Memasuki Hari 11-13 di UQ
Pada Hari Ke-11, Jum’at 18 Oktober 2013, kami diantar ke sebuah Perguruan Islam. Namanya Islamic College of Brisbane, sekitar 7 km dari Kampus Universitas Queensland. Sekarang gedungnya rata-rata sudah bertingkat dua, terbentang di pinggir jalan yang di kawasan 45 Acacia Road, Karawatha, QLD 4117.
“Mula-mula,” kata Embak Wenti, guru Indonesia yang sudah lama menetap di Brisbane, “sekolah ini disiapkan berdiri di atas suatu bedeng tanah yang terletak di dekat hutan sana,” katanya, menunjukkan dengan jari tangan kanannya.
“Namun, karena di sini kita harus tetap menjaga kelestarian hutan maka tempatnya disi apkan di beberapa meter setelah bedeng ini,” lanjutnya.
Pada Hari tasyrik kedua atau ketiga, kami diterima Islam College ini. Sejak pukul 10.30, kami berada di tempat ini untuk mengenal dengan lengkap informasi pendidikan Islam dari TK hingga SMA ini. Tim dari walisongo, diterima lalu dilewatkan di sekitar tempat pengelola sekolah ini, yang berasal dari berbagai negara Islam, Turki, Saudi Arabia, Maroko, dll. Lalu diantar ke suatu tempat dimana sebuah meja oval berdiameter 4 x 3 dikelilingi banyak meja, di sinilah kami diterima, menaruh tas dan langsung dipersilahkan menyeduh minuman sendiri-sendiri, yang tinggal milih. Bisa teh susu, bisa kopi coklat, air putih, dan banyak pilihan lain yang tinggal memilih dengan cara memencet. Begitu kami sudah mengambil minuman, barulah embak Venti, yang bersuami Bule Mu’allaf itu menjelaskan banyak hal mengenai kedatangannya dan layanannya untuk sekolah dan negara di Brisbane ini.
***
Sewaktu Di College ini kami diterima di sebuah ruangan besar yang hanya berbatas dinding berpapan saja dengan mesjid yang kemudian ke situ setelahnya, kami diajak salat bersama. Pada hari jum’at ketika kami datang anak-anak peringkat sd sama latihan tarik tambang berkali-kali dilakukan dari satu kelompok dengan yang lain.
Setelah segenap pengelola berkumpul, acara penerimaan dimulai. Dengan babasa Inggris yang lancar, pengelola college membuka acara dengan didampingi 6 orang lainnya. Masing-masing, termasuk siswa yang berasal dari Pakistan dan dari Aceh, diberi kesem- patan menjelaskan mengenai apa yang diperkirakan dibutuhkan oleh kita.
Pada kesempatan ini, ada seorang guru yang kebetulan beragama Hindu, pengajar olah raga diberi kesempatan berbicara. Menurutnya, saya sangat senang bertugas sebagai guru di college ini. Dan saya melaksanakan tugas dengan lancar dan begitu senang. Bahkan saya terus saja melanjutkan mengajar sejak dahulu dengan kemauan saya sendiri tanpa merasa dipaksa oleh siapapun.
Disampaikan oleh Ketua Pengelola, yang berasal dari Saudi Arabia, bahwa siswa yang berada di Colege ini berjumlah 1.000 orang. Lima orang dari jumlah ini beragama lain, yaitu Kristen dan Hindu.
Pembinaan yang khas
Pada jam 12, adzan sudah berkumandang. Ternyata kumandang adzan di sini, saat ini pertanda seluruh aktivitas sekolah pada hari Jum’at itu resmi selesai, dan siap diistirahat kan. Dari situ, baik kegiatan di kelas maupun yang berolahraga, semuanya berhenti untuk masuk masjid guna mendengarkan ceramah keagamaan dimulai.
Jika ketika berolahraga mereka tampak riang gembira berolah raga, dengan suara dan tawa terdengar di sana-sini, maka ketika masuk ke masjid dan ceramah dimulai mereka punya kebiasaan khas. Tidak ada satupun di antara mereka yang mengeluarkan suara.
Tidak seperti anak-anak Semarang umumnya, yang dimana-mana sama mereka selalu bersuara hingga ribut. Anak sini, begitu ceramah dimulai, sejak peringkat SD sampai SMA sama-sama mendengar baik. Kalaupun bersuara, mereka hanya berbisik, tidak mengganggu berjalannya ceramah.
Ternyata, sistem begitu intens mendidik mereka. Para guru, yang punya wibawa yang mudah menyadarkan murid, berada di sela-sela mereka. Apa aktivitas mereka selama berada di sekitar murid yang mendengar ceramah ini?
Mereka mengawasi gerak gerik siswa terutama yang suka ribut, untuk dipanggil: kira-kira untuk menjelaskan mengapa mereka itu kok ribut.
Saya lihat, guru yang satu memanggil murid yang berada di sekitarnya. Begitu pula guru lainnya, melakukan han yang sama. Dari situ kelihatan, sampai selesai ceramah, mereka tetap dalam keadaan tertib dan rapi.
Khutbah: Lima Menit lalu shalat Jum’at
Kalau ceramah di hari Jum’at itu berlangsung sekitar satu jam, yang saat itu mengupas tentang Dialog Ketauhidan dalam Kehidupan Nabi Ibrahim a.s., maka jam khutbah amat singkat.
Setelah seluruh siswa dirapikan kembali barisannya, maka di saat itu acara Jum’atan siap dimulai. Setelah dikumandangkan adzan, maka khatib langsung berdiri, berkhutbah di seputar Semangat Berkurban di dalam Islam.
Kita sedikit kaget. Jika untuk ceramah, disampaikan dalam waktu sekitar 1 jam. Maka untuk Khutbah Jum’at, awal dan tsani, hanya sekita 5 atau 7 menit. Pada saat kita dengan senang-senangannya mendengar ngutbah, Khatib sudah duduk di antara dua khutbah. Lalu khutbah tsani, lalu shalat Jum’at.
Berkeliling Gedung Kampus
Begitu acara salat jum’at selesai, acara dengan tim IAIN dilanjutkan dengan menjelaskan seluruh aktivitas sekolah yang sudah didokumentasi melalui web. Kita, langsung ketika itu, setelah pembukaan acara diperkenalkan dengan Islamic College of Brisbane. Yaitu: www.icb.gld.edu.au/index. Dari situ kita dibukakan ke berbagai acara yang sempat di dokumentasi oleh pengelola pendidikan di kampus ini.
Setelah melihat web college maka dibukalah kesempatan tanya jawab. Sejumlah pertanyaan sejak: dari mana saja siswa sekolah ini, sejak kapan didirikan, dari mana saja asal usul para gurunya, bagaimana mengelola sekolah ini, hingga bagaimana diperoleh pendanaannya, dijawab dengan cukup baik. Bahasa Inggris dicampur Arab, kita dengar disampaikan oleh pengelola sekolah ini. Jadi, penjelasannya disampaikan dalam bahasa Inggris, sementara komentarnya memakai bahasa Arab. Dengan demikian seluruh acara dapat kita rekam dengan baik.
Setelah secara membuka web dan menerima penjelasan yang cukup, kami diajak berke- liling kampus. Kalau sebelumnya, seluruh aktivitas dilaksanakan di bawah, maka ketika berkeliling kampus kami diajar ke lantai 2. Di situ ada gedung serbaguna. Untuk olahraga yang multi fungsi, juga di situ ditempati lomba-lomba Al-Qur’an, dll. Dilanjutkan, mengunjungi gedung laborat, perpustakaan; ditunjukkan sepak bola; hingga juga ditunjukkan batas-batas dimana nanti akan dibangun untuk aktivitas ke depan.
Dan, semua ini diakhiri dengan makan bersama. Di luar yang kita dugaan, ketika kita berjalanan menuju tempat makan bersama yang berada sekitar 200 meter dari tempat pertemuan, tiba-tiba hujan.
Ketika kami makan dan selesai makan, hujan sudah reda. Eeh, setelah selesai makan, dan berjalan sebentar, hujan ternyata turun kembali. Jadi dua kali kami terguyur hujan di area College Brisbane ini. Dan, setelah berfoto berkali-kali, selesailah acara. Kami kembali ke Kampus Queensland lagi
Hari Ke-12 dan Ke-13
Hari Sabtu, dan Hari Ahad; ke-12 dan ke-13, adalah hari Libur. Selain dimanfaatkan untuk menyusun laporan individual, pada hari ini kita gunakan untuk mencuci, berbelanja, dan bersama ke Golkus, untuk mengetahui dari dekat bagaimana kondisi berwisata di tempat ini (Erfan Soebahar).