Dua Kisah Anugerah Allah kepada Hamba yang Dicinta-Nya

Dalam kehidupan sesungguhnya banyak pelajaran yang dapat kita lihat jika kita menyempatkan diri belajar dari pengalaman. Misalnya, pelajaran yang Allah Anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya, yang melalui ujian yang diberikannya dalam kehidupan lalu dia dianugerahi rezeki yang melalui tangannya dapat menjadikan orang lain tertolong kesihatannya. Dan hal demikian ini sebenarnya terjadi hanya atas kehendak Allah Swt.

 

Mengobati Setelah Dibutakan 

Ada dua nama yang saya hadirkan sebagai contoh orang yang dianugerahi Allah Swt demikian. Pertama, Pak Kabeta di Makassar. Dia pernah mengobati dua anak wanita saya yang ketika masih kecil dahulu, di tahun 1992 pernah menderita amandel. Padahal menurut dokter anak kami itu bisa dioperasi setelah dia nanti berusia minimal 10 tahun.

Dapat dibayangkan bagaimana kesulitan orang tua menyarikan solusi. Ketika itu adiknya baru berusia 7 tahun sedang kakaknya baru usia 8 tahun. Maka berarti masih kurang 2 tahun untuk bisanya diobati, padahal sakitnya sudah diderita sehari ke sehari. Sangat sukar dia bernafas. Sering terengah-engah. Kasihan sekali, apabila kita melihat kesulitannya ketika bernafas.

Saya pada waktu itu baru studi lanjut S2 di Makassar, hijrah bersama anak-istri dengan empat orang anak. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah, melalui sababiyyah Pak Kabeta, anak saya diobati melalui tangannya dan sembuhlah penyakit anak kami yang dua orang puteri kecil-kecil itu. 

Konon Pak Kabeta, melalui sumber dari kawan kami yang dia tidak ingin disebut-sebut namanya. Pernah sakit hingga buta selama dua tahun. Namun, pada suatu malam tatkala dia mau berwudhu, didatangi oleh seseorang yang di situ dia mengabarkan: bahwa dengan berwudhu yang baik dan jika anda dapat melakukan nya, Allah selain dapat menyembuhkan penyakit mata buta anda dan suka menolong proses penyembuhan mata anda mata anda akan disembuhkan Allah sehingga bisa melihat kembali dan anda memberikan pengobatan kepada seseorang. 

Nah, orang itu selain disembihkan penglihatannya, masih dianugerahi rezeki oleh Allah Swt berupa diberi kemampuan mengobati orang dari tangannya.

 

Memijat Saraf Setelah Sakit Maag Lama

Jika yang pertama sakit hingga buta selama dua tahun. Maka yang kedua, dia sendiri sakit maag sampai delapan bulan tidak sembuh-sembuh. Orang yang kedua, bernama Abdul Jalil. Di kampungnya, atau di desa Butoh, Magelang, orang di sana biasa memanggilnya dengan nama Embah Jalil itu. Kini, dia banyak mengobati orang-orang yang datang ke kampungnya. 

Seperti yang pertama, dia diberi sakit dahulu oleh Allah. Karena sabar, ikhtir demi ikhtira pun dilakukan. Untuk Pak Abdul Jalil ini, dia sering mencoba-coba sendiri mengurut tubuhnya sebagai wahana mengobati dirinya. Lalu dirinya sembuh. Dan dicobakan apa yang menjadi sembuh bagi dirinya, ditularkan cara mengurutnya kepada anak-anaknya, dan ternyata dapat menyembuhkan. 

Ternyata, dibalik pengalaman ikhtiarnya ketika sakit dahulu sekarang dapat mengobati banyak orang dalam pelbagai penyakit yang terkait dengan: “Bahwa bila orang itu lancar peredaran darahnya maka orang itu tertolong kesehatannya oleh Allah Swt.”

Kata Pak Jalil, “Piyambake pikantuk pitulung Allah Swt.”

Pemilik tangah, yang bisa mengemik-emik seperti mengetik ini, dianugerahi kemampuan Allah. Dapat mengobati yang menghantar pada tertolongnya penyembuhan penyakit.

Pelajaran di atas, dapat menghantarkan kita lebih arif pada apa-apa yang berisi ujian Allah Swt bagi para hamba yang diiringi dengan ikhtiar dan sabar di dalam mengatasinya. (Erfan Subahar).    

   

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *