Menangani Aktivitas dengan Pendekatan Shoft: Bisa Utuh dan Mumpuni
Menganani aktivitas pada masa seperti yang kita hadapi sekarang ini tetap memerlukan kecermatan, memiliki nyali yang pas, namun dengan pendekatan Shoft.
Watak Bawaan
Pada masa kapan pun kita bertugas, apalagi berkaitan dengan masyarakat luas. Kita tetap perlu tahu watak bawaan manusia di dalam kehidupan ini. Pada dsarnya manusia memiliki watak bawaan seperti ujub yang tidak mau kedahuluan, sombong, egois, dan mau menangnya sendiri. Nah, dalam menghadapi manusia yang cenderung memiliki karakter berbeda-beda maka kita perlu menghadapinya dengan cara yang tidak sekadar menghadapi lalu dipikir sudah langsung bisa selesai. Karena setiap orang pada dasarnya memiliki kemungkina berbeda. Dari situ, mencermati ke kaum seperti apa kita berhadapan perlu diketahui dengan tepat.
Pendekatan Tidak Kasar
Bagi tiap komunitas atau kelompok masyarakat, kita tidak bisa menghadapinya dengan sekadar pendekatan seadanya. Tetapi, kaum itu perlu ditatap dari cara mereka memandang dan memikirkan berkaitan dengan corak kehidupannya sehari-hari. Cara kasar misalnya, bukan masana kita berhadapan dengan kaun sekaang dengan cara itu. Apatah lagi hanya dengan main tegor. Maka menangani kegiatan dengan mengggunakan pendekatan yang tepat adalah perlu dipikirkan secara bijak. Yang lebih mengena, kita perlu mendekati masyarakat dengan pendetan yang tepat, yang dikenal dengan pendekatan shoft. Atau dalam bahasa dakwah, adalah menggunakan dakwah yang lurus.
Berdakwah yang Lurus
Dalam berdakwah, ternyata dakwah itu tidak hanya satu macam. Selain ada dakwah ilallah yang lurus ternyata ada dakwah setan dan kroni-kroni setan. Dakwah yang dikehendaki oleh agama adalah dakwah yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarrakat dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan dakwah yang dikehendaki oleh Allah Swt. Dakwah jenis ini, adalah berdakwah yang sesuai dengan daya jangkau pikiran atau perspektif kaum yang dapat menghidupkan jiwa mereka melalui seruan dakwah. Karena dakwah yang lurus adalah, “mengetahui daya pikir mereka sehingga dakwah itu sampai di kalbu mereka, yang aman dari kejengkelan mereka” (Erfan Subahar).