• Beranda
  • Profil
  • Artikel
    • Islamuna
    • Kunjungan
  • Berita
  • Hikmiah
  • Khazanah
  • Arsip
Menu +
  • Beranda
  • Profil
  • Artikel
    • Islamuna
    • Kunjungan
  • Berita
  • Hikmiah
  • Khazanah
  • Arsip

Mempertajam Fokus: Mendorong diri Bisa Terus Menebar Karya Tulis

Posted on January 30, 2019 | By admin | No comments

Menulis merupakan tugas atau pekerjaan yang gampang-gampang susah atau susah-susah gampang. Bagi orang yang sudah memiliki disiplin baik dan menulisnya menjadi bagian dari kesadaran yang berdaya, maka menulis termasuk adagium yang pertama. Sering muncul via lisannya, manulis adalah gampang, seperti ungkapan yang banyak dimunculkan dewasa ini.

Bila Belum Disiplin

Namun, bagi yang aktivitas menulisnya masih Senin – Kamis, alias masih sering aras-arasen untuk menulisnya, maka aktivitas menulis masih merupakan pekerjaan yang berat untuk diwujudkan. Sekalipun yang mengatakan demikian, bukan berarti bahwa yang bersangkutan tidak bisa menulis. Sebab, antara bisa menulis yang diwujudkan dan bisa menulis yang (lalu) tidak diwujudkan saja, sebenarna bedanya begitu tipis. Yaitu, intinya hanya di kesadaran untuk mewujudkan itu dan waktunya benar-benar digunakan untuk mewujudkan sesuatu yang jelas bisa wujud itu. Tentu saja hal ini, menjadi jelas dengan mereka yang memang tidak bisa menulis.

Etika yang membuat orang akhirnya punya tulisan yang cukup banyak, ternyata banyak berkait dengan pemilikan daya menulis, yang dengan sadar dayanya itu lalu didorong benar untuk menjadi tulisan. Doanya, sering seperti gurauan, “Allahumma pekso”. Artinya, pemaksaan diri dengan kesadaran tinggi untuk mengonsep, mengedit, menjadikan, dan lalu memublikasikan: di situlah yang intinya membuat karya-karya itu bisa wujud.

Nasihat dan Merawat Energi

Bagi yang sudah berjalan dalam menulis pun –kalau tidak menjaga diri– bisa jadi juga melempem dalam menulis. Artinya, suatu ketika bisa jadi bahwa daya menulis yang pernah kita miliki itu bisa jadi sudah tidak bisa gesit. Dan bisa jadi, bila tidak berhati-hati merawatnya, bisa lumpuh beneran. Na’udzu billah min dzalik.

Untuk menjaga dan merawat diri agar terus bisa menulis, mungkin ada baiknya, diri ini dirawat dengan berguru kepada orang-orang yang sudah banyak berdaya dalam menulis ini. Misalnya, John Gassner, memberi nasihat baik kepada kita, untuk menjaga diri dalam ritme nasihat sbb:

  • Lihatlah sekitarmu. Ini pada hemat saya penting, karena banyak bahan tulisan itu dapat diperoleh dari wilayah sekitar kita yang kita amati dari sudut pengamatan yang tepat; sepanjang kita bisa cermat melihat masalah dan upaya pemecahannya, maka topik adalah begitu kaya untuk ditulis.
  • Perhatikan dirimu sendiri. Ini berarti, banyak topik hasil pengamatan sekitar di atas akhirnya menguap, karena kalau ia dibidik secara tidak tepat, sering berubah, misalnya menjadi: hanya bercerita diri atau ujub dengan lisan atau bersombong diri, tidak jadi ditulis lalu dipublikasikan menjadi tulisan. Maka introspeksi diri untuk menulis apa yang sudah diamati berwujud sebuah tulisan yang layak publish, nah itu bisa berarti kita sudah tahu memperhatikan kehadiran diri sendiri dalam kenyataan yang produktif.
  • Uruslah perkara yang besar. Nasihat ini, berkenaan dengan karya yang ingin kita terbitkan, jangan hanya sekadar karya yang tidak ada atsarnya atau tidak ada wujudnya. Dalam studi ilmu hadis, banyak bukti hadis-hadis dari Nabi saw, itu disampaikan oleh para sahabat kepada kita termasuk kategori ini. Yaitu, sahabat mengangkat hasil pengamatan pribadinya dalam melihat sosok Nabi Muhammad saw, lalu disampaikan. Seperti, atar Siti ‘Aisyah, yang disampaikan ketika mengemukakan tentang karakter Nabi saw; beliau menjelaskannya: Kana Khuluquhu Al-Qur’an ‘bahwa karakter Nabi Muhammad saw adalah totalitas Al-Quran itu’, ungkap Siti ‘Aisyah r.a.
  • Membaca yang bermutu. Yang tidak boleh dilupakan, bahwa penulis yang produktif adalah pembaca-pembaca yang tidak pernah jemu-jemunya untuk terus membaca. Membaca adalah bahan penulisan, baik untuk diserap kailau saling berkait maupun untuk ditanggapi atau dikritik kalau berseberangan dengan apa yang sadang kita tulis. Layak diingat, bahwa di perguruan tinggi Universitas Quensland di Brisband Australia sana, bisa memnjamkan buku yang sekali pinjam sampai 70 eksemplaar. Jauh dari perkenan peminjaman buku di Indonesia, yang hanya sekitar 3-5 buah dalam sekali pinjam.
  • (bersambung….. ke hari besok..) (Erfan)

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Related

Category: Artikel

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terima Kasih
Anda Telah Berkunjung di Web ini
February 2019
S M T W T F S
« Jan    
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
2425262728  

Gallery

Cipayung-20121219-00284_2
Pangkalan-Baru-20111011-00082
20140812_120342
IMG-20131026-00128-1
20140828_105632-e1416452073956
IMG-20131009-00060-1
20131029_115449-1
C360_2014-12-27-16-01-45-060
20141225_081921
IMG-20150307-WA0001
20131210_075503-1
20151205_153347
IMG-20151205-WA0000

Artikel Terbaru

  • Memandirikan Anak Ketiga, Semoga Diberkahi Allah Swt
  • Trampil Dalam Lingkungan: dengan Kendaraan Roda Dua
  • Mempertajam Fokus: Mendorong diri Bisa Terus Menebar Karya Tulis
  • Mengakhiri Kajian Hadis tentang Penjagaan Allah Bagi Umat Manusia
  • Menjelang Finishing Pembangunan Rumah Nora Fachri di Gondoriyo
  • Menyelesaikan BKD dan Input Nilai Kuliah S1 FITK UIN WS Semarang
  • Menyiasati Rezeki Khazanah Pribadi dengan Buku Pdf, Dapatkah?
  • Buku Khutbah dan Kalender MUI Kota Semarang: Segera Terbit
  • Menyelesaikan Tatap Muka di Depan Peserta PPG
  • PPG di UIN Walisongo: Dari Desember s.d. Januari 2019

Statistics

  • 83
  • 13
  • 1,683
  • 17,068
  • 101,435
  • 2,195,449
  • 211,944
  • 14
  • 1,105

Archives

  • February 2019 (1)
  • January 2019 (10)
  • December 2018 (10)
  • November 2018 (10)
  • October 2018 (10)
  • September 2018 (10)
  • August 2018 (10)
  • July 2018 (10)
  • June 2018 (10)
  • May 2018 (17)
  • April 2018 (16)
  • March 2018 (10)
  • February 2018 (15)
  • January 2018 (17)
  • December 2017 (18)
  • November 2017 (17)
  • October 2017 (17)
  • September 2017 (18)
  • August 2017 (17)
  • July 2017 (17)
  • June 2017 (17)
  • May 2017 (17)
  • April 2017 (17)
  • March 2017 (17)
  • February 2017 (17)
  • January 2017 (17)
  • December 2016 (17)
  • November 2016 (17)
  • October 2016 (17)
  • September 2016 (17)
  • August 2016 (17)
  • July 2016 (17)
  • June 2016 (17)
  • May 2016 (17)
  • April 2016 (17)
  • March 2016 (17)
  • February 2016 (17)
  • January 2016 (17)
  • December 2015 (17)
  • November 2015 (17)
  • October 2015 (17)
  • September 2015 (17)
  • August 2015 (17)
  • July 2015 (17)
  • June 2015 (17)
  • May 2015 (17)
  • April 2015 (17)
  • March 2015 (17)
  • February 2015 (17)
  • January 2015 (17)
  • December 2014 (17)
  • November 2014 (17)
  • October 2014 (17)
  • September 2014 (17)
  • August 2014 (17)
  • July 2014 (20)
  • June 2014 (18)
  • May 2014 (19)
  • April 2014 (19)
  • March 2014 (15)
  • February 2014 (15)
  • January 2014 (16)
  • December 2013 (15)
  • November 2013 (14)
  • October 2013 (20)
  • September 2013 (17)
  • August 2013 (17)
  • July 2013 (15)
  • June 2013 (10)
  • May 2013 (17)
  • April 2013 (3)
Copyright 2019 Prof. DR. H.M. Erfan Soebahar
%d bloggers like this: