Bimbingan KTI S3: Menjadi Senang atau Menjadi Mumet
Tugas menjadi promotor disertasi merupakan tugas yang mesti dilakukan oleh segenap guru besar. Inti tugasnya membimbing beberapa aktivitas yang membawa bagi promovendus dalam akhir program studinya sampai selesai atau lulus proosi di jenjang doktor. Untuk di UIN Walisongo misalnya, prosesnya bermula dengan membimbing studi di luar kuliah, yang disebut nyantrik, dilanjut kan dengan penyusunan proposal, ujian komprehensif, ujian tertutup, lalu ujian terbuka bagi memproleh gelar doktor.
Senang Bila Promovenduk Mampu Berdisiplin
Membimbing studi program doktor banyak indikatornya sebagai pembimbingan yang biasanya berakhir dengan kepuasan dan rasa senang. Pertama, bila promovendus memiliki kehidupan yang terencana baik dan biasa melakukan perencanaan dengan disiplin. yang termasuk golongan ini, umumnya memiliki kebiasaan yang baik seperti, suka membuat peta studi dan menulis yang teratur serta terukur. Kebiasaan hariannya dapat dilakukan dengan fokus yang jelas dan selalu dimulai dan diakhiri dengan suatu penyelesaian yang relatif tuntas. Misalnya dalam menulis, dirinya setiap hari bisa menyelesaikan dua lembar atau tiga lembar tulisan secara istikamah. Darinya, dalam setiap bulan dapat dibaca, misalnya selesai 60 lembar draft yang sudah diedit. Tentu, dalam enam bulan, selain menyelesaikan disertasinya, bisa juga menyelesaikan artikel jurnal yang diharapkan rampung dalam karya program studinya. Kedua, memiliki hubungan baik dengan promotor dan ko-promotor serta penyelenggara program. Hubungan tentu saja yang terkait dengan interaksi keilmuan dan bimbingan yang dilakukan sejak awal hingga akhir penyelesaikan penelitian dan penulisan, sehingga proses penyelesaiaan promosi doktornya. Ketiga, memiliki niat yang terus dipupuk dengan baik bagi memperoleh ilmu dan mengembangkannya secara optimal dengan memperhatikan etika terbaik selama proses penyelesaian studi promovendus. Setidaknya, tiga hal ini sering menjadikan bimbingan itu, berlangsung dengan les, dari awal hingga akhir dan menyenangkan banyak pihak. Namun, bisa membawa mumet bila misalnya terlihat seperti berikut.
Membuat Mumet Bimbingan
Pembimbingan akan berlangsung mumet, setidaknya apabila berlangsung yang tidak kita kehendaki. Pertama, dari awal promovendus memiliki kebiasaan yang tidak tertib dan tidak memelihara disiplin hariannya. Dari hari ke hari hingga sebulan, sering bimbingan tidak jelas sasarannya. Kedua, penguasaan kebahasaan dan pola berpikirnya tergolong rendah. Pada konsep-konsepnya tidak jelas mana yang termasuk pernyataan atau pendirian, dan mana yang termasuk bagian data, dan mana yang termasuk opini, sehingga kesimpulan penelitian dan penulisannya serba ruwet. Beberapa catatan tim penguji setelah menguji proposal atau ujian tertutup promovendus bisa terlihat seperti berikut ini:
- Penulisan kata dan istilah banyak tidak memenuhi persyaratan penulisan baku yang biasa digunakan dalam bahasa Indonesia.
- Rumusan masalah belum tajam, sehingga belum langsung mempermudah promovendus memaparkan pembahasan, bukti-bukti, dan proses dalam menarik kesim pulan pembahasan.
- Penempatan data yang tidak relevan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh promovendus, sehingga menyulitkan pemahaman isi tulisan.
- Penulisan atau pemaparan tabel anda tidak mendukung pembahasan yang promovendus lakukan, dan tabelnya tidak diikuti dengan pemaknaan yang mestinya diberikan oleh promovendus;
- Penulisan abstrak dalam bahasa asing tidak tersusun dengan baik, sehingga menyulitkan pembahasa dalam mencerna isi pokok dari keseluruhan penuisan yang diringkas isinya dalam abstrak.
- Penyebutan metode sering tumpang tindih dengan pendekatan, strategi, dan teknik, sehingga menyulitkan penyelesaikan bimbingan dan proses penilaian di dalam tahap-tahap ujian.
- Laporan belum dapat memilah dengan jelas mana data yang primer yang mesti dicantumkan dan data sekunder yang tidak boleh dimuat di dalam disertasi.
Ketiga, perbaikan penulisan promovendus sering memuat data lama yang telah seharusnya diganti dengan hasil revisi tulisan terbarunya yang dikehendaki oleh penguji dan promotor atau co-promotor.
Akhir kata, membimbing yang memiliki kontrak bimbingan yang baik dan bisa berdialog terus dengan promovendius, sering memberi dan memperoleh solusi yang memadahi bagi keberlangsungan bimbingan yang membuat senang di samping dapat mengatasi nasib bimbingan yang dapat menjadi mumet. Bagaimana menurut pembaca (Erfan Subahar).