Menghadirkan Profil KHM Soebahar bin KH Abu Bakar (1)

Nama Kiai Soebahar banyak dikenal di kalangan santri dan masyarakat yang ada di wilayah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Namun, belum banyak dikenal untuk masyarakat yang berdomisili di luar kota Bondowoso. Hal itu bisa jadi karena ada satu yang umum dimengerti, bahwa tokoh-tokoh ada dan lahir di kota kabupaten ini kurang suka memperkenalkan diri atau mempromosikan dirinya, atau orang-orang di luar Bondowoso, kurang banyak menulis mengenai kota hal-hal berkenaan dengan Kota Bondowoso ini dan profil tokohnya, termasuk juga mengenai tokoh-tokoh dari kota Bondowoso ini.

Pimpinan Pondok Pesantren

Di desa  tempat beliau dilahirkan yaitu Tangsil Kulon, Kecamatan Tenggarang, Kabupeten Bondowoso, Kiai Soebahar sudah biasa dikenal.

Kiai Moh Soebahar lahir di Desa Tangsil Kulon Bondowoso, dari pernikahan Ayahnya, KH Abu Bakar dengan Ibunya Nyai Mirati. Dari perkawinan ini, Kiai Soebahar termasuk putera pertama, yang di bawahnya lahir 7 saudara; dua meninggal, sementara 5 orang yang diketahui, yaitu:
1. Nawawi,
2. Khotib,
3. Ahmad Rofi’i,
4. Baidhowi,
5. As’ad

Pendidikan yang dilaluinya, mula-mula belajar agama di Pesantren Tangsil Kulon yang dididirikan oleh Ayahnya, KH Abu Bakar, sampai siap untuk menempuh ilmu-ilmu dasar dan keagamaan di dalam asuhan ayahnya.
Setelah itu, beliau dipondokkan di Pondok Pesantren Salafiyyah al-Syafi’iyyah di Desa Sukorejo Asembagus, Situbondo; suatu tempat pendidikan agama yang sekarang santrinya sudah lebih dari 15.000 orang, yang berada sekitar 90 km dari kota Bondowoso.

Dari tempaan ilmu di Pondok Pesantren Sukorejo ini, Kiai Soebahar dikenal melakukan tiga aktivitas besar. Pertama, mendirikan dan mendidik santri di Pondok Pesantren Bahrul Ulum. Kedua, berjuang bersama masyarakat mengusir penjajahan Belanda dan Jepang dari Indonesia. Ketiga, mendidik dan memupuk pembinanan secara berkelanjutan masyarakat di lingkungannya bagi mengikis kebodohan dan kemiskinan.

Karena sejak masih masa perjuangan negara atau pembebasan diri dari penjajahan kolonial Belanda dan Jepang, perjuangan dan pendidikan yang dilakukan beliau tidak bisa dibilang sederhana. Di bawah koordinasi tokoh-tokoh seperti Kiai Syamsul Arifin atau Kiai  As’ad, putera Kai Syamsul Arifin, Pondok Pesantren Assalawiyah al-Syafi’iyah Sukorejo Asembagus, Kiai Soebahar tergolong Aktif berjuang.
Sehari-hari sesuai kemampuan, Kia

Pensiunan Kemenag
Pagi hari beliau memulai karir sebagai staf di suatu Kantor Urusan Agama. Lalu menjadi Kepala di Kantor Urusan Agama dengan beberapa kali mutasi sesuai dengan regulasi yang ada. Misalnya beliau pernah mengepalai KUA di Kecamatan Pujer, di Kecamatan Wonosari, hingga di Kecamatan Tenggarang. Beliau juga pernah menjadi Hakim pada Pengadilan Agama di Kota Bondowoo. Dan pensiunan

Demikian, sekilas mengenai Kiai Soebahar (Erf).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *