Kesalahan di Saat Peer Teaching
Kesalahan merupakan suatu yang bisa terjadi dimanapun dan pada siapapun yang belajar. Baik belajar dalam situasi formal maupun yang non-formal, kesalahan dapat kita temukan. Dari sini, sikap orang terhadap kesalahanpun kadang bervariasi. Ada yang menyikapi ihwal kesalahan dengan sangat berhati-hati. Bagi yang versi ini, kesalahan itu tidak boleh terjadi; kesalahan adalah suatu yang fatal; salah itu mestinya tidak boleh terjadi. Namun, pada sudut pandang lain, disadari bahwa dalam aktivitas yang kita dituntut bisa atau mesti bisa, suatu kesalahan [betapapun diatasi] suatu ketika dapat saja terjadi. Kesalahan bisa terjadi pada orang yang belajar; mereka dalam persen-persen tertentu bisa saja melakukan kesalahan sehingga ditemukan darinya kebenaran di balik suatu yang [sebelumnya] ada salahnya.
Atas dasar itu, suatu kesalahan bisa kita pelajari atau kita kaji dalam suatu penelitian dalam rangka menemukan kebenaran dalam melakukan suatu tindakan. Hal ini tidak terkecuali ketika kita melakukan suatau pelatihan seperti PLPG. Sejauh masih dalam taraf latihan menjelang ujian praktik mengajar yang sebenarnya, yang disebut taraf peer teaching, peserta masih ditolerir salah, sebelum mereka secara nyata terjun dalam forum praktek ngajar riil dalam mengikuti ujian prektek pembelajaran.
Banyak kesalahan terjadi berulang di saat-saat peserta memasuki aktivitas peer teaching, di antara kesalahan peserta peer teacing adalah sebagai berikut ini.
1- Mengucapkan Bapak [x] atau Ibu [x] kepada sesama peer teaching. Kesalahan jenis ini kerap terulang, terutama bagi peserta yang memasuki peer teaching, tidak betul-betul berlatih menganggap atau memperlakukan yang dihadapi benar-benar dianggap peserta didik. Di kepalanya masih selalu tetap terbayang, peserta yang dihadapi itu berstatus kawan yang sebaya. Mereka adalah kawan guru, tidak benar- benar dipersepsikan [dengan sedikit perlu tegel] bahwa mereka saat itu berperan/diperlakukan sebagai peserta.
2- Tidak melakukan apersepsi. Kesempurnaan mengajar di hadapan murid sering perlu ditopang dengan melakukan apersepsi sebelum seorang guru memasuki pembelajaran di kelas. Karena ia merupakan penyempurna, maka bagi yang biasa melakukannya namun di saat ber praktik riil dalam pembalajaran ia tidak melakukan apersepsi menjadi sejenis kesalahan yang membuat diri tampil kaku ketika tampil diri mengajar. Dari situ, maka apersepsi perlu terus dilatih agar rasa salah ketika mengajar dapat diatasi.
3- Tidak mengkondisikan peserta didik benar-benar siap belajar. Membawa murid benar-benar kompak ketika belajar, perlu terus kita latih. Sedang latihan ke arah itu biasanya melalui lebih dahulu murid diajak, dibujuk untuk siap diri belajar, dan sepenuhnya diarahkan konsentrasinya fokus ke pembalajaran yang tengah dihadapi. Karena tanpa demikian, suasana kelas sering sukar diarahkan. Pikiran murid kadang sering masih berada di rumah; masih terbawa oleh gurau yang dilakukan sebelum mereka menerima pelajaran, dan suasana lainnya.
4- Tidak menguasai kendali waktu. Praktik peer teaching adalah bermain peran dalam pembelajaran dimana tiap peserta boleh praktik mengajar dan juga belajar dalam waktu yang terbatas. Masing-masing dari peserta sesuai dengan perannya diberi porsi waktu yang sudah diatur secara jelas bagi persiapan mengajar, saat melaksanakan pembelajaran, dan menutup pembelajaran. Semua itu benar-benar dibatasi, dan teledor atas waktu yang disiapkan dapat berarti bahwa peran mereka tidak sesuai dengan kesepakatan bersama. Maka hal itu jelas adalah suatu kesalahan dalam bermain peran dalam pembelajaran.
5- Tidak cermat dalam mengedit RPP. Rencana Praktik Pembelajaran adalah suatu panduan yang dibuat oleh para peserta yang akan terjun dalam praktik pembelajaran. Naskahnya perlu disusun dari data-data yang sudah diseleksi sehingga benar-benar hanya data yang relevan yang kita masukkan ke dalam penyusunan rancana ini. Maka setelah data diperoleh, lalu diseleksi, serta didusun draftnya sampai selesai, ia tidak boleh lalu dibawa langsung ke forum peer teaching tanpa dichek dan dirichek kembali. Biasa mengedit naskah sampai tiga kali sebelum diserahkan kepada petugas pelatihan atau narasumber adalah hal yang biasa. Yang seringkali tidak dilakukan oleh peserta yang beru menerjuni pembelajaran, adalah mereka sering kurang cermat dalam mengedit. Kurang tegas terhadap data-data yang masih perlu dipangkas yang mengandung arti ganda, keliru tulis, salah kutip, dan lain-lain.
Foto dg Pst PLPG Palembang
Usai Peer Teaching di Hotel Olimpic Smg
6- Tidak mengindahkan aturan tata tulis panitia penyelenggara PLPG. Tidak semua panitia PLPG meminta peserta menuliskan makalahnya dengan menggunakan laptop atau komputer. Di antara aturan selingkung misalnya, menghendaki penulisan makalah atau RPP dengan ditulis tangan, sehingga diketahui apakah karya tulis itu memang benar-benar ditulis oleh peserta secara orisinal atau bukan, baik itu menyangkut penyampulan, penulisan bagian awal, bagian isi, hingga bagian akhir dari naskah yang ditulis oleh peserta PLPG. Bagi yang menghendaki penulisan RPP secara langsung dari tangan mahasiswa, tapi kemudian diberi RPP yang telah terketik rapi dari laptop atau komputer maka karya RPP itu tentu suatu kesalahan.
7- Alat peraga yang baik tapi terlalu kecil. Sekalipun peer teaching adalah forum praktik pembelajaran yang belum dinilai tuntas, tetapi forum ini adalah forum yang tidak bisa dianggap sepele, karena kesiapan utuh kita mula-mula terlihat secara relatif sempurna pada saat peserta sudah memasuki praktik pembelajaran di dalam forum main peran dalam peer teaching ini. Maka persiapan yang bersifat membawa diri sekadar coba-coba tidak selayaknya ditampilkan dalam peer teaching ini seperti: membuat alat peraga yang hanya seukuran kertas kuarto dengan tulisan yang tidak bisa dibaca oleh peserta yang ada di belakang.
8- Tidak mencantumkan kapan dan siapa penulis RPP. RPP yang diserahkan kepada Narasumber atau penguji RPP selain mesti dibuktikan dengan mencantumkan siapa penulisnya, juga perlu dilengkapi dengan dalam kelengkapannya seperti: ditulis di mana, kapan, dan mencamumkan nama dan tanda tangannya. Karena pencantuman data dimaksud lebih membawa keyakinan bagi penguji, atas kebenaran data dari siapa sebenarnya penulis riil dari karya RPP itu, sehingga menambah kemantapan kepada peserta dalam memberi penilaian secara utuh pada segenap peserta.
9- Alat peraga rusak menjelang saat peserta maju dalam praktik pembelajaran. Banyak sebab yang terjadi di luar perkiraan peserta yang perlu disiapkan dan dijaga dengan hati-hati. Misalnya, alat peraga yang diletakkan di pinggir meja peserta yang menjelang maju ke depan sambil berdiri kopinya tumpah langsung ke kertas manila alat peraga kita. Atau terkena bercak-bercak spidol yang karena gesekan selama acara berlangsung tiba-tiba lepas penutupnya dari menggores-gores yang mengotorkan kertas garapan atau alat peraga yang sudah dipersiapkan oleh peserta.
Pst PLPG Palembang di Diksus Smg dg Prof Erfan
Tentu masih banyak kesalahan yang dapat dituturkan lebih jauh di seputer agenda kekeliruan ini. Yang terpenting, bahwa persiapan ke ujian praktik pembelajaran, baik masih di tarap peer teaching maupun saat riil teaching benar-benar dipersiapkan dengan matang, terjadi baik, dan dapat digunakan secara optimal dalam rangka memperlancar dan tampil secara optimal selama berlangsungnya proses praktik pembelajaran, gunakan mencapai hasil pelatihan maksimal bagi segenap peserta PLPG. Anda sudah siap: selamat (Erfan S)