Nasihat Kependidikan Lukman al-Hakim 1

Pagi ini, Senin 2 September, RRI Pro 4 Semarang menyajikan suatu Bekal Kehidupan. Terutama untuk menghadapi realitas, baik realitas ketuhanan, manusia, atau pun alam semesta. Mengingat persoalan kehidupan ini begitu luas, maka  ungkapan bijak yang memantapkan kita bersikap mesti kita ketahui, antara lain, dengan memetik isi Al- Qur’an al-Karim, dalam format Nasihat Lukman al-Hakim. Tepatnya, Prof Erfan, di bawah judul “Nasihat Kependidikan Lukman al-Hakim Ke-1”, mengawali uraian dengan menyajikan dua nasihat utama Lukman al-Hakim.

Nasihat Pertama; Tidak mempersekutukan Allah, sebab mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar.

Dunia ini dan seisinya, dulu adalah tidak ada. Yang ada pertama-tama hanyalah Allah, yang mendahului semua makhluk ini. Jadi Allah Swt lah Pendahulu semua kenyataan ini.   Diadalah yang Maha Kuasa dan Perkasa. Untuk menunjukkan kekuasaannya, Allah Swt yang Maha Kuasa dan Perkasa itu menciptakan langit seisinya dan semua makhluk, sehingga dengan itu tampak di mana Kemaha Hebatan Allah. Dalam kondisi yang nyata-nyata Berbuat itu sehingga tampaklah sesuatu yang aslinya tidak ada menjadi ada. Maka Allah sebagai Khaliq (Pencipta) layak menjelaskan semua hal ini melalui penjelasannya, agar sebagai Makhluk (yang dicipta), dari tidak ada menjadi ada, kita tidak salah menghadapi realitas ini.

Untuk keperluan itu, Allah Swt melalui kekuasaannya mengangkat Kisah Tokoh Lukman al-Hakim, sebagai suatu fakta dari salah satu firmannya dalam Surah Lukman.

Setelah menjelaskan Anugerah Hikmahnya kepada Lukman, maka di ayat 13, Allah baru menjelaskan apa nasihat Lukman yang pertama. Lukman al-Hakim, pada ayat 12 oleh Allah dianugerahi hikmah. Yaitu suatu kearifan, ketajaman pikiran dalam menggunakan akal budinya dari bekal pengalaman dan pengetahuan, sehingga tidak gagap menghadapi realitas yang luas ini. Karena sebanarnya, melalui penelitian terhadap penciptaan dirinya saja, jika kebijakan sudah dimiliki, maka manusia itu sudah bisa menjawab aneka persoalan kebijakan yang muncul. Maka dengan “mensyukuri pencipta an dirinya saja” manusia sudah bisa mengungkap aneka hikmah di alam semesta ini.

Nasihat agar tidak menyekutukan Allah nasihat yang jernih. Menjernihkan pemahaman kita secara benar terhadap persoalan ketauhidan kita. Awal kali, kita diberi pengertian yang begitu cemerlang melihat Pencipta dari realitas dan seisinya ini. Atas terjelmana penciptaan ini, maka benar-benar jernih bila Allah tidak dipersekutukan dengan “tuhan” apapapun selain dirinya.

Tidak hanya Anak Lukman yang perlu tahu ini. Tetapi, segenap muslim, wajib tahu akan kenyataan yang faktawi ini. Dan atas kenyataan fakta ini, maka pantas, bila terjadi penyekutuan Allah dengan “tuhan” selainnya, maka Allah Swt adalah sangat pencemburu karena hal itu benar-benar bukan suatu fakta. Bisa itu hanya hayalan, dan ibu bisa juga merupakan sesuatu yang dibuat-buat. Nasihat pertama Lukman al-Hakim ini, adalah nasihat yang fundamental, mesti diketehui dengan benar oleh siapapun di dunia ini. Karena dengan pengetahuan hal ini secara benar, maka seluruh persoalan yang lain mudah dikuat bagi kejelasan dan kebenaran yang universal.

Nasihat keduaBerbuat baik kepada kedua orang tua

Setelah tahu dengan jelas posisi Allah sebagai Tuhan dan posisi manusia makhluk, termasuk posisi makhluk yang disama (sebagai penyekutu) kepada posisi Tuhan, di dudukkan lah orang tua di posisi penting setelah Allah Swt.

Karena tidak bisa dipungkiri, bahwa setelah kenyataan Allah, kedua orang tua adalah kenyataan Allah Swt yang juga penting diketahui di dunia ini. Jika benar-benar kita tahu realitas ini, dan benar kita dalam mengetahuinya, maka banyak hal terkait dengan keri daan Allah akan kita peroleh juga dari kedua orang tua kita.

Setiap anak, tidak pernah akan lepas dari faktor rasa kasih kedua orang tuanya. ibunya saja, mengasihi anaknya sejak dari kandungan (sekitar sembilan bulanan). Berlanjut ke masa penyusuan hingga masa dua tahun. Kedua orang tuanya, Bapak Ibu, mendidiknya dari tingkat dasar, menengah, atas hingga pendidikan lanjut. Juga memikirkan bagaimana jika anak itu sudah memasuki pintu kehidupan dewasa. Kedua orangnya pun, sesulit apapun masih juga memikirkan bagi kelanjutan hidupnya melalui proses pernihakan. Dan masih banyak hal lainnya, dari urusan duniawi dan ukhrawi.

Atas kenyataan itu, maka peran orang tua jelas tidak remeh. Tidak kecil, dan tidak bisa dikecilkan. Maka dalam ayat-ayat Al-Qur’an, peran orang tua itu kepada anaknya, begitu dengan dengan peranan ketuhanan kepada segenap hambanya. Dan peran itu diminta pertanggung jawabannya oleh Allah atas kedua orang tua.

Maka dalam nasihat Lukman al-Hakim, nasihat agar Birr al-Walidain ‘berbuat bakti atau berbuat baik kepada kedua orang tua’, mesti diletakkan dalam posisi yang sebenar- benarnya. Tidak boleh salah memahami dan memperlakukannya. Jadi, dalam nasihat Lukman al-Hakim yang pertama, dan kedua di atas, kita diberi pengertian yang funda- mental bagi terjalinnya kebenaran yang begitu jernih mengenai fakta Allah (sebagai Tuhan Yang Maha Esa), dan kedua orang tua (sebagai makhluk yang keridhaannya dia kui ada di bawah keridhaan Allah). Wallahu A’lam (Erfan Soebahar, 2 September 2013).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *