Mempermantap Mengarungi Bahtera Rumah Tangga
Dua Mempelai Yang Saling Merasa Senang,
Sesungguhnya pernikahan adalah nikmat dan rahmat Allah kepada umat manusia. Situasinya baru kita sadari tatkala dua mempelai sudah sama duduk di pelaminan, bahwa Allah Swt yang mempertemukan perjodohan ini. Makanya jalan terbaik, pertemuan indah ini dilestarikan, dipelihara, dan dirawat agar nikmat dan rahmat Allah menjadi suatu kesyukuran yang indah dan mesra; jauh dari kekufuran.
Pada saat pernikahan berlangsung, terjadi seperti saat ini suatu pertemuan dua keluarga besar, yaitu keluarga mempelai pria dengan keluarga mempelai wanita. Jika ini ditangani dengan i’tikad baik, maka adat dan kebiasaan di antara dua keluarga dapat berpadu dengan baik, saling dapat dirawat, sehingga terbentuk rumah tangga yang tidak pincang dan tidak tumbang, tetapi menjadi rumah tangga teladan.
Keluarga yang ingin menjadi teladan, di awal memasuki pernikahan mesti bertanya: Ada berapa jenis rumah tangga di dalam kehidupan itu? Ada berapa jenis orang tua kita setelah akad pernikahan? Seperti apakah ciri-ciri rumah tangga yang bahagia? Dan bagaimana menjadi orang tua yang disebut teladan itu?
Bentuk Rumah Tangga
Paling tidak ada tiga bentuk rumah tangga. Pertama, Rumah Tangga Pincang. Suaminya taat kepada Allah, sedang istrinya tidak taat, seperti gambaran rumah tangga Nabi Nuh a.s. dengan istrinya. Atau sebaliknya, istrinya taat kepada Allah, tetapi suaminya durhaka seperti gambaran Siti Asiah dengan Fir’un. Akhirnya, yang tidak taat jadi tenggelam, punah. Kedua, Rumah Tangga Tumbang. Kedua-duanya, suami istri sama ingkar kepada Allah dan Rasulullah saw. Di dunia, orang begitu dikutuk manusia, sedang di akhirat mereka pasti dimasukkan ke neraka. Demikian, rumah tangga Abu Jahal dengan istrinya Ummu Jamil. Ketiga, Rumah Tangga Teladan. Ia adalah cermin dari rumah tangga yang harmonis; suami isti manjadi abdi Allah, dan sama-sama berbuat baik kepada manusia dan layanan kemanusiaan. Ini rumah tangga Nabi Muhammad saw dan Siti Khadijah, Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, Sayidina Ali k.w. dengan Siti Fatimah az- Zahra binti Muhammad saw.
Orang Tua Kita Pasca Akad Nikah
Dengan sudah resminya akad nikah, maka terjalinlah tiga kerangka orang tua resmi di dalam rumah tangga keluarga mempelai. Disampaikan di dalam suatu riwayat,
ابوك ثلاثة: ابوك الذي ولدك، وأبوك الذي ولدك بنته، وأبوك الذي علمك
Orang tua itu ada tiga:
1. Orang tua yang melahirkan Anda;
2. Orang tua yang melahirkan puteri buat anda (mertua – serta timbal balik);
3. Orang tua yang mengajar ilmu pada anda (guru, ustadz, dosen).
Maka hormati mereka [para orang tua itu], dan mintalah nasihat dalam rangka berlayar dalam bahtera rumah tangga ini kepada mereka. Dan jikalau Anda mendapat nikmat dan berniat untuk memberi atau bersedekah maka adillah dalam perlakuan kepada mereka.
Empat Ciri Rumah Tangga Bahagia
Rasulullah Muhammad saw memberi tahu kita ada empat ciri rumah tangga bahagia, yang jika dihimpun dari banyak hadis ada enam ciri sbb:
- Mereka menyukai ajaran Agama [Islam];
- Anggota keluarga seia-sekata dalam saling mengasihi;
- Hemat, cermat, tepat dalam menggunakan rezeki dan karunia Allah;
- Anggota keluarga saling menyadari adanya kelemahan dan saling berusaha memperbaikinya.
Rumah tangga yang di antara tujuannya meliputi tiga hal yaitu:
- Memperoleh ketenangan batin, rasa cinta, dan saling menyangi (Q.S. ar-Rum/30: 21);
- Memperoleh anak atau cucu penyambung keturunan serta mendapat rezeki yang banyak dan halal (Q.S. an-Nahl/16: 72); dan
- Berjumpa dalam suasana saling mengasihi di surga antara suami, istri, dan anak-cucu (Q.S. At-Tur/52: 21).
Dalam rangka mencapai tiga tujuan ini, empat ciri rumah tangga layak berulang-ulang diperhatikan, agar dalam rumah tangga — semua akan menjadi wahana terbaik untuk mencapai ridha Allah Swt.
Menjadi Orang Tua Teladan
Sebelum memperoleh anak keturunan yang salih, maka yang terlebih utama mestilah dipikirkan bagaimana caranya saudara mempelai berdua (baik mempelai baru maupu mempelai lama), sempat berkali-kali merenungkan firman Allah Swt. Yaitu, firman pada Surah Al-Ahqaf/46 ayat 15 sbb:
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَـٰنًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ كُرْهًۭا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًۭا ۖ وَحَمْلُهُۥ وَفِصَـٰلُهُۥ ثَلَـٰثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةًۭ قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَـٰلِحًۭا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri”. (Q.S. Al-Ahqaf: 15).
Petikan Pokok Doa Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq:
Ya Allah jadikanlah aku/kami [orang tua yang beruntung] secara:
- Moralitas: mensyukuri nikmat Allah, atas yang sudah ada; tidak banyak mengeluh [tanda tidak ikhlas]; suka menikmati dan merasa senang dengan apa yang diperoleh dari rezeki Allah.
- Aktivitas: berkarir dan beramal shalih. Selalu berbuat yang bisa diselesaikan, sehingga kelihatan produktif di dalam keluarga dan masyarakat; banyak amal baik yang dirasakan dalam keluarga dan masyarakat. Mampu bekerja tangkas, bekerja cerdas, bekerja ikhlas dan bekerja yang menghasilkan.
- Loyalitas: menyadari perlunya loyal; ada keikutsertaan juga menyadari adanya kelemahan. Apabila anak keturunan kita kelak sudah disekolahkan dan sudah kelihatan mampu, maka layaklah diajak bicara memecahkan masalah rumah tangga bersama.
- Identitas: bahwa identitas muslim kita jangan sampai goyah. Karena kita adalah berasal dari Allah, maka akan kembali juga nanti kepada Allah Swt.
Doa Sayyidina Abu Bakar dikabulkan Allah Swt. Orang tua beliau, Abu Quhafah, menjadi muslim yang taat kepada Allah dan Rasulullah saw, sementara puterinya, Siti A’isyah r.a., menjadi ummul mukminin. Demikian pula puteri-puteri beliau.
Demikianlah, yang dapat disampaikan dalam khutbah nikah pada kesempatan ini, dengan harapan semoga mempelai berdua yang terdiri dari penganten baru [juga banyak mempelajai yang hadir yang sekalipun tidak baru], disampaikan semoga kita semua memiliki keturunan anak shalih yang selamat fidiini, wad dunya, wal akhirah.
Anak shalih, yaitu anak yang memiliki empat kekayaan:
- Kaya mental: selalu antusias, optimis dan dinamis, yang senantiasa rajin melakukan salat.
- Kaya teman: selalu mencari teman dimana saja dia berada, dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung, yang dilakukan karena dia memiliki akhlak mulia.
- Kaya nikmat: jika berada di tempat mewah dia bahagia, tetapi jika bertempat di gubuk dia tidak mengeluh, melainkan tetap dirasakannya dimana pun ada nikmat dan rahmat.
- Kaya budi: dirinya yakin bahwa kalaupun dirinya sukses, sukses itu bukan semata-mata karena hasil karya dirinya sendiri saja, tetapi ada juga pihak lain di dalamnya, baik berupa terkabulnya doa pihak lain atau amaliahnya yang secara tidak langsung
Akhirnya, marilah jangan sampai lupa suka berjamaah dalam banyak hal. Berjamaah dalam salat fardu atau yang bernilai setara fardhu; berjamaah dalam menikmati rezeki, dan berjamaah dalam banyak aktivitas yang bernilai ibadah, karena hidup berjamaah atau dekat dengan aktivitas umat itu berkah (Moh. Erfan Soebahar).