Mengenali Hati: Sifat, Gejolak Nafsu, dan Membina Peradaban
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang unik. Dilihat dari fisiknya, ia tidak seberapa besar tetapi kecerdasan otaknya mengalahkan makhluk lain yang berfisik besar, atau yang buas, atau yang lincah, atau berfisik serem serta menakutkan. Sekalipun badannya tidak seberapa, manusia bisa menaklukkan bukit, gunung, dan banyak bentuk hebat lain yang jauh besar dibanding manusia. Rupanya, kecerdasan yang telah membawa manusia bisa terbang melehihi sejumlah makhluk lain dengan pesawat jet yang dibuat berkecepatan tinggi. Kecerdasan manusia itulah, yang sejauh ini diduga kuat, sehingga mampu membawa manusia menjadi makhluk yang luar biasa.
Namun sayang, pada manusia tidak hanya terlihat hebat, tetapi kita saksikan banyak manusia yang terbelakang, yang kejam, dan bahkan suka perusak. Tidak hanya pendidikan yang terbelakang, nasibnya juga terbelakang, bahkan di dunia ini pada beberapa suku masih sangat terbelakang, yang dari pakaiannya masih seperti telanjang. Di antara manusia, tidak sedikit saat ini yang pribadinya kejam, sadis, yang sering melebihi binatang; seperti makan siapa pun yang dikalahkan, astaga. Lalu, yang sering mengagetkan, perilaku buruk manusia, tidak sedikit yang menjadi perusak: membakar hutan yang ditanam bertahun-tahun, mencemari aliran sungai yang dialiri limbah beracun dari perusaha, dan perusak tingkat tinggi berupa merusak peradaban bangsa lain.
Pendidikan, Menggarap Otak atau Mencerdaskan Hati?
Mengingat kemajuan manusia begitu pesat, maka dimana-mana yang dimaksimalkan adalah pendidikan yang berbasik otak. Otak manusia diasah terus dengan pendidikan klasikal, sejak peringkat paud, kanak-kanak, sampai dengan program strata tiga. Itupun berupa pendidikan dalam berbagai-bagai ilmu pengetahuan di dunia.
Manusia dengan pendidikan, tidak hanya mengajarkan ilmu yang bersentuhan dengan otak, tetapi diperlengkapi dengan kehebatan teknologi plus seni, sehingga dikenal IPTEKs dalam peradaban manusia.
Namun, dengan ilmu, teknologi, dan seni, manusia sekalipun memperoleh kebebatan dalam pelbagai perkembangan kehidupan, manusia mempunya keterbatasan yang semakin lama tidak selalu semakin baik. Perilaku pencurian sekarang marak dalam berbagai sebutannya……. Perilaku penjualan manusia pun marak dengan berbagai kasusnya. Begitu pula perilaku penipuan, yang akibat dari kecerdasan, juga tidak sedikit istilahnya.. Dan pelbagai perilaku lainnya yang merusak, misalkan…..
Benarkah, Kita Perlu Mendidik Hati?
Mempercerdas kerja otak, ternyata pada masa sekarang semakin dirasa tidaklah cukup. Ternyata, di balik otaknya, manusia mempunyai perangkat fisiknya yang menjadi motor semua, yang dinamakan hati. Kalau begitu: Apa sebenarnya hati itu? Seperti apakah sifat-sifat batin hati? Benarkah bahwa manusia sebagai perusak itu bukan karena otaknya yang buruk, tetapi karena rusaknya perintah hati? Dan bagaimanakah manusia yang telah berkesadaran, benarkah bahwa manusia pembangun peradaban itu karena mereka telah berhasil menata hatinya sesuai dengan petunjuk Sang Pencipta?
Hati sebagai Segumpal Darah
Selain otak yang berada di kepala, ternyata pada manusia masih ada hati yang perlu diberi perhatian cukup. Manurut hadis Nabi, pada diri manusia itu terdapat mudhghah (segumpal darah yang aktif bergerak), jika dia sehat maka sehatlah sekujur tubuhnya dan jika ia sakit maka sakitlah di sekujur tubuhnya, itulah hati.
Jika hati itu diurai, maka hati itu bukan hanya soal segumpal darah yang terus bergerak, melainkan sebuah organ pokok yang terhubung ke otak, yang memiliki daya perintah dan pengendali diri ke seluruh tubuh. Laksana dinamo kendaraan, maka hati adalah laksana suatu perangkat yang mempunya daya hubung ke otak, dan atas perinah hatilah maka otak itu bertugas dalam interaksinya dengan mata untuk melihat, telinga untuk mendengarkan, hidung untuk mencium, kulit untuk merasakan, lidah untuk merasa. Jadi, otak itu sendiri sebelum memberikan instruksi ke seluruh anggota badan, termasuk pancaindera melalui jaringan saraf, ia terlebih dahulu, merima perintah dari organ yang namanya hati. Hati inilah, organ yang aktivitasnya bisa berbuat bolak-balik: antara berbuat kebajikan atau sebaliknya berbuat keburukan. Jika yang menang adalah kemauan mewujudkan kebaikan maka sinyal ke otak adalah sinyal perintah berbuat baik dengan amal-amal salih, namun jika yang menang masuk ke hati adalah kemauan untuk mewujudkan keburukan maka itulah yang masuk ke otak yang mempengaruhi sekujur tubuh kita untuk melakukan perbuatan; hati ketika itu dipengaruhi terus oleh hawa negatif sehingga selalu kemerungsung, dan stress karena melakukan keburukan demi keburukan yang tidak pernah dirinya tenang.
Pada hati, sebenarnya memiliki sifat-sifat bawaan yang harus senantiasa dikendalikan agar tidak melakukan keburukan yaitu sifat ujub, riyak, takabbur, iri, dengki, hasut, fitnah, tamak, loba, dan sombong yang darinya manusia selalu terinspirasi oleh dorongan nafsunya untuk berperilaku dusta ketika bicara dan bohong, serta suka dendam dan benci di dalam kehidupan. Jika dituruti maka kering hati manusia, dan lama kelamaan mati mata hatinya. Namun, hati itu bisa senantiasa hidup, jika dalam menghidupkan itu dikembalikan ke Pencipta dan Rasulnya bagi selalu menghidupkannya.