Islam dan Kehidupan Keluarga
Pagi ini 26 Agustus 2013, di RRI Programa 4 Semarang diisi Cahaya Imani. Prof Erfan, Ketua MUI Kota Semarang, menyajikan topik “Islam dan Kehidupan Keluarga.” Setelah sedikit menguraikan Islam uraian diarahkan ke membahas ke soal keluarga.
Sebagai paparan menarik, ketika itu diangkat suatu contoh kehidupan keluarga. Uraiannya dipetik dari anekdote kehidupan keluarga dalam Al-Qur’an. Yaitu ajaran tentang “pengalaman kehidupan agama yang kompak”. Selain dianut oleh kedua orang tua, ayah dan ibu secara konsisten, agama juga dilakukan oleh anggota keluarganya. Anak-anak dan cucu, juga melaksanakan agama bersama keluarga. Tak ada yang meremehkan ajaran ini. Ajaran agama benar-benar dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh ketulusan. Tokoh idealnya, adalah keluarga Nabi Ya’qub r.a., yang juga diteladani oleh mendiangnya Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ishaq a.s.
Dalam melaksanakannya, bukan hanya dari aspek ritual. Melainkan juga sampai kepada etikanya dalam kehidupan. Mau ke sekolah atau ke kantor, dilakukan dimulai dengan pamit sambil berjabat tangan. Hal begitu, dilakukan juga ketika mohon izin pergi; menampakkan diri ketika baru pulang; dan ketika mau melaksanakan aktivitas yang lebih luas manfaatnya, keduanya sempat diberi tahu. Dapat disimak lanjut, aktivitas keluarga dalam sejumlah karakter: kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab. Kesemuanya tampak berlangsung secara konsisten di sebuah keluarga. Terbaca jelas, bahwa hal itu adalah tanda-tanda kekompakan keluarga di dalam pelaksanaan kehidupan agama.
Agama dalam keluarga muslim memang berlangsung hangat. Ayah, Ibu, anak-anak dan keturunan merupakan suatu unit kecil. Keluarga menjalankan agama dalam hidup keseharian secara istikamah, konsisten. Makanya Islam berlangsung nyata dalam kehidupan keluarga, yang manfaatnya bisa dirasa dalam kehidupan bermasyarakat hingga ke tingkat kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari keluarga, beredar manfaat bagi kehidupan dalam lingkup yang lebih luas. Dari keluarga, bergema kehidupan manfaat bagi kalangan yang lebih luas.
Dari kutipan keterangan di atas, maka Islam dalam kehidupan keluarga bukan hanya merupakan ajaran untuk dipahami, melainkan merupakan aktivitas yang berlangsung secara konsisten seiring dengan pelaksanaan aktivitas hidup sehari hari. Maka menakala aktivitas keagamaan berlangsung, atau aktivitas keseharian akan dilangsungkan, dari bibir seorang muslim mesti mulai dengan ungkapan Bismillahirrahmanirrahim. Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jadi, kita mulai apapun dengan mengatasnamakan Allah dalam semua aktivitas kita (Erfan Soebahar).