Mengenalkan Paham Aswaja Ke Kalangan Organisasi Mahasiswa
Di bawah ini, sebuah tulisan diminta oleh kawan-kawan mahasiswa di lingkungan Walisongo. Uraiannya untuk para mahasiswa baru yang akan diperkenalkan kepadanya buah pikiran ini.
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Swt yang atas rahmat dan hidayat-Nya kita dapat bertemu di satu kegiatan, yaitu kegiatan PMII. Kependekan dari Per-gerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Kita suka PMII karena aktivitasnya sejalan dengan derap kehidupan yang dinamis, yaitu bergerak. Di PMII dikenal dengan gerak untuk maju. Mereka kenal betul ungkapan, “tangan terkepal dan maju ke muka.”
Dapat maju ke muka karena di dalam gerak kita didorong oleh semangat yang dikelola. Yaitu dikelola, berda-sarkan paham yang menjadikan diri kita bisa dibawa maju. Maju dalam arti: bergerak setahap demi setahap, tidak bergerak sekaligus yang tanpa dikelola. Dengan gerak setahap demi setahap, kemajuan yang diperoleh dapat diukur dari sejak kita sadar hingga akhir kehidupan kita.
Aswaja, atau ahlussunnah wal jamaah. Itulah paham yang kita mesti mengenal dan memahaminya. Yang dengan itu kemajuan dapat dikelola di dunia mahasiswa melalui organisasi yaitu PMII. Kenal dan tahu Aswaja. Mendalami Aswaja seba¬gai wahaha pendorong bagi kehidupan. Tidak mandek, tidak stress, tidak asal hidup, tetapi, hidup mengarah ke tujuan.
Mengenal dan Maju
Mengenal walau sekilas, bukan sekadar untuk kenal kulit. Tetapi mengenal untuk bekal kita maju. Mengenal paham Aswaja, yaitu Ahlussunnah wal Jamaah. Mengapa paham Aswaja. Karena paham ini, memiliki pandangan bahwa hidup ini tidak untuk kaku-kakuan. Tidak untuk ngotot menang sendiri. Dan tidak untuk membuat kita kemerungsung, asal bisa hidup cepat. Tetapi hidup itu untuk maju ke tujuan dengan adanya sikap diri seimbang, mampu tenang di pertengahan, dan tetap bisa mantap dalam sikon rumit sekalipun.
Memilih Aswaja, karena dengannya seseorang dapat berdiri eksis, tetap mampu tenang dan dapat hidup selamat. Orang-orang aswaja memiliki pendirian ketika menatap kehidupan, sehingga hingga kapanpun mereka hidup tetap mampu membawa diri dengan elegan.
Bukan hanya terhadap masa Nabi saw kita punya sikap, tetapi dengan pelbagai masa berikutnya orang-orang Aswaja siap menghadapinya tanpa harus bingung de¬ngan pelbagai situasi yang dihadapi. Tak terkecuali di era discrupsi, yang ketika meraba dunia serba tidak menentu.
Kalangan Aswaja memiliki kesadaran sejarah. Pemilik paham Aswaja memahami betul perjalanan sejarah umat bahwa, sejak masa Khalifah Ali karramallah wafat, umat Islam sudah pecah menjadi tiga golongan. Pertama, golongan syi’ah; pengikutnya terpecah dalam banyak golo¬ngan; sosoknya sukar dibaca karena berpaham taqiyah, tidak menampakkan diri secara utuh di depan pihak lain. Kedua, golongan khawarij; yang pecahanya hampir sama dengan golongan pertama; pada kegiatan organsasi ini biasa dikenalkan sosok¬nya. Dan ketiga, Jumhur Ulama; pada kesempatan lain ini bisa dijelaskan.
Kemudian, perpecahan di dunia Islam berkembang, dari tiga (3) menjadi 72. Menurut Imam al-Syathibi, 72 itu pecahan dari 7 golongan besar, yaitu: (1) Syi’ah, pecah menjadi 22 golongan; (2) Khawarij, pecah menjadi 20 golongan; (3) Mu’tazilah, pecah menjadi 20 golongan; (4) Murji’ah, pecah menjadi 5 golongan; (5) Bukhariyah, pecah menjadi 3 golongan; (6) Jabariyah, pecah menjadi 1 golongan sendiri; dan (7) Musyabbihah, juga pecah menjadi 1 golongan tersendiri. Dari tujuh golongan itu tampak, bahwa dunia Islam telah pecah menjadi 72 golongan.
Golongan yang pecah memiliki masalah. Paling tidak masalah ke dalam. Pada masing-¬masing dari yang pecah itu punya problema, yang umumnya cenderung sulit diselesaikan. Bahkan, seperti golongan di atas kondisinya berlarut-larut, tidak berkesudahan. Sangat lama, dan menyejarah, serta pada kebanyakannya tetap pecah, sukar untuk menyatu kembali. Nah, dilihat dari sudut pencapaian kemajuan, maka mana bisa golongan yang sudah pe¬cah mengarahkan pengikutnya ke kemajuan yang prospektif bagi umat?
Padahal yang namanya umat atau organisasi yang maju, kemampuan hadir dalam kondisi diri yang tampil mantap adalah keniscayaan. PMII tanpa kecuali. PMII lahir dengan kesiapan pemahaman yang teruji dalam menampilkan nilai-nilai, baik yang bermanfaat bagi internal organisasi maupun ke luar. Paham-paham yang pecah, terutama dari 7 golongan yang hingga menjadi 72 golongan di atas, yang pada intinya berasal dari masalah akidah, lalu meluas ke masalah syari’ah, tidak menjadi pilihan PMII dalam memilih paham.
Paham PMII diarahkan ke paham Ahlussunnah wal Jamaah, yang memiliki maksud suci. Yaitu menegakkan kembali paham akidah seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw dan membentengiya dari pelbagai ajaran sesat. Lalu meluas ke paham syari’ah, yang juga mengalami penyim¬pangan dari petunjuk Nabi saw. Diarahkan ke bidang pemahaman yang disampaikan oleh sosok mujtahid yang andal di bidangnya yakni Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam al-Syafi’i, dan Imam Ahmad Ibn Hanbal.
Ajaran Pokok
Pada dasarnya ajaran pokok Ahlussunnah Wal Jamaaah, yang dianut dan di¬pegang teguh oleh PMII setidaknya mencakup empat bidang pokok. Pertama, bidang politik; misalnya dalam bidang ini di antara yang mesti diketahui: bahwa umat Islam harus berpemerintahan dan pemerintahan bagi umat Islam bersifat demokratis. Kedua, bidang ekonomi; misalnya di bidang ini Islam mengakui dan melindungi adanya hak milik atas harta benda, baik milik perorangan maupun milik umum, sama saja itu milik orang Islam maupun non-Muslim, dll. Ketiga, bidang sosial; dalam bidang ini diajarkan bahwa Islam mengakui eksistensi manusia sebagai makh¬luk yang dimuliakan oleh Allah; untuk itu Islam menentang perbudakan dan penjajahan manusia atas menusia lain, dll. Keempat, bidang kebudayaan; misalnya di sini diajarkan bahwa Islam mengakui dan menghargaai hasi budidaya umat manusia sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah Swt.
Dari paparan sederhana ini, minimal sosok singkat warga atau keluarga PMII yang mesti diikuti dan dianut oleh mahasiswa baik baru maupun lama menuju masa depan yang maju, dapat dikenal dengan baik. Dengan pengenalan, proses me¬nentukan pilihan dan menempatkan diri di bidang nilai-nilai penting organisasi yang diikuti dapat dipahami polanya, sehingga dapat mencapai tujuan seperti apa yang kita kehendaki berdama.
Sahabat, hingga di sini saya menulis untuk anda, semoga uraian perkenalan ini dapat mende-katkan kita kepada saling paham dan memberi manfaat bagi para pembacanya. Amin.
Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq.