Berseminar Nasional di Kampus Universitas Brawijaya Malang

Acara pada hari Sabtu 5 September 2020 ini di Universitas Brawijaya ada acara besar. Di masa pandemi covid 19 yang sudah berjalan enam bulan ini, tidak menghalangi kampus ini untuk mengadakan acara penting berkenaan dengan al-Qur’an, berupa Seminar Nasional. Acaranya berkanaan dengan tafsir al-Qur’an, yang selalu menggugah kaum muslimin untuk selalu hadir menyegarkan pemahaman tafsir al-Kitabnya, yang selalu hadir dari waktu ke waktu dalam kehidupan.

Desain konsep dan solusi
Untuk mempermudah penyelesaian persoalan penafsiran, tak terkecuali konsep Milk al-Yaminnya Syahrul, kampus yang tergolong sudah banyak makan garam ini mendesain acara dengan mengundang pemakalah atau narasumber dari tiga perguruan tinggi, dengan tidak melupakan tetap ada satu narasumber dari kampus UB Sendiri. Desain acaranya cukup bagus dan memberi solusi pencerahan. Ada pencerahan konsep. Ada juga pencerahan ilmu tafsir. Ada dua narasumber, yang membaca kitab-kitab Muhammad Syahrur yang siap untuk berharap-hadapan. Namun, ada juga dua narasumber yang membentangkan dialektik pemikirannya, sementara yang satunya narasumber yang bisa melihat, apa kelebihan konsep, juga apa kekurangannya, dan apa yang layak dijawab tafsir al-Qur’an untuk menuju penafsiran ke depan di dalam menjawab tantangan peradaban dan pencerahan kemanusiaan.

Itulah rupanya makna yang ingin dikuak dari Seminar yang berlangsung dari pukul 9.00 WIB di Kampus UB Malang. Acaranya tidak dibuat bertele-tele: ringkas, lugas, efektif, komuniktif, oleh sang moderator muda: Mas Bahrul Ulum SH, MH, dari awal acara hingga akhir.

Sudut Pandang Ilmu Tafsir
Dengan tema “Membedah Pemikiran Syahrul Tentang Konsep Milk al-Yamin dalam Perkembangan Tafsir al-Qur’an Kontemporer,” ada hal yang rumanya ingin didesain, agar penafsiran al-Qur’an itu juga ada pandangan tafsir yang bisa membawanya tidak “selesai-selesai” sebagai wacana.
Kehadiran empat pembicara, dimana ada dua yang membahas konsep secara berhadapan yaitu Dr Abdul Aziz, M.Ag sang penulis disertasi yang pernah hangat, dari IAIN Surakarta, berpasangat dengan Prof Dr Abdul Mustakim, M.Ag, yang juga pernah melakukan penelitian tentang pemikiran Muhammad Syahrur yang melihat konsepnya dari sudut hukum Islam atau ushul fikih, menjadi jelas posisi mengenai konsep yang digelontorkan Muhammad Syahrur dan gambaran keunggulan yang mesti dicatat dan gambaran banyak kelemahannya yang akan mudah untuk diketahui, sehingga mudah utuk tidak diperdebatkan.

Kehadiran dari luar tuan rumah, sekalipun sama-sama dari kampus UB, Dr Moh. Anas, M.Phil. dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Malang, yang mendesain dengan cukup cermat, tentang dialektika pemikiran Muhammad Syahrur, cukup membuat mereka yang sejauh ini suka berpanjang-panang berwacana, menjadi berpikir dengan bunderan-bunderan pola pemikiran yang digelontorkan oleh Muhammad Syahrur.

Suasanya menjadi semakin cair dengan ditegaskannya suatu perpektif di seputar pandangan mengenai penafsiran yang utuh. Yakni penafsiran yang dapat memanfaatkan atau memadukan dari cara pandangan Qur’ani juga cara pandangan Kauni. Prof. Erfan Soebahar, dari UIN Walisongo, yang juga Ketum MUI Kota Semarang, itu menyampaikan perspektifnya seperti di bawah ini.

Lebih Dekat dengan Tafsiran Utuh

Dalam rangka membawa Islam sebagai agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam, kata Prof Erfan, maka dalam melakukan tafsiran pada hematnya penting untuk mempertimbangkan muatan ayat-ayat semesta, baik ayat Qur’aniyah maupun ayat Kauniyah.
Pada kedua kelompok besar ayat itu faktor keutuhan dalam ayat Qur’aniyah maupun Kauniyah, tetap diperlukan dalam memberikan tafsiran yang komprehensif.
M. Syahrur, sebagai muslim terbaca kegelisahannya yang ingin membawa umat Muslim menggunakan Peta al-Qur’an untuk mewujudkan Islam yang bermisi rahmat bagi semesta alam, dan tetap menggunakan Peta Qur’ani yang dimiliki, dengan memperhatikan juga bagian lain dari Peta Kauni, dari kenyataan ilmu yang diteliti dan didalami, yang semua tetap berada dalam pagar limit di bawah maksimal dan di atas minimalnya ketentuan, sehingga Peta (Qur’ani dan sekaligus Kauni), bisa menjadi suluh yang bisa menerangi kehidupan kini dan nanti.

Dari sudut pandang ini, kegelisahan M Sahrur tidak hanya dipandang sebagai konstribusi penafsiran dari orang yang “tidak otoritatif”, sebagai terbaca dari suatu sudut pandang, melainkan merupakan salah satu masukan yang akan menjadi penyempurna bagi bangunan tafsir al-Qur’an kontemporer ke depan.
Sebagai Muslim yang lahir di Tanah Suriah, konstribusi penafsiran M. Sahrur bisa dicatat di buku sejarah zaman, sebagai penggagas teori penafsiran alternatif yang konstributif.
Sumbangan tertulisnya tentang teori limit atau hudud, yang membawa nuansa baru dari pencerapan ilmunya untuk menafsirkan layak dijadikan sumbangan bagi zaman.
Namun, dapat kita catat: pemikiran teoritiknya tentang limit dan hudud, belum membawa pengamatan humanis yang utuh yang integral dengan pengamatan Kauni dari keilmuan saints yang di dalaminya baik dalam dunia akademik maupun praktis di dalam kehidupan.
Sebagai buah ijtihad fardi, dia sudah melakukan prestasi dari semua pencurahan kemampuan analisis, interpretasi, dan penyimpulannya, sebagai karya zaman. Karya ini bagi yang akan menyempurnakan, tentu merupakan estafeta yang akan mendongkrak nilai.
Beberapa kekurangan penafsirannya tetap bisa dicatat untuk tidak dilanjutkan. Namun, keunggulannya mengungkap hal-hal yang luput dari perhatian umum, yang membawa gaerah bagi memacu semangat menggali dan terus menggali penafsiran kontemporer layak diteruskan. Allahu A’lam

Demikian sekilas tentang Seminar Online, Webinar yang diselenggarakan oleh Departemen Hukum Islam Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Panitia bisa jadi memang institusi yang tulus, acara yang pada awalnya disiapkan ada pembicara dari dalam, Prof Thohir Luth, eeh tiba-tiba diubah tidak menghadirkan guru besar alumnus UIN Syahid Jakarta itu, tetapi benar-benar menghadirkan semua dari luar Fakultas Ukum Universitas Brawijaya. Salam hormat dan jazakumullah khaira Panitia dan Prof Thohir Luth, insya Allah Webinar ini manfaat (Erfan Soebahar)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *