Hadis Ke-4a Tentang Tingkah Laku Terpuji dan Tercela (1)

Dalam studi mengenai akhlak, ada dua kelompok tingkah laku yang dikenalkan kepada kita, yaitu tingkah laku terpuji (akhlak mahmudah) dan tingkah laku tercela (akhlak madzmumah). Tingkah laku terpuji dipelajari untuk secara terus menerus dilakukan di dalam kehidupan, sedang tingkah laku tercela dipelajari yang biasanya dengan menelaah pelajaran dari pengalaman kesalahan pihak lain dipelajari untuk bisanya ditinggalkan. Dua hal tentang tingkah laku ini dapat dipelajari dengan melihat ungkapan-ungkap an langsung dari Nabi saw, yang ditunjukkan dalam hadis Nabi saw berikut ini.

 

Teks Hadis dan Terjemah

1- Dalam hadis riwayat Nawwas bin Sam’an berikut ini disebutkan tentang apa yang disebut dengan orang baik itu? 

(عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَا نَ الانْصَارِيِّ قَالَ سَأَ لْتُ رَسُو لَ اللهِ صَلَّى الله عليه و سلم عَنِ الْبِرِّ وَ الاثْمِ فَقَالَ الْبِرُّ حُسْنُ الْخَلْقِ والاثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَ كَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ النَّاسُ (أخرجه مسلم

Dari Nawwas Ibnu Sam’an r.a. dia berkata, Saya pernah bertanya kepada Rasul saw SAW mengenai mengenai apa itu kebajikan (al-Birr) dan dosa (al-Itsm), maka Rasulullah saw menjawab: “Kebajikan adalah akhlak (budi pekerti) yang baik, dan dosa adalah sesuatu krentek atau getaran di dada Anda, sedang getaran itu tidak Anda sukai bila ada orang lain yang mengetahuinya.” (H.R. Muslim).

2- Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud disebutkan tentang perilaku jujur seperti berikut ini.

 

عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمِ إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَهِ صِدِّيْقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُوْرٌ وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِوَإِنَّ الْعَبْدَ  لَيَتَحَرَّى الكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا (أخرجه مسلم

Artinya: Dari Ibnu Mas’ud r.a. dia berkata, Rasul saw bersabda, “Sesungguhnya perilaku benar atau jujur itu baik dan sesung-guhnya kebaikan itu menunjukkan jalan ke surga. Dan sesungguhnya seorang hamba yang selalu bertindak jujur akan dicatat oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu perilaku jahat dan kejahatan itu menunjuk jalan ke neraka. Dan seseorang yang selalu bertindak dusta sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta (H.R. Muslim).

3- Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, disebutkan tentang perilaku berbuat baik kepada tetangga seperti berikut ini.

عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِا اللهِ وَالْيَوْمِ الْاخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ لْاخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْاخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا  أَوْلِيَصْمُتْ (أخرجه البخاري دب)

Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, Rasul saw bersabda: “Sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka tidak boleh mengganggu tetangganya. Dan sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya. Dan sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau [kalau tidak begitu] hendaklah dia diam (H.R. al-Bukhari).

4- Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, yang ditakhrij al-Bukhari disebutkan tentang prilaku buruk sangka berikut ini.

عن أبي هريرة عن النّبي صلّى الله عليه وسلّم قالقال رسول الله صلى الله عليه وسلّم  إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ اْلحَدِيْثِ وَلَاتَحَسَّسُوْا وَلَاتَجَسَّسَوْا وَلَاتَحَاسَدُوْا وَلَاتَدَابَرُوْا وَلَاتَبَاغَضَوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَاللهِ إِخْوَانًا (أخرجه البخاري في كتاب الادب)

Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata, Rasul saw bersabda: “Jauhilah oleh kalian prasangka karena sesungguhnya prasangka itu ucapan yang paling dusta. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain, janganlah memata-matai, janganlah saling menghasut, bersaing, saling membelakangi, saling dengki atau saling berselisih. Dan Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara” (H.R. al-Bukhari).

5- Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Sa’id al-Khudhri, yang ditakhrij oleh al-Bukhari ditunjukkan tentang tertib di jalan.

عن أبى سعيدالخدريّ رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوْسَ عَلَى الطُّرُقَاتِ فَقَالُوْامَالَنَا بُدٌّ إِنَّمَاهِيَ مَجَالِسُنَا نَتَحَدَّثُ فِيْهَا قَالَ فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلَاالْمَجَالِسَ فَأَعْطُوا الطَّرِيْقَ حَقَّهَا قَالُوْا وَمَاحَقُّ الطَّرِيْقِ قَالَ غَضُّ الْبَصَرِ وَكَفُّ الْاَذَى وَرَدُّ السَّلَامِ وَأْمُرْبِالْمَعْرُوْفِ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ (أخرجه البخاري

Dari Abu Sa’id al-Khudry r.a., dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda: “Jauhilah oleh kalian duduk-duduk di tepi jalan!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah [bagaimana bila kami memang] tidak bisa meninggalkan tempat-tempat itu, karena di situlah memang tempat kami membicarakan sesuatu.” Rasulullah SAW bersabda: “Apabila kalian tidak bisa meninggalkan duduk-duduk di sana maka penuhilah oleh kalian hak-hak orang yang berjalan di situ”. Para sahabat bertanya lagi: “Apakah hak orang yang berjalan itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menegaskan: “[Hak orang yang berjalan] adalah memejamkan mata, tidak mengganggu, menjawab salam, melakukan amar ma’ruf dan meninggalkan yang munkar”. (H.R. al-Bukhari).

6- Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, disebutkan tentang ungkapan ghibah dan buhtan

عن أبي هريرة أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أَتَدْرُوْنَ مَا الْغِيْبَةُ قَالُوْا اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيْلَ أَفَرَاَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُوْلُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِاغْتَبَتَهُ وَإِنَ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَّه (أخرجه مسلم

Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasul saw bersabda: “Taukah kalian sekalian, apakah ghibah [menggunjing] itu?” Para sahabat menjawab, “Allah swt dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasul saw menjelaskan: “Yaitu bila kalian menceritakan keadaan saudara kalian yang dia sendiri tidak suka jika mendengar cerita dirinya”. Ditanyakan juga [oleh sahabat]: “Bagaimana seandainya saya menceritakan apa yang sebernarnya terjadi pada saudara saya itu?” Rasul saw menjawab: “Apabila kamu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada saudaramu itu maka berarti kamu telah menggunjingnya [ghibtah], dan apaila kamu menceritakan apa yang sebenarnya tidak terjadi pada saudaramu, maka kamu benar-benar membohonginya.”. (H.R. Muslim).

 (bersambung)

Daftar Pustaka

Abi Khusain Muslim bin Al-Hajaj, Shahih Muslim Juz IV, (Libanon: Darul Khutub Al ‘Alamiyah, 1971).

Abi Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari Juz VII, (Istambul: Darul al-Fikri, 1981).

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *