Mengajar Hermeneutike [Manhaj] Tafsir al-Qur’an dan Hadis 2016
Mengajar metodologi di S3 sebenarnya sudah saya siap pada tahun 2015, tetapi baru dapat dijalani 2016. Mengajar pada kelas ini selain tahu lebih dahulu ilmu pokok mesti tahu juga mengenai metodologinya. Dengan mengetahui metodologiinya, kepintara dalam menguasai ilmu dapat disebarkan tidak saja untuk diri sendiri, melainkan juga bisa disebarkan untuk banyak orang yang ada di sekitar kita terutama yang sudah berada di studi akhir atau studi program doktor itu.
Mengajar studi ini kita bisa ke Barat dan juga bisa ke Timur, tentu saja di bidang pemikirannya. Ke Barat atau ke Timur, kita tidak usaha terlalu dihubungkan kepada Islam atau kafir, karena pada dasarnya ilmu itu adalah menuju Allah — hanya kadang dalam pendekatannya perlu di sana-sini dikembalikan atau diberi suluh dengan bimbingan wahyu. Di sini, Al-Qur’an dan hadis, didudukkan seimbang bagi menjawab soal-soal pelik di dalam kehidupan.
Deskripsi
Mata kuliah ini dicoba untuk dirancang sebagai mata kuliah yang mengkaji hermeneutika dari dua sisi. Pertama, dilihat dari sisi sebagai teori interpretasi dengan berbagai madzhab yang berkembang di dalamnya, tidak saja di Barat melainkan juga di Timur atau orang Timur yang banyak bergaul dengan dunia Barat. Kedua, implementasi teori-teori tersebut dalam pemahaman Al-Qur’an dan Hadis serta fenomena keagamaan secara kontekstual.
Maka dari itu porsi kajian, selain memaparkan para ahli yang telah banyak dikenal banyak berkecimpung di bidang yang relavan dengan studi ini, juga diangkat juga ahli-ahli yang berkecimpung secara spesifik baik dalam studi tafsir al-Qur’an maupun dalam studi hadis. Bidang-bidang ini dicoba lebih lanjut ditampilkan dalam 16 kali tatap muka perkuliahan.
Namun, di sana sini selain perlu diarahkan menyelesaikan pokok-pokok di atas, tampaknya kemajuan IT yang sangat pesat kita tidak boleh absen di dalamnya. Maka itu, kita minta mahasiswa yang sudah banyak mengalami dalam studi itu, kita minta untuk berjuang bagi sesamanya memaparkan apa yang terbaik dilakukan bagi sesamanya. Dari situ mereka yang berlatar keilmuan dari kampus UGM, UNNES, UIN Sendiri, maupun Unesri kita minta kesediaan menyelipkan keilmuan baik yang berkenaal dengan penulisan artikel jurnal internasional masa sekarang, penulisan karya ilmiah penelitian tingkat tinggi, juga ketrampilan teknis tinggi di dalam mengakses pustaka yang cepat, akurat, namun tentunya yang sangat cepat.
Kerangka
Kerangka pegangan perkuliahan sementara:
1- Perkuliahan menggunakan sistem seminar, yang mendiskusikan topik yang berisi pilihan beberapa persoalan kajian.
2- Makalah dibuat minimal dengan rujukan 15-20, dengan tebal minimal 15, 20, hingga 40 halaman.
3- Pemaparan selain berbicara secara teoritik metodologik mengenai konsepsi hermeneutik umum, hermeneutik tafsir al-Qur’an, juga sekaligus hermeneutik hadis. Kekayaan pengembangan makalah dengan aneka keilmuan yang dimiliki peserta diakomodasi, dan diharapakan bisa ditatap dengan pengayaan daya cipta seperti sketsa, tabel, dan ringkasan data lainnya.
4- Jika pada kuliah pertama diisi dengan pengantar yang menyapa para peserta secara keseluruhan, yang didahului dengan perkenalan dosen lalu diikuti dengan perkenalan mahasiswa mulai dari nama, alamat asal, tugas sekarang, dan tinggalnya di mana sekarang, maka kuliah kedua akan diisi dengan paparan berkenaan dengan perkuliahan ini.
5- Direncanakan selain menyampaikan beberapa titik poin penting perlunya persamaan persepsi, kuliah yang mendeskripsikan sosok mata kuliah itu, menyampaikan maksud dan tujuannya, strateginya, penilaiannya, pembuatan makalahnya, daftar rujuan yang layak dipersiapkan, juga mencoba mengangkat hal-hal yang memperkaya pemikiran mahasiswa ke depan. Selain bisa mengakomodasi yang mengait kepada penulisan disertasi, hingga perlunya melihat studi yang mengenal Islam di Nusantara ini, juga mememperhatidak dengan cermat dan tepat gelagat perkembangan dunia yang cukup pesat ini.
6- Dengan 16 kali tatap muka, sajian topik-topik perkuliahan selain dilakukan seperti dalam jadwal, juga sekali-kali ada perkembangan yang sebelumnya diusahakan kesepakatan bersama dengan seluruh peserta mata kuliah.
Akhirnya, perkuliahan yang ditangani ini sebenarnya paling tidak dimaksudkan untuk menjawab sebagian persoalan dari semesta persoalan dunia yang ada ini secara teoritis dan metodologis, dengan harapan bahwa para peserta ketika menghadapi persoalan tentang yang berkaitan dengan masa dahulu, sekarang, dan ke depan, kita berharap mampu menjawabnya dengan konseptual dan berani namun tetap dalam suasana tawadhu. Karena masa yang dihadapi ini, mesti dicoba menghadapinya dengan yang terbaik, sesuai kemampuan keilmuan yang ada sekarang yang terus menerus dikembangkan untuk menghadapi masa kini dan ke depan (Erfan Subahar).