Islam: Agama Perubahan dan Kemajuan

Islam adalah agama yang diturunkan untuk kehidupan yang berhasil. Proses pencapaiannya berdasarkan ikhtiar dan doa, melalui perubahan dan berjalang maju selangkah demi selangkah. Kondisi ini tidak akan mencapai hasil optimal kalau sekadar dengan cara mengajarkan materi Islam langsung, tetapi lebih berkesan bila dilatarbelakangi peristiwa berkesan yang timbul dari sikap terbaik dari penyampainya. Dari kesan umum atas sikap itu, Islam dimulai, lalu melakukan perubahan untuk kehidupan, sehingga dicapai kemajuan dalam peradaban. Maka sejak awal diturunkan ke tengah kehidupan, agama ini selain memiliki ajaran yang konsisten untuk mengubah umat yang suka membaca (mengamati, belajar, dan berpikir), juga menyiapkan umatnya menjadi khaira ummah (yang maju dan unggul).

 

Figur Al-Amin

Dalam keadaan umat yang kritis di bidang etik (jahiliyah), Muhammad saw datang sebagai teladan. Pribadi, yang diramal dalam Taurat dan Injil akan menjadi Nabi umat akhir zaman, meneladani lingkungannya sejak kecil. Dari situ, sekalipun kaumnya begitu merosot akhlaknya, cacat moralnya, ia sedari kecil sudah berpredikat al-Amin ‘dapat dipercaya’. Dengan sosok begitu, diam-diam seakan ia sudah berdakwah bi al-hal, menanamkan kebaikan bagi sesama melalui prilaku. Dari sehari ke sehari, ke seminggu, ke sebulan, sampai bertahun-tahun, Muhammad saw tetap konsisten dengan berperilaku baiknya. Sifat jujurnya, membuat lingkungan sekitar dan orang banyak sama mempercayainya, baik dalam bertransaksi, ketika diminta menjadi penengah bagi lingkungan yang mencari solusi hajar aswad yatuh bersama ambruknya ka’bah akibat banjir, serta memimpin para remaja yang memecahkan problem moral melalui Hilful Fudhul. Dalam semua perilaku berkesan itu, sikap yang konsisten begitu berpengaruh dalam rangka membawa materi keislamanan nanti yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

Sifat al-Amin merupakan sikap yang ditampilkan oleh Muhammad saw, sejak kecil. Ketika menjadi Nabi, ia terus dibawa dan dimilikinya sejak awal kerasulan, baik ketika menjalankan missi kenabian, ketika menghadapi persoalan, hingga akhir hayatnya. Ternyata kesan pribadi yang tak lain dari integritas diri dalam kehidupan ini, lebih mewarnai penampilan, sebelum kecakapan dan kecerdasan seseorang muncul. Bahkan, sebelum di belakangan, seseorang diberi perintah suka membaca, dan lalu menulis.

 

Berakhlak Mulia: Indikator Kemajuan Umat

Akhlaq adalah buah dari iman. Perilaku baik yang diaktualkan dalam perbuatan sehari-hari yang dibiasakan, yang menyatu dengan kepribadian seseorang; menjadi kebiasaan refleks dari perbuatannya. Dengan mengulang ulang memberi secara tulus, seseorang layak disebut dermawan. Begitu juga, orang yang terus membekali diri dengan suka belajar hingga perilakunya menyatu dalam kebiasaan sehari-hari menjadikan pelakunya disebut pelajar. Disebut-sebut dengan mahasiswa, kalau seseorang duduk di perguruan tinggi, yang sehari-harinya dia menekuni belajar dan terus memperhebatt diri hingga unggul.

Tak jauh juga dengan seorang karyawan. Dia disebut demikian, karena dari sehari ke sehari, dirinya selalu berkarya dengan baik secara terus menerus selama 7-8 jam. Jadi, berkarya adalah sudah menjadi sikap yang menyatu dalam diri sang karyawan itu. Perilakunya sudah layak disebut menyatu dengan akhlaknya, sebab dilakukan dengan pengulangan-pengulangan yang banyak sehingga menyatu menjadi kebiasaan otomatisnya tanpa dipikir-pikir lagi.

Suatu perbuatan atau perilaku, yang dilakukan dengan pengulangan yang cukup, tidak sama dengan yang hanya sedikit pengulangannya. Dan jelas tidak sama dengan yang tidak pernah diulang-ulang; dan jelas sangat berbeda perilaku yang tidak pernah dilakukan sama sekali. Perbuatan yang sudah berulang-ulang dilakukan, sudah menjadi indikator suatu yang membawa unggul dari diri orang itu.

Islam, yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, adalah agama yang menghargai aktualitas seseorang. Baik yang dikerjakan orang itu tergolong ibadah mahdhah seperti salat, mengeluarkan zakat, serta; ataupun ghairu mahdhah seperti bekerja di kantor, berdagang bagi kehidupan yang dikerjakan dengan yakin, tekun, dan tulus, maka amaliahnya itu dikategorikan sebagai ibadah. Bahkan perbuatan itu ditekel sebagai amaliah ibadah yang disukai oleh Allah Swt.

Nabi Muhammad saw bersabda,

 Innallaha Yuhibbu al-‘Abda Idzaa ‘Amila ‘Amalan an Yutqinahuu

Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang melakukan amaliah (amal/pekerjaan), yang dilakukan dengan ketunan tinggi dan penuh kesungguhan.

Islam dalam gambaran hadis di atas menyukai umat yang melakukan amal-amal perbuatan yang dilakukan dengan tekun serta bersungguh-sungguh.

 

Membaca dan Mengubah

Untuk maksud mengarahkan umat kepada kemajuan itu, maka menjadi jelas bahwa sejak awal Nabi Muhammad menerima wahyu, perintah membaca diturunkan pertama-tama dalam kehidupan. Firman Allah Swt dalam al-‘Alaq, ayat 1-5 memerintahkan umatnya untuk membaca dan melakukan pembacaan.

Tugas membaca yang diperintahkan ayat di atas, adalah membaca ayat-ayat Allah yang sudah tertuang di dalam Al-Qur’an sebagai ayat-ayat Qur’aniyah, ataupun juga ayat-ayat Allah yang tertuang di alam semesta sebagai ayat-ayat Kauniyah.

Dengan memperbanyak membaca, maka banyak data serta fakta yang akan didapat, sedang data dan fakta itu banyak ilmu yang akan diperoleh. Padahal ilmu itu adalah suatu cara untuk dapat melakukan dan menyelesaikan sesuatu di dalam kehidupan ini bagi mengubah mental atau mengubah sesuatu yang asalnya belum bisa menjadi bisa, dari sudah bisa satu hal menjadi semakin pandai dan akhirnya unggu. Maka dengan memiliki ilmu banyak perubahan diri ke arah optimalisasi potensi dalam dilakukan. Jadi, perubahan adalah aktivitas yang dikehendaki memperolehnya di dalam ajaran Islam oleh segenap pemeluknya di dalam kehidupan ini.

 

Ajaran Kemajuan, Bukan Penyebab Permusuhan

Ada ungkapan minor yang muncul ke kalangan luas, bahwa kalau menganut agama (Islam) kita mesti ketemu permusuhan. Coba kita lihat, di kalangan tokoh-tokoh agama kita temukan saling bertengkar antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. “Memang yang seperti ini tidak terlalu banyak, tetapi yang demikian itu khan ada di dalam kenyataan?” ungkapnya.

“Kita lihat juga dalam kehidupan bernegara atas partai-partai Islam?” ungkapnya. “Khan sejak dulu, mereka tidak pernah memperhebat diri hingga menjadi partai besar, dan itu berlaku di mana-mana, termasuk di Indonesia?” tambahnya.

Keluhan di atas, tentu berdasarkan realitas yang ditemukan di lapangan. Umat Islam ditemukan belum sepenuhnya tergalang kesatuan dan kepaduannya menjadi suatu kekuatan. Yang terlihat, ada organisasinya, tetapi kemajuannya serasa jalan ditempat, karena hati-hati pelakunya banyak pecah (wa quluubuhum syatta)

Padahal, dilihat dari sudut nash ajaran yang kita miliki, Al-Qur’an dan Hadis sama mengarahkan pemeluk-pemeluknya untuk hidup maju. Kemajuan bisa diperoleh, menurut Al-Qur’an adalah dengan cara mengubah diri baik dalam mentalitas, ikhtiar, maupun mempermantap motivasi melalui langkah-langkah kegiatan nyata, yang tumbuh maju serta doa-doa. Sebab, Allah Swt sudah menegaskan, “Bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri yang berusaha untuk mengubah nasib dirinya [melalui ikhtiar dan usaha]” (Q.S. Ar-Ra’d: 11).

Sasaran tepat sebagai langkah dinamik muslim adalah siap berubah. Mengubah dari mental stagnan dengan bermental maju. Dari mental selalu pasrah menjadi suka berikhtiar bekerja keras, dan bekerja cerdas. Dari hanya melihat diri sendiri, jadi suka membaca pengalaman pihak lain yang maju, lalu menjadi tergerak dan terus maju bekerja menuju yang terbaik bagi diri dan sesama. Dari dulu suka bermusuhan, melangkah ke bisa menahan diri, mengendalikan diri bagi dicapainya kemajuan.

 

Agenda Perubahan dan Kemajuan

Dari pembahasan di atas, maka sebenarnya banyak agenda yang layak dipertimbangkan dalam agenda 2015 ini dan seterusnya, karena kemajuan yang berangkat dari ikhtiar perubahan di antara muslimin bisa variatif. Ada yang sudah begitu jauh memiliki kemajuan di satu bidang, namun yang lain masih jauh tertinggal. Sekadar membuat daftar agenda awal, ada sejumlah kegiatan yang layak dibuat bersama bagi kemajuan umat ini ke depan, misalnya agenda berikut:

1- Mengkaji Al-Quran dan Hadis: menguak dasar-dasar pokok kehidupan keluarga tangguh, rumahtangga sejahtera dan bahagia, kehidupan keluarga sukses dan tahan uji, cara pandangan keluarga muslim kaya dan mulia, dll.

2- Membangun persatuan, kebersamaan, dan infrastruktur muslim: yang kuat, tangguh, bermasa depan, dll.

3- Membangun Khaira Ummah: yang konseptual, trampil, tahan uji, dan berdaya tahan andal

4- Membina pendidikan dan pelatihan: yang terencana, terus diperkuat,  terus direvisi, dan tidak angkuh, dll.

Akhirnya, mari melakukan langkah-langkah kreatif dan innovatif bagi umat Islam mulai dari periode januari 2015. Jangan lagi tertinggal terus dari orang lain. Berhenti hanya sekadar menghukumi ini-itu dengan haram, atau membid’ah-bid’ahkan sesama Islam, jika intinya hanya ingin berdebat dan menjauhi kerja produktif dan membangun kehidupan khaira ummah. Bagaimana dengan pembaca kita ini??? (Erfan Subahar).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *