Dakwah kepada Kebenaran dan Model Dakwah Bolo-Bolo Setan
Dakwah di kalangan umum kebanyakan baru dikenalkan dengan satu pengertian, padahal sebenarnya dakwah itu tidak hanya satu arti. Misalnya yang umum dikenal bahwa dakwah berarti ajakan, penyampaian, dan seruan kepada jalan kebenaran. Maka dengan mendengar dakwah, di pikiran kita banyak tertuju kepada dakwah para Nabi, dakwah para alim, dakwah para guru, dan dakwah yang umumnya baik-baik yang mengarahkan orang kepada sadar mengaji, ikut pengajian, membahas satu topik Al-Quran atau Hadis. Ya, kepada segala sesuatu yang disuka dan diridhai oleh Allah Swt dan Rasulullah. Begitu didapatkan hal yang mirip dengan itu tetapi menuju kepada keburukan, kepada jalan sesat, maka kita sering terkaget-kaget, padahal itu juga dakwah namun dalam artian tidak seperti yang kita kenal selama ini.
Di Al-Qur’an misalnya, selain dikenal dengan dakwah kepada kebaikan juga diperkenalkan kepada kita tentang dakwah setan. Yaitu dakwah, yang pesannya tidak menyeru kepada kebaikan melainkan menyeru kepada kemungkaran, keraguan, kesesatan. Dengan itu, mestinya kita perlu tahu ada dakwah kepada kebaikan dan ada dakwah kepada kesesatan. Apa yang disebut dakwah kepada kemungkaran? Seperti apa saja dakwah model yang kedua ini?
Dakwah Setan
Dakwah setan itu juga dengan melalui aktivitas mengajak, menyampaikan, serta juga menyeru tetapi bukan kepada kebaikan, melainkan kepada kemungkaran.
Model Dakwah
Dakwahnya ada anasir jahat, senantiasa mencoba untuk menjauhkan manusia dari jalan Allah. Setan akan membakar setiap potensi jahat manusia sehingga menjadi kobaran kedurjanaan yang menjadi sebab tertutup mereka dari cahaya Ilahi. Al-Qur’an menjelaskan ungkapan setan, “Pasti akan kusesatkan mereka (manusia) dan akan kukobarkan angan-angan kosong kepada mereka: dan aku akan menyuruh mereka memotong telinga binatang ternak dan mengubah ciptaan Allah. Siapa pun yang yang menjadikan setan sebagai teman selain Allah, dia akan menderita kesesatan yang nyata.“ (QS. Annisa [4]: 119).
Penyesatan setan yang jelas adalah penyimpangan iman. Hal ini karena menyekutukan Allah atau tak mempercayai Allah adalah induk segala dosa, membawa kebajikan yang dilakukan tak ada nilainya kelak di akhirat. Hal ini karena kebajikan tidak pernah diniatkan dalam rangka pengabdian kepada Allah Swt.
Selanjutnya, setan mengobarkan hasrat yang jika dilacak secara kritis ternyata jahat atau palsu. Muslihatnya dapat berupa prasangka buruk siapapun, termasuk kepada Sang Pencipta. Setan sering membisikkan ke telinga manusia bahwa orang yang di luar diri dan kelompoknya adalah jahat, sehingga manusia terjerumus kepada permusuhan yang tidak pernah selesai.
Kepada Tuhan, setan akan meniupkan berbagai gagasan sesat tentang-Nya. Misalnya, ketika manusia kalut, setan hadir berdakwah bahwa Tuhan telah menyia-nyiakan dan tak berlaku adil kepadanya. Jika perasaan ini dipelihara, orang bisa tidak lagi percaya Tuhan, putus asa, sehingga bisa nyaris bunuh diri.
Sementara itu, yang dimaksud dengan memotong telinga binatang ternak pada ayat di atas adalah mengacu kepada kebiasaan klasik, yakni mempersembahkan binatang kepada sesembahan, yang sebelum dipersembahkan, ternak itu dipotong telinganya dan tidak boleh dikendarai.
Pada era sekarang, dakawah setan ini tidak murni dilakukan oleh setan. Karena yang menjadikan ragu manusia itu dari kalangan jin dan manusia, maka tidak sedikit sekarang manusia yang berdakwah persis cara dengan dakwah setan. Bentuknya tidak saja berupa ceramah, model-model yang mirip dengan itu, bisa saja itu lewat iklan, promisi yang menggiurkan, juga ungkapan-ungkapan manis yang menyesatkan.