Menuju Bondowoso Menjelang Awal Rajab 1439 H
Bagi Bani Soebahar, awal bulan Rajab mengingatkan kami kepada kedua orang tua kita. Pada saat itu, kita diingatkan bahwa, usia masing-masing dari kita di dunia ini adalah terbatas. Tidak hanya bagi orang yang biasa. Namun, bagi yang sudah nyata-nyata saleh pun Allah lah penentu usianya. Begitu juga bagi orang tua kita. Terbukti Ayahanda KH. Moh Subahar, dipanggil menghadap Allah pada tahun 1993, pada saat saya sedang studi S2 di Program Pascasarjana IAIN/UIN Sultan Alauddin Ujung Pandang/Makassar.
Masih Ada Ibu
Bapak meninggalkan dunia ini tergolong usia tua. Tidak panjang amat usianya, tetapi tidak tergolong pendek. Karena ketika itu beliau meninggalkan dunia ini saat berumur 73 tahun. Masih ada dua paklik, adik Bapak sepulang beliau ke hadapan-Nya. Paklik Haji Baidhawi, meninggal dua tahun lalu dalam usia 83-an. Dan Paklik Haji As’ad, adik Paklik Haji Baidhawi, kemaren sempat saya kunjungi berusia sekitar 82-an. Paklik As’ad, menurut pengakuannya, setahun lebih muda dari Ibunda Hj. Sri Indiah alias Hj Badriyah.
Karena masih ada, dan sering menanyakan saya, maka saya selalu menyempatkan pulang ke Bondowoso setahun 2-3 kali.
Haul KH Subahar
Kata masyarakat Kampung, “Haul Kiai Subahar”, itulah yang saya sempatkan datang pada pertengahan Maret 2018 ini. Saat-saat seperti ini, sukar ataupun mudah situasi keuangan, selalu kita sempatkan datang ke kota Bondowoso, untuk bersilaturahmi. Bertemu atau suwan kepada orang tua atau ibu yang masih ada, dan kakak serta adik yang dari kota Jember dan dari kota Malang. Alhamdulillah, rasa gembira bertemu ortu dan saudara di samping saudara. Kalau tidak bisa hadir, karena udzur minimal kabarnya sampai dengan agak lengkap.
Mampir di Sidogiri
Ketika badan sehat, baiknya tidak lupa kita perlu tetap merawatnya, agar tuntunan hidup melayani tetap bisa dipenuhi. Untuk itu, saya menyempatkan diri mampir di desa sebelah utaranya PP Sidogiri Pasuruan, untuk menyervice diri agar tetap sehat, dan terus bisa melayani di dalam kehidupan ini.
Usia yang sudah di atas enam puluh, perlu tahu apa yang layak dirawat bagi badan kita, supaya ketika menghadap Allah, fisik terasa fiit. Hati terasa bening, sementara otak terasa segar.
Begitu dulu jumpa kita di pagi ini, semoga senantiasa segar tubuh kita sehingga besok bisa menulis lagi, begitu bukan (Erfan Subahar).