Mengikuti Workshop Penulisan Berstandar Internasional

Pada hari Rabu dan Kamis, 18-19 Maret 2015 para dosen UIN Walisongo kembali berjumpa Prof Dr Irwan Abdullah. Perjumpaan yang diikuti 45 dosen dengan Prof Iwan Abdullah kali ini, berisi suguhan yang telah lama ditunggu-tunggu, yaitu suguhan menulis di Jurnal Nasional atau Internasional. Jika pada pertemuan sebelumnya, kami disuguhi hal-hal yang pokok-pokok secara garis besar mengenai bagaimana melakukan penelitian dan penulisan maka hal itu dipertajam lagi oleh Prof Irwan sampai ke hal-hal yang berkenaan dengan bagaimana meneliti dan menulis yang membumi.

 

Memperoleh Data

Meneliti yang benar dan berhasil tentulah berkaitan dengan data.  Data yang akan dicari mestilah data yang memang diperlu- kan oleh para penelitian dalam rangka menjawab persoalan yang ditulisnya. Mengapa belum-belum sudah memikirkan soal data, apa ada problema penelitian yang meleset dalam melakukan penelitian hingga di akhir penelitiannya? Dijawab ada.

Ada sejumlah penelitian dilakukan, dan terus ditulis dari awal sampai akhir, ternyata begitu sampai kesimpulan, pelacakan data apa yang dicari dan benarkan dalam mencari datanya? Sang peneliti sering tidak bisa memberi jawaban yang memadahi. Sebab, sejak awal dari pembahasannya di Bab III, Bab IV, dan Bab V, yang sering berisi paparan analisis atau isi suatu penelitian tidak memaparkan analisis data, tetapi hanya menguraikan tentang kesan. Ya tulisannya hanya menyampaikan panjang lebar tentang kesan dalam analisis inti tulisan (di Bab III, Bab IV, dan Bab V)nya.

Akhirnya, kesimpulan yang ditariknya pun bukan jawaban dari rumusan masalah yang dicari jawabannya dalam membahas dari data yang diperolehnya, tetapi ditarik dari sejumlah kesan yang “berhasil” dijawab dari penelitian yang dilakukan.

Dari paparan di atas, ada suatu yang baru dari kehadiran Prof Irwan, yang memang diperlukan bagi workshop kali ini; (1) ada tulisan yang tidak diselesaikan lewat pencarian data yang benar melainkan melalui penulisan kesan, (2) sistematisasi penulisan sosial keagamaan yang berlandaskan kesiapan teori, dan (3) menulis hasil penelitian dalam jurnal berstandar.

 

Mestinya Laporan tentang Data Terkait

Penelitian ilmiah berurusan dengan data. Sebab itu, sejak awal penelitian tentang bagaimana teknik memperoleh data: data apa yang diperlukan, bagaimana cara memperolehnya, data seperti apa yang memang tepat dicari, mestilah dijadikan prioritas penelitian. Dari situ, ketika melaporkan hasil penelitian pun, yang dilaporkan memang hal-hal hanya sesuai dengan apa yang dicari baik dari wawancara, dari pengamatan, pembacaan dan sejumlah data yang diperlukan dari penelitian kita. Tentu adalah suatu kesalahan — yang tidak seharusnya terjadi, bahwa penelitian hanya melaporkan kesan — baik disengaja ataupun yang tidak disenangaja.

Tulisan yang melaporkan kesan, di antara sebab terjadinya karena penulisnya dalam melakukan pelaporan tulisannya tidak mampu menulis yang membumi. Penulis penelitian yang baik mestinya mampu menulis yang bisa turun ke bumi dari tingkat-tingkat yang ada dalam data: dari tingkat teori, ke tingkatan konsep seperti religiositas, partisipasi, dan kedekatan. Turun ke variabel, seperti frekuensi jamaah, jenis kelamin; indikator ke data seperti yang dipaparkan dalam grafik, gambaran tokoh, kutipan 1 spasi, cerita utuh, dsb.

Dalam hal data yang kita tulis, sewaktu akan melakukan penulisan, kita perlu memiliki posisioning yang jelas berkenaan dengan tulisan kita. Rumah yang datanya kita peroleh akan dikerangkakan dalam sosok seperti apa, paling tidak dapat memilih salah satu di antara tiga posisi penulisan berikut yaitu (1) mengenai faktor, (2) mengenai proses, dan (3) mengenai dampak. Begitu posisioning sudah jelas, maka dengan mudah penulisan dilakukan di dalam kerangka sistematika yang umumnya dipaparkan berikut ini.

 

Sistematika Tulisan

Tulisan (artikel) pada dasarnya memaparkan data-data yang sudah diperolehnya dalam penelitian; dituangkan dalam kerangka sistematika laporan untuk mengisi sistematika laporan yang secara umum mencakup misalnya:

1- Pendahuluan

2- Setting: tempat (lokasi, lokal) dan/peristiwa atau kejadian atau institusi

3- Analisis I:

4- Analisis II:

5- Analsisis III:

6- Kesimpulan atau Penutup

Kalau yang kita tulis misalnya Pemikiran Imam Al Ghazali, maka sistematika yang bisa diisikan dari data penelitian kita dapat lah dipilih sebagaimana yang berikut ini.

1- Pendahuluan

2- Seting Tokoh:  berisi uraian (a) sejarah, dan (b) biografi

3- Analisis Sumber Pengetahuan

4- Analisis Hakikat

5- Analisis Validasi

6- Kesimpulan

Ketika mengisi data dalam sistematika yang sudah dibuat. Beberapa hal berikut juga tidak sepatutnya ditinggalkan:

Judul

1- Judul penting memenuhi dua obyek, yaitu (1) obyek material; dapat terdefinisikan dengan jelas spt mengenai orang, kelompok, organisasi, teks, tempat, atau obyeknya; (2) obyeknya formal; siginifikan (berarti); diusahakan jangan seperti kapas yang jika ditiup lalu hilang. Suatu contoh: dalam membuat judul, obyek formalnya menjadi induk judul sedang obyek material nya dapat menjadi sub judul

2- Bobotnya diusahakan yang di tingkat advance. Misalnya digali dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya (di tingkat eksplorasi), yakni berdasarkan ketahuan dari data-data hasil penelitian di tingkat di bawahnya, yang kebanyakannya bersifat deskriptif. Jadi kajian kita sudah di tingkat di atas S1 dan S2 (yang kebanyakannya masih deskriptif).

Dalam penentuan judul

a- S1 : deskriptif, berisi 1 variabel, berkenaan dengan pertanyaan “apa;”

b- S2: disebut tesis, berisi 2 variabel, karena ada hipotesis, berkenaan dengan pertanyaan “bagaimana;”

c- S3: disebut tesis folosofis, multi variabel, berkenaan dengan pertanyaan “mengapa.”

    Misalnya penelitian berjudul: Konflik of Interest dalam Pelaksanaan IPA……

    Mengapa? Datanya ada. Tidak menjawab (hanya) apa- deskriptif (S1), atau bagaimana (S2) lagi.

3- Bisa menguji perdebatan, seperti ingin memperbaiki kesalahan dari yang dilakukan orang. Jelasnya, tujuan penulisan sudah tidak lagi sekadar ingin menggambarkan atau ingin mengetahui sesuatu. Akan tetapi, bisa melahirkan konsep-konsep atau memfasilitasi orang lain untuk menulis.

 

Kesulitan dan Tingkatan Menulis

Rukun menulis dapat dengan mempertimbangkan lima langkah

1- Definisi, arti dan pengertian

2- Format, bentuk, dan wujud

3- Mekanisme, Operasional, dan Proses Kerja

4- Faktor, determinan, dan Prakondisi

5- Dampak, Implikasi, Masa Depan

Mesti dipahami bahwa tingkatan penulissan memang ada; ada yang hanya di tingkat deskriptif dan ada yang sudah di analisis. Hal itu seperti kebiasaan yang bisa diamati pada beberapa tingkatan penulisan

1- Deskriptif: yang membuat sistematis susunan data, dalam kategori-kategori yang mudah diketahui atau dipahami;

2- Eksplorasi: yang membuat tulisan sudah berkemampuan untuk menjawab pertanyaan “mengapa,” baik dengan tabel-tabel

    yang dibuat sebagai pembantu menjelaskan ataupun dengan mundur untuk melihat sejarah.

3- Diskursif: yang sudah memperbandingkan suatu data dengan data lain (yang dikatakan oleh suatu sumber). Begitu pula

    ketika bicara tabel; tidak langsung ditutup melainkan setelah bisa dikontraskan dengan data lainnya (dengan menyebutkan

    sumber). Mengutip di sini adalah penting, sehingga terlihat tempat dan teori yang mengait dengan yang kita tulis.

4- Interpretatif: di sini soal meaning atau makna menjadi penting. Dengan cara melihat aspek semantik atau makna bahasa; relasional; serta kontras dalam suatu konteks perbedaan di balik suatu yang ada dapat dilihat realitas moral dan agamanya.

5- Implikatif: menulis yang bagus mestilah sampai di implikasi, baik metodologis maupun kebijakan. Jika metodologis berurusan dengan perlunya sampai ke pertanyaan-pertanyaan baru, cara baru hingga ke segi-segi novelty. Sisi kebijakan, bahwa tulisan itu diharapkan sampai ke melahirkan wisdom –> polecy, yang biasanya sudah di atas yang bisa diselesaikan oleh knowledge. Tulisannya sudah tidak sekadar dalam aturan linear, malainkan sudah sampai di hal-hal yang mampu melahir kan kebijakan.

Tulisan-tulisan yang menyadarkan orang, sudah masuk ke jenis tulisan ini. Isinya sudah masuk ke hal-hal yang melahirkan kearifan (di atas ilmu, yang bisasanya disandang oleh orang-orang alim). Sosok tulisannya sudah menjadikan kita bisa puas, karena tidak hanya normatif, melainkan sudah sampai ke tingkatan empiris dan dialogis, Allahu a’lam (Erfan Subahar)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *