonesia. Presiden Jokowi Jebolan Fakultas Perkebunan UGM Yogyakarta yang ada di Pulau Jawa, sementara Wapres adalah jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makasar yang ada di Pulau Sulawesi. Kedua tokoh ini sama melek dunia bisnis nasional dan internasional, langkahnya lancar dan cepat; jelas visinya; jelas bahasanya; jelas prestasinya. Bahasanya dengan dengan semua rakyatnya, juga bagus dalam berbagasa Inggris.
2- Ada ungkapan manis dalam melihat persaingan tokoh politik. Dari Pilpres dan Wapres, keluar ungkapan manis dan indah yang pas untuk nuansa ketimuran. Sahabat dalam bersaing di Pilpres dan Wapres. Ungkapan ini meluncur secara trampil dan tepat dari lisan pemenang pemilihan presiden, atau presiden terpilih Indonesia, Joko Widodo. Jika dalam pemilu-pemilu sebelumnya selalu terdengar ungkapan-ungkapan yang gagah (maklum pre- siden), tetapi pada pemilu presiden kali ini banyak kita dengar ungkapan-ungkapan ramah, yang elegan, jauh dari menyakitkan lawan. Sebagai rakyat yang tahu agama, kita rasanya seperti menerima kata-kata yang meluncur dari lisan dan hati orang yang beragama; jauh dari angkuh, sombong, kekajon, dan semisal itu.
3- Indonesia punya catatan kreatif dan dinamis menghadapi dunia. Kalau mengenal dunia bisnis, lebih-lebih sudah malang-melintang di dunia itu, bergaul akrab adalah kata kunci. Negara lain adalah mitra kita, yang dengan saling mengenai baik, negara besar pun seolah sama dalam bermitra. Mereka walau disebut besar pada dasarnya juga punya barang dan butuh barang orang lain. Paling tidak dalam konteks dunia, mereka butuh batik Indonesia yang kelas-kelas harganya serta motifnya sangat kaya. Kalau tidak banyak hasil lautnya, dalam waktu yang tidak lama bisa mengimport dari Indonesia, belum lagi hasil-hasil alam Indonesia yang melimpah. Makanya begitu punya kesempatan berbicara di Forum G-20, Indonesia dapat lancar berbicara dan mulai mendapat respons internasional. Makanya tidak berlebihan kalau majalah Time menempatkan Presiden Jokowi di peringkat ketujuh dalam tararan internasional, di atas Presiden Obama.
4- Indonesia sudah mulai menampakkan eksistensinya lebih aktif. Tanda orang berjiwa kaya, mukanya ceria, sahabatnya banyak, dermawan, menyenangi dan disenangi pergaulan baik nasional maupun internasional. Maklum, Indonesia kekayaan alamnya saja 17.000 pulau; terbanyak se-dunia. Muslimnya, juga terbanyak se-dunia. Penduduknya, juga terbanyak keempat di dunia. Bahasa Indonesia [eeh, ….. hati-hati kalau bicara] terbanyak juga dipakai di Indonesia. Sampai catatan ini dibuat, saya belum tahu persis apakah 17.000 pulau itu sudah punya nama semua atau baru tahu jumlahnya.
Tentu layak diusulkan di sini, kalau saja 17.000 pulau itu sudah diberi nama, catatan ini punya usul, bagi nama-nama baru perlu diselamati dengan penyembelihan kibas-kibas baru. Tentu bukan untuk dibuang ke laut, melainkan dibuat sate, gule dan thengkleng, untuk keselamatan rakyat Indonesia. Semua rakyat boleh nyicipi – kalau cukup, paling tidak nyicipi dari jauh, seperti orang haji mencium hajar aswad dengan kecupan tangan dari tempat mulai tawaf.
5- Perhatian kepada maritim, menyegarkan kembali kehebatan masa lalu. Saya termasuk yang setuju, urusan kelautan dan perikanan dipegang oleh wanita yang banyak bicara, banyak bekerja, dan banyak promosi soal hasil laut dan perinanan itu. Baik udang, lopster, ikan tuna, ikan kakap; atau mutiara, batu karang, batu-batuan lain, rumput laut; ataupun beragam hasil laut kita, semuanya perlu diceburi, dan sekaligus dipromusikan di dalam negeri dan juga ke luar negeri. Biar dibilang, bahwa ikan dan hasil laut Indonesia jauh lebih baik dari lainnya, karena lautnya belum tercemari apa pun. Ada baiknya, para penganggur terpelajar diajari trampil berenang dan menyelam di air tawar dan air asin yang berdaya tahan tinggi. Kuat berjam-jam berenang, tahu dengan jenis-jenis bahasa dan mengatasi segala bahaya di perairan. Kita bisa berhasil di urusan air ini, dengan tampa kecelakaan yang memalukan. Mari memulai lagi di sektor ini, ingat bangsa Indonesia punya “darah biru” dalam hal ini, yang tentu sudah sangat ketagihan di bidang ini.
6- IAIN Walisongo memilih pimpinan fakultas. IAIN Walisongo, yang sejak November 2014 sudah memilih dekan lima fakultasnya, pada hari Senin, 1 Desember 2014, sudah melantik para wakil dekannya. Dengan begitu, maka baik Falultas Dakwah (FD), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Fakultas Syari’ah (FS), Fakultas Ushuluddin (FU), maupun Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), semuanya sekarang sudah memiliki pimpinan untuk lima fakultasnya.
7- UIN Walisongo: Penandatanganan SK dan kiprah ke depan. Dengan ditandatanganinya SK UIN Walisongo oleh presiden maka ikhtiar menjadi UIN yang telah dipersiapkan sejak tahun 2003-an menjadi kenyataaan. Dengan telah dideklrasikan menjadi UIN (Universitas Islam Negeri), maka ilmu yang sejak lama selalu dikhotomi akan dapat dikompakkan menjadi satu kesatuan yang utuh, yang memberi rahmat kepada alam semesta baik lokal, regional, nasional maupun internasional. Istilah unity of sciences menjadi milik bersama. Maka kiprah ke depan, kita tinggal menjadikan renstra dan program yang dibuat dijadikan realitik. UIN tidak boleh lagi dalam rasa IAIN, UIN mesti menjadi UIN yang berselera nasional dan internasional. Kiprahnya tinggal berjalan dengan lancar dan terus ke depan.
8- Politik Bergejolak: PPP dan Golkar. Partai berlambang ka’bah ini dari sekian lama sejak berdirinya, baru ini terlihat bergolak. Yang dulunya terlihat begitu akrab, saking akrabnya menjadi tahu banyak hal tentang dirinya sendiri, pada tahun 2014 ini bertengkar dengan saudaranya sendiri. Dunia perpolitikan Islam, terlihat bergolak. Walaupun sudah memiliki jalan islah untuk berbagai perbedaan, rupanya jalan islah yang dulu menjadi triknya itu, sekarang sudah kurang dirasakan menggigit. Rumah besar, masihkan akan menjadi rumah bersama bagi partai ini ataukah tidak, belum sepenuhnya terjawab di awal Desember 2014. . Ternyata tidak hanya PPP yang bergolak. Partai pohon yang biasanya melindungi sekian besar anggotanya itu, tak lepas dari pergolakan sengit.
9- Keuangan: Berjalan Seret. Keuangan sejak bulan April 2014 berjalan seret. Sejak apa yang sudah menjadi hak kita seperti tunjangan guru besar, atau pelatihan PLPG yang sudah ditangani dan selesai tugasnya, tidak lancar penerimaannya. Bahkan, sertifikasi istri saya di Kemenag Semarang nyaris hanya terima janji demi janji, sudah lebih setahun ini tidak kering-kering janjinya, belum sempat diterimakan di tangan. Kapan ya kerja cerdas tanpa lambat gaji menjadi kenyataan yang terus menyenangkan para pengabdi di republik ini? Masih kita tunggu realisasinya. Semoga yang terakhir ini, dengan telah berlanannya pemerintahan baru segera menjadi kenyataan dalam distribusi kesejahteraan bagi segenap bangsa Indonesia, yang tak lain dari penguhuni di NKRI ini.
Sekian, selamat menyiapkan libur di akhir tahun 2014. Mari segera menyambut dan tekun bekerja, dimanapun kita berada: di rumah tangga kita masing-masing, di tempat kerja dan atau institsi tempat kita mengabdi, di organisasi, di tempat-tempat ibadah, dan di masyarakat, di negara NKRI. Berhentilah kita bertikai, karena bertengkar itu tidak ada manfaatnya. Kita sambut amaliah yang terbaik bagi diri dan sesama, semoga sukses (Erfan Subahar).