Mempertajam Fokus: Mendorong diri Bisa Terus Menebar Karya Tulis
Menulis merupakan tugas atau pekerjaan yang gampang-gampang susah atau susah-susah gampang. Bagi orang yang sudah memiliki disiplin baik dan menulisnya menjadi bagian dari kesadaran yang berdaya, maka menulis termasuk adagium yang pertama. Sering muncul via lisannya, manulis adalah gampang, seperti ungkapan yang banyak dimunculkan dewasa ini.
Bila Belum Disiplin
Namun, bagi yang aktivitas menulisnya masih Senin – Kamis, alias masih sering aras-arasen untuk menulisnya, maka aktivitas menulis masih merupakan pekerjaan yang berat untuk diwujudkan. Sekalipun yang mengatakan demikian, bukan berarti bahwa yang bersangkutan tidak bisa menulis. Sebab, antara bisa menulis yang diwujudkan dan bisa menulis yang (lalu) tidak diwujudkan saja, sebenarna bedanya begitu tipis. Yaitu, intinya hanya di kesadaran untuk mewujudkan itu dan waktunya benar-benar digunakan untuk mewujudkan sesuatu yang jelas bisa wujud itu. Tentu saja hal ini, menjadi jelas dengan mereka yang memang tidak bisa menulis.
Etika yang membuat orang akhirnya punya tulisan yang cukup banyak, ternyata banyak berkait dengan pemilikan daya menulis, yang dengan sadar dayanya itu lalu didorong benar untuk menjadi tulisan. Doanya, sering seperti gurauan, “Allahumma pekso”. Artinya, pemaksaan diri dengan kesadaran tinggi untuk mengonsep, mengedit, menjadikan, dan lalu memublikasikan: di situlah yang intinya membuat karya-karya itu bisa wujud.
Nasihat dan Merawat Energi
Bagi yang sudah berjalan dalam menulis pun –kalau tidak menjaga diri– bisa jadi juga melempem dalam menulis. Artinya, suatu ketika bisa jadi bahwa daya menulis yang pernah kita miliki itu bisa jadi sudah tidak bisa gesit. Dan bisa jadi, bila tidak berhati-hati merawatnya, bisa lumpuh beneran. Na’udzu billah min dzalik.
Untuk menjaga dan merawat diri agar terus bisa menulis, mungkin ada baiknya, diri ini dirawat dengan berguru kepada orang-orang yang sudah banyak berdaya dalam menulis ini. Misalnya, John Gassner, memberi nasihat baik kepada kita, untuk menjaga diri dalam ritme nasihat sbb:
- Lihatlah sekitarmu. Ini pada hemat saya penting, karena banyak bahan tulisan itu dapat diperoleh dari wilayah sekitar kita yang kita amati dari sudut pengamatan yang tepat; sepanjang kita bisa cermat melihat masalah dan upaya pemecahannya, maka topik adalah begitu kaya untuk ditulis.
- Perhatikan dirimu sendiri. Ini berarti, banyak topik hasil pengamatan sekitar di atas akhirnya menguap, karena kalau ia dibidik secara tidak tepat, sering berubah, misalnya menjadi: hanya bercerita diri atau ujub dengan lisan atau bersombong diri, tidak jadi ditulis lalu dipublikasikan menjadi tulisan. Maka introspeksi diri untuk menulis apa yang sudah diamati berwujud sebuah tulisan yang layak publish, nah itu bisa berarti kita sudah tahu memperhatikan kehadiran diri sendiri dalam kenyataan yang produktif.
- Uruslah perkara yang besar. Nasihat ini, berkenaan dengan karya yang ingin kita terbitkan, jangan hanya sekadar karya yang tidak ada atsarnya atau tidak ada wujudnya. Dalam studi ilmu hadis, banyak bukti hadis-hadis dari Nabi saw, itu disampaikan oleh para sahabat kepada kita termasuk kategori ini. Yaitu, sahabat mengangkat hasil pengamatan pribadinya dalam melihat sosok Nabi Muhammad saw, lalu disampaikan. Seperti, atar Siti ‘Aisyah, yang disampaikan ketika mengemukakan tentang karakter Nabi saw; beliau menjelaskannya: Kana Khuluquhu Al-Qur’an ‘bahwa karakter Nabi Muhammad saw adalah totalitas Al-Quran itu’, ungkap Siti ‘Aisyah r.a.
- Membaca yang bermutu. Yang tidak boleh dilupakan, bahwa penulis yang produktif adalah pembaca-pembaca yang tidak pernah jemu-jemunya untuk terus membaca. Membaca adalah bahan penulisan, baik untuk diserap kailau saling berkait maupun untuk ditanggapi atau dikritik kalau berseberangan dengan apa yang sadang kita tulis. Layak diingat, bahwa di perguruan tinggi Universitas Quensland di Brisband Australia sana, bisa memnjamkan buku yang sekali pinjam sampai 70 eksemplaar. Jauh dari perkenan peminjaman buku di Indonesia, yang hanya sekitar 3-5 buah dalam sekali pinjam.
- (bersambung….. ke hari besok..) (Erfan)