Khutbah Idul Fitri di Masjid Al-Jauhari Candisari Semarang

MENJADIKAN IDUL FITRI SEBAGAI MOMENTUM PENEGUH KEBERHASILAN KEHIDUPAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أكـبر 9×

 الله أكـبر كبـيرا، والحمدلله كثـيرا، وسبحان الله بكرة وأصيلا. لآإلـه الاالله والله أكـبر، الله أكـبر ولله الحمـد.

الحمـــــدلله وحـــده، صــدق وعــــده، ونصرعبــده، وَاَعَــزَّ جُنْــدَه، وهــزم الاحــزابَ وحـــــده.

 أشـــهــدأن لآ إلـــه الاالله وحـــــده لاشــــريك لـــه، وأشهـــدان محمــــدا عبـــــده ورســـوله. أللـهم صــل وسلم وبارك على ســيدنا محمد وعلى آلـه وأصحــابه وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِــيْراً.

أمابعد:

 فياأيهاالحاضرون، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَـاعَتــِــهِ لَعَــلَّكُمْ  تُفْلِحُوْنَ. قال الله تعالى وَهُوَ اَصْدَقُ اْلقَــائِلِــيْنَ، أعوذبالله من الشيطان الرجيم: يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلَا تَمُوْتُنَّ

اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah  Swt,

Pada pagi yang cerah ini, mari kita bersama-sama lebih dekat kepada Allah. Kita mulai dengan memuji Allah, meng-agungkan Allah, dan membesarkan Asma Allah. Kita juga permantap keyakinan diri: bahwa di jagat raya ini hanya Allah-lah Yang Maha Suci, Maha Mengetahui, Maha Besar, Maha Agung, dan Maha Mencipta.

Dialah pencipta alam semesta ini. Pencipta langit, pen-cipta bumi, pencipta matahari, pencipta bulan, pencipta bintang-bintang, dan pencipta banyak planet lain. Allah Swt juga pencipta semua makhluk, termasuk manusia dan jin. Mengenai penciptaan langit dan bumi, Allah Swt sendiri berfirman dalam Al-Qur’an:

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّموَاتِ وَاْلأَرْضَ بِالْحَقِّ

 “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar.” (Q.S. Al-An’am 73)

Selanjutnya dalam Surah Al-Anbiya’: 33, Allah Swt berfirman mengenai penciptaan bulan, bintang, bahkan malam dan siang:

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ الَّليْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَسْبَحُوْنَ

 “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari, dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu ber-edar di dalam garis edarannya.” (Q.S. Al- Anbiya’: 33).

 

Dari ayat di atas, dan masih banyak ayat lain yang tidak dikutip di sini, jelas bahwa pencipta semua makhluk ini adalah Allah. Bahkan untuk penciptaan jin dan manusia, dipertegas maksud penciptaannya seperti disebut dalam Surah Adz Dzariyat: 56, yaitu untuk beribadah kepada Allah.

 

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd.

Kaum Muslimin rahimakumullah.

 

Semua makhluk ciptaan Allah Swt, dilihat dari sudut kepemilikan akal dan nafsunya, dapat diklompokkan kepada empat kelompok:

  • Makhluk yang berakal tetapi tidak bernafsu. Ia disebut Malaikat. Tugas pokoknya melaksanakan perintah Allah, dan tidak pernah maksiat kepada Allah Swt.
  • Makhluk yang tidak berakal tetapi bernafsu. Makhluk ini adalah hewan yang banyak jenisnya. Hewan bisa makan, minum, dan melakukan hubungan seksual. Bahkan, hu-bungan seksual makhkuk hewani ini nyaris tanpa bebas.
  • Makhluk yang tidak berakal dan tidak bernafsu. Ia berwu-jud benda-benda. Banyak sekali jenisnya seperti batu, pohon, tanah, ukir-ukiran, dan gunung.
  • Makhluk yang berakal dan bernafsu. Makhluk jenis ini yang diciptakan dari tanah disebut manusia, sedang yang dicipta dari api disebut iblis (yang darinya ada turunan-nya yang disebut setan); baik jin maupun manusia sama menerima syari’at untuk beribadah kepada Allah Swt. Oleh Allah Swt, manusia dibekali fitrah, yaitu bawaan sejak dia lahir. Sementara setan; suka membuat manusia was-was, bimbang dan ragu. Selain bisa melihat yang gaib, setan bisa menggoda dan melihat manusia, sedang manusia hanya satu dua yang dapat melihat setan.

Dengan dibina dan  dilatih, manusia bisa berkemampuan. Manusia bisa menjadi baik, kuat, menjadi besar, menjadi kaya, berpengaruh dan mampu. Tetapi bila dibiarkan –tidak dibina, dibiarkan berjalan sekehendaknya,  setan sering sukses menipunya, membuat manusia tidak berdaya– hidupnya salah, bisa sesat, terkadang sengat menyesatkan. Hidupnya fatal, brutal, anarkhis, nyaris lebih berbahaya dari setan.  Dari situ, manusia butuh pembinaan dan pelatihan berkelanjutan dalam  bentuk mampu mengendalikan diri, seperti berbadah puasa.

 

Jamaah Idul Fitri  yang berbahagia.

Menurut Al-Qur’an, puasa Ramadan yang dilaksanakan bersama tugas dan amaliah lain, merupakan cara Allah Swt menjadikan umat berderajat mulia. Puasa adalah wahana menjadikan umat yang berhasil. Allah Swt berfirman:

$yg•ƒr’¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6ø‹n=tæ ãP$u‹Å_Á9$# $yJx. |=ÏGä. ’n?t㠚úïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇÊÑÌÈ   $YB$­ƒr& ;NºyŠr߉÷è¨B 4

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. (Q.S. Al-Baqarah/2: 183-184)

 

Ayat ini menerangkan perintah puasa. Isinya: titah Allah yang jika dilaksanakan dapat membuat umat itu mulia; naik derajatnya. Takwallah. Pelaksanaannya tidak selesai semalam, tapi berproses sehari ke sehari. Keberhasilannya seperti proses keberhasilan lainnya: melalui persiapan, pelaksanaan, serta penyelesaian kegiatan.

Capaian keberhasilan puasa juga tidak hierarkis. Akan tetapi, berupa kesatuan upaya yang mengutuh; bersifat sirkel. Keberhasilan yang sirkel ini diperoleh melalui upaya sungguh-sungguh dari tahun ke tahun. Puasa yang terlaksana menyatu dengan aktivitas lain, melalui istiqamah, membuat manusia meningkat bobotnya, unggul, nyaris seperti yang sakti.

 

Jamaah Idul Fitri yang dirahmati Allah

Puasa yang berisi pendidikan dan latihan, membina hidup yang berhasil melalui tiga tempaan utama. Yaitu (1) pendidikan pemikiran, (2) pendidikan jasmaniah dan  rohaniah, serta (3) pendidikan kalbu. Semuanya merupakan satu paket diklat, yang dibina serta dilatih melalui ibadah puasa.

Melalui pendidikan pemikiran, pada bulan Ramadan kita dilatih banyak merenung berbagai ciptaan Allah Swt. Dari bertadarus Al-Qur’an, forum kajian keislaman, ceramah, kita dibina ke suatu peningkatan diri.

Melalui Pendidikan jasmaniah, jasmani manusia dilatih memiliki kendali diri: agar hanya makan, minum, dan menya-lurkan nafsu birahi secara terbatas yaitu sepanjang halal, baik, dan melalui saluran yang sah pada waktu yang tertentu. Sedang pendidikan rohaniah, melatih gejolak nafsu agar hanya disalurkan kepada yang menuju Allah. Nafsu yang berinti energi, maunya hanya diarahkan pada yang membuat berhasil.

Sedangkan pendidikn kalbu, hati dilatih untuk banyak dzikrullah, dan menghasilkan amal-amal produktif. Aplikasi-nya, dari lisan dan tangan hanya diarahkan kepada yang me-nyelamatkan muslim lain. Sabda Rasul saw, bahwa muslim sejati adalah: Man salimal muslimuna min lisanihi wayadihi.

 

Hadirin Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Makna puasa seperti dibahas ini tentu sangat relevan bagi bangsa Indonesia yang pada saat sekarang terus berbe-nah dalam membangun di NKRI ini. Memasuki era demokra-si, dalam banyak bidang kita telah mencapai kemajuan, namun seiring dengan keinginan itu kita juga banyak menghadapi ujian, yang di sana sini masih diperlukan peningkatan.

Bangsa kita sejak akhir 1997 didera banyak ujian: krisis moneter, disusul krisis politik, krisis ekonomi, krisis sosial, lalu merambah ke krisis moral. Rupanya pada krisis moral inilah, kita ini masih terus menghadapinya sampai sekarang.

Sebagai muslim yang ditempa pelatihan puasa, solusi kehidupan mesti kita cari agar kita mampu keluar dari masalah yang kita hadapi, termasuk masalah bangsa. Sebab, masalah dan jalan keluar adalah dua hal yang berdampingan; dimana ada masalah di situ ada solusi. Allah Swt berfirman:

¨bÎ*sù     yìtB Ύô£ãèø9$# #·Žô£ç„ ÇÎÈ   ¨bÎ) yìtB Ύô£ãèø9$# #ZŽô£ç„ ÇÏÈ

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S. Alam Nasyrah/94: 5-6)

 

Pintu musyawarah dan istikharah merupakan jalan peme-cahan setiap keputusan agar keputusan yang diambil selalu membawa kemantapan hati dalam pelaksanaannya. Dan di sela-sela berproses suatu keputusan, doa demi doa adalah pen-damping kecerahan hasil keputusan baik di lingkungan kelu-arga, organisasi, maupun menyangkut kehidupan bernegara.

Dalam pada itu, Nabi Muhammad saw mengajarkan kita doa untuk dibaca dalam keseharian kita, agar menghadapi  masalah, tetap ada jalan keluar terbaik bagi penyelesaiannya. Dalam Al-Qur’an, doa dimaksud disebutkan:

Éb>§‘ ÓÍ_ù=Åz÷Šr& Ÿ@yzô‰ãB 5-ô‰Ï¹ ÓÍ_ô_̍÷zr&ur yltøƒèC 5-ô‰Ï¹ @yèô_$#ur ’Ík< `ÏB y7Rà$©! $YZ»sÜù=ߙ #ZŽÅÁ¯R ÇÑÉÈ

 “Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong (Q.S. Al-Isra’/17: 80).

Sebagai  pendamping ikhtiar, mari doa-doa kita panjatkan. Badan kita tegakkan, pandangan ditundukkan, lalu tangan kita tengadahkan. Kemudian kepada Allah Swt yang Maha Men-dengar, kita hadapkan semua. Kita mohon dikeluarkan dari kesempitan nasib, menuju jalan keluar nyata, yang menye-jahterakan, memakmurkan, dan membesarkan nasib negara.

 

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,

Menyadari persoalan bangsa yang saat ini didera ujian Allah Swt, dan  memperhatikan bagaimana teladan Rasul saw dalam membangun masyarakat yang damai, berpengaruh, sejahtera dan makmur, maka Idul Fitri ini adalah momentum. Kita gunakan saat ini sebagai momentum peneguh keberhasilan untuk menyongsong kehidupan yang cerah dan menjanjikan.

Selanjutnya, agar Idul Fitri ini memiliki makna pence-rahan terhadap kehidupan berbangsa; menjadi bulan pendi-dikan dan pelatihan solitip bagi hidup berbangsa dan bertanah air, maka beberapa hal berikut adalah alternatif kita. Jelasnya, ibadah dalam Idul Fitri paling tidak kita harap melahirkan beberapa hal sebagai berikut ini.

Pertama, puasa dan Idul Fitri hari ini seyogyanya mampu melahirkan kesadaran solutif persoalan berbangsa. Persoalan bangsa Indonesia yang dihadapi saat ini, bukan sekadar kelemahan di satu bidang, melainkan lebih luas. Membangun ekonomi memang penting, tetapi menata dan membawa bangsa ke peradaban tinggi, tetap penting realisa-sinya di atas pondasi iman yang kukuh, jiwa yang mantap, ilmu yang luas, serta akhlak yang karimah. Ini merupakan garapan bersama menuju Indonedia bermasa depan. Percayalah, bahwa Indonesia yang menyebut-nyebut “berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa” di Pembu kaan UUD 1945 akan bertemu masa emas tidak terlalu lama lagi, insya Allah.

Kedua, puasa dan Idul Fitri harus mampu meneguhkan mentalitas. Yang banyak dibaca dan menyedot perhatian akhir-akhir ini adalah adanya pesimisme nasib ke depan negeri ini. Identitas bangsa ini masih menyandang: korup, carut-marut, dan presikat yang kurang menguntungkan. Istilah-istilah se-perti itu, sudah waktuya dibabat habis. Karena ia hanya mela-hirkan mentalitas inferior dan tidak percaya diri.

Tidak ada untungnya kita merendahkan bangsa sendiri. Yang benar bahwa bangsa Indonesia adalah masih beruntung. Kita  punya 17.500 pulau,  samuderanya luas, punya aneka tambang, dan jumlah penduduknya besar. Itulah garapan kita. Adik-adik di sekolah/madrasah, kita perlihatkan kenyataan itu. Kita dekatkan dan beri pelajaran mereka dengan bahan solusi kehidupan, untuk ditindaklanjuti dalam kebiasaan baik seperti suka bersih, memelihara, dan mengembangkan yang dimiliki.

Juga mereka kita didik banyak hal. Misalnya mengeks-plorasi yang tidak merugikan ekologi, hidup produktif berke-lanjutan, suka belajar kelebihan negara lain tanpa mengorban-kan budaya sendiri, suka mengukur kemampuan untuk maksud belajar, dan tidak jemu belajar yang terbaik bagi kemajuan ke depan. Semua mentalitas ini  disyukuri dan dijadikan modal membangun kemakmuran bersama. Puasa dan Idul Fitri de-ngan begigu akan mampu menumbuhkembangkan mentalitas.

Ketiga, Puasa dan Idul Fitri harus mampu mela-hirkan sikap sebagai manusia yang berhasil. Membangun bangsa yang berhasil, membutuhkan orang-orang yang rela berjuang dan berkorban; yang memiliki mental bahwa dirinya lebih besar dan lebih kuat dari persoalan yang dihadapi.

Sejarah bangsa kita membuktikan hal ini. Indonesia meraih kemerdekaan dari kolonial, adalah berkat kejuangan generasi terdahulu mengorbankan harta dan jiwa. Di dada mereka, tertanam mental kuat dan lebih besar dari masalah yang dihadapi. Rasulullah saw, mampu mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat madani yang damai dan beradab, dimulai dari pemberian contoh realisasi mental jujur, melihat orang dari potensi dirinya, diubah melalui kesadaran memba-ngun diri sendiri, dialog, dan membangun kerjasama. Mental selalu bersyukur dalam kondisi lapang, dan selalu sabar dan memperkuat kesabaran saat dalam kondisi sempit dan rumit, mestilah selalu dijadikan kuat membaja di dada tiap-tiap muk-min dan mukminat.

Keempat, kita mestilah mampu melahirkan minset bahwa keberhasilan adalah hasil kerja keras sehari ke sehari, bukan hasil kerja berjangka pendek. Puasa dan amaliah yang diurai-kan di depan, kita peroleh dari mengisi dan melaksanakan tahapan kegiatan. Melalui persiapan, lalu melaksanakan kegiatan harian dengan tekun, sabar, dan gigih, serta mengakhi-rinya dengan berhari raya bersama. Kalau pun ada perubahan, maka perubahan itu diatasi secara setahap, kontinyu, hingga semakin lama keberhasilannya mengutuh.

Kesemua itu berlangsung sinambung dengan situasi serta kondisinya. Bahkan, kebangunan Islam sebagai generasi ter-baik pada kurun awal, dilakukan Rasul saw dari sejak memper-baiki kaum yang rusak akhlaknya, menjadi bangsa yang berbudaya, dalam waktu hari demi hari, tahun demi tahun, hingga memakan waktu 22 tahun, 9 bulan, 13 hari. Dan puasa serta Idul Fitri semestinya berhasil melahirkan suasana batin yang pandai bersyukur, tekun, sabar, dan istiqamah.

Kelima, puasa dan Idul Fitri berhasil mestilah paralel dengan upaya mewujudkan kehidupan yang berhasil. Dari situ, maka hidup yang benar adalah hidup dengan pegangan agama yang benar, yang realisasinya perlu didudukkan sejalan dengan pegangan hidup dasariah yang dipegangi suatu negara dengan benar. Sebab, pegangan agama dalam al-Qur’an dan hadis pada dasarnya sejalan dengan pe-gangan ketentuan kehidupan bernegara.

Untuk itu, sudah waktunya disiapkan realisasi hukum agama yang diktumnya paralel dengan hukum negara yang mengindahkan kondisi masyarakat dan tempat dimana hukum itu diberlakukan. Karena sebenarnya antara sumber hukum wahyu dan sumber hukum kehidupan berjalan seimbang; sama untuk kemaslahatan kehidupan yang berhasil. Namun, jika berjalan dualis menyukarkan solusi yang proporsional.

 

Jamaah Idul Fitri Rahimakumullah,

Mari dalam hidup ini kita selalu berikhtiar dan mohon sehat, kuat, pandai bersyukur, sabar, dan arif kepada Allah Swt sehingga kenyataan hidup sejahtera, ba-hagia, penuh ampunan Allah Swt, dan memperoleh rida-Nya dapat kita raih. Amin.

Demikianlah khutbah yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat dan berkenan di hati kita. Amin.

جَعَلَنَااللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلفَائِزِيْنَ اْلامِنِيْنَ،  وَأَدْخَلَــنَا وَإِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الْمُخْلَصِيْنَ.

أَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ،

$pkš‰r’¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) (#qà)­Gs? ©!$# @yèøgs† öNä3©9 $ZR$s%öèù öÏeÿs3ãƒur öNà6Ztã öNä3Ï?$t«Íh‹y™ öÏÿøótƒur öNä3s9 3 ª!$#ur rèŒ È@ôÒxÿø9$# ÉOŠÏàyèø9$#

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ ، وَنَفَعَنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلآياتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَ وَتَه اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ، اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.  وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْوَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *