Mengunjungi Balikpapan dan Samarinda

Saya baru akhir November 2014 ini menapak langsung kota Balikpapan. Selama ini, hanya tahu bandaranya dan sering gurau saja dengan kawan-kawan di Jawa, jika di antara salah satu anggota keluarga tidur, ketika yang tidur itu ditanyakan kepada saya di mana dia sekarang. Maka, dengan bergurau dijawabnya, dia sedang “di balikpapan” dengan b kecil. Maksudanya dia masih di baliknya papan sana, yakni berada atas di tempat tidur.

Sejauh ini  jika ke Kalimantan, saat ke Kalbar menuju Pontianak, saat ke Kalteng menuju Palangkaraya. Jika ke Kalimantan Timur, saya dua kali ke sana langsung menuju Samarinda, padahal turun pesawat tidak di Samarinda, melainkan di Balikpapan dulu (lapangan Spinggan [sekarang H. Muhammad Sulaiman], baru naik Innova carteran ke Samarinda.

Pada bulan November 2014 inilah saya baru benar-benar ke Balik papan. Tepatnya, dari hari Jum’at malam hingga Senin pagi, 21-24 November 2014 saya bersama Tim AICIS dari UIN Walisongo Semarang.

Pada kunjungan ini, selain saya sempatkan berjalan kaki bakda Subuh bersama Prof Suparman, di siang hari Ahad saya sempat mutar-mutar di atas innova seputar kota Balikpapan, Pasar Sayur, melintasi Migas Balikpapan dan kembali lagi ke Hotel Tiga Mustika tempat  kami bersama tim bertempat tinggal selama acara AICIS.

Balikpapan Kodia, Samarinda Provinsi

Bagi yang baru berkunjung ke Kaltim, mereka sering bertanya-tanya. “Saya setelah turun dari pesawat ini sudah berada di Samarinda, tetapi kenapa mau menuju Samarinda kok harus menaiki mobil carteran lagi?” tanyanya agak bingung.

Hal itu bisa dijawab, bahwa penerbangan pesawat menuju Samarinda tidak langsung bisa turun di Samarinda, melainkan turun di Bandara Spinggan dulu [sekarang Haji Muhammad Sulaiman], baru setelah itu dengan naik mobil carteran, kita ke Samarinda. Dan begitu juga pulangnya ke kota yang kita tuju, melalui Bandara Spinggan [Haji Muhammad Sulaiman] lagi baru menuju kota tujuan kita masing-masing.

Dari keterangan di atas dapat dikatakan, bahwa Balikpapan adalah nama kota atau Kota Madia dari banyak kota dari deretan kota-kota yang ada di Kalimantan Timur. Sementara Samarinda adalah nama kota provinsi dari wilayah Kalimantan Timur sana.

Makanan dan Oleh-oleh Khas

Beda dengan Samarinda yang daerah Provinsi. Jika di Samarinda kita mencari makanan atau oleh-oleh tidak mengalami kesulitan, tinggal menanya kanan kiri maka yang dicari mudah didapat. Mencari ikan lays kah, atau ikan air tawar patin kah, atau yang berbahu nama ikan air Mahakam atau mencari batu-batuan maka akan dengan mudah kita memperolehnya, maklum wilayah kota provinsi. Namun, tatkala kita mau mencari hal itu di Balikpapan, akan terasa lain. Menanya koliner di Balikpapan, jika itu makanan khas daerah Balikpapan sukar ditemukan.

Namun, jika menanya nasi pecel, atau nasi kuning, atau soto, atau sate madura, maka tidak sukar kita mendapatnya. Menurut keterangan beberapa supir yang mengantar kami ke tujuan, pendatang di Balikpapan ini menurutnya 60% penduduk, sedang penduduk asli di sini sekitar 3o%. Maka dari makanan dan jenis-jenis jualan dari luarlah yang banyak dapat diperoleh di Balikpapan ini dibanding dengan apa yang dikelarkan penduduk asli dari daerah ini. “Yang asli Balipapan adalah hasil migas Pak, oleh-olehnya kebanyakan banyak dari lain tempat,” sahutnya.

Para pembaca mau ke Balikpapan, atau ke kota Samarinda? Silakan, bisa ditambahkan ke rencana liburan kita di akhir tahun 2014 ini. Karena, rugi kalau kita menjadi penduduk Indonesia baru bisa mengunjungi 2-5 pulau seumur hidup, padahal pulau kita ada 17.000; masih berapa lama lagi kita akan berkunjung ke 1000 pulau, kalau tidak dimulai dari sekarang. Selamat (Erfan Subahar).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *