Nyupir Sendiri, Perlukah

Nyupir kendaraan sendiri adalah suatu aktivitas menarik. Jika sebelumnya kita sudah bisa mengendarai sepeda, hingga kemana-mana selalu bersepeda. Tak peduli, musim panas ataupun hujan sekalipun, ke mana pergi, kita menyepeda. Keadaan demikian suatu ketika berkembang.

Mudahnya mobil dikendarai, membuat diri tergoda untuk ganti kendaraan. Sebenarnya baik sepeda ontel, atau sepeda motor, juga mobil jika dipikir, tidak jauh dari “perluasan badan dalam berinteraksi”. Mau berkendaraan tapi lambat, kita cukup bersepeda. Mau cepat tapi siap diterpa angin, bisa bersepeda motor, tokh kepala terutama mata dan telinga bisa dilindungi helm. Tubuh dapat diatasi dari kedinginan dengan berjaket. Persenelengnya sampai 4 (empat). Tidak jauh bedanya dengan mobil, yang berspeed lima hingga enam. Walau sepeda motor tidak bisa sebanding dengan yang mobil berspeed 6. Dengan bersepeda motor pun, keadaan lamban bisa teratasi.

Tubuh kita lincah dengan berkendaraan sepeda motor. Makanya pantas bila dewasa ini dengan kondisi penjualan sepeda motor yang mudah, pilihan naik sepeda motor tidak bisa disepelekan. Tinggal mau milih yang mana. Mau yang asal jalan tapi bermodel sepeda motor lama, masih banyak. Bahkan ada sepeda motor yang harganya di bawah  sampai satu juta. Apa iya? Anak saya sekarang kuliah di ITB semester tujuh, empat semester menaiki vespa seharga Rp 1.700.000,- Konon kawannya bisa beli dengan harga di bawah Rp 1.000.000,-.

Bukan soal harga saja. Di tangan orang kreatif, harga di bawah satu juta bisa disulap. Dengan menata kembali mesin dengan benar. Mengampelas, serta mengecatnya dengan nuansa baru yang lebih cantik dan nyaman dinaiki, sampai terpoles apik. Tak dilupakan; surat-suratnya diurus kepada yang berwenang, maka kendaraan speda motor bisa ter- dongkrak harganya. Dari harga di bawah satu juta, naik menjadi tiga juta. Weeh…!!! Karena sang calon pembeli itu adalah makhluk yang bisa berijaminasi. Bisa dibuat terta- rik kepada polesan baru, dari stok sepeda motor lama.

Coba dipenuhi saja unsur eistetik kendaraan itu. Buat saja kendaraan menjadi cantik dilihat dan nyaman dikendarai, maka bernuansa lain. Menarik mereka yang punya imajinasi untuk tertarik. Dunia sepeda motor, kian menjadi fenomena yang tidak selesai-selesai divisualkan. Ini baru dunia bisnis sepeda motor.

Di dunia hobi sepeda motor juga menantang. Karena hobi, bisa puluhan kelometer, bahkan ratusan kelometer kita naik sepeda motor. Jangankan dalam satu kabupaten, atau juga satu provinsi, antar provinsi pun bisa saja ditempuhnya. Apa lagi bagi yang hobi traveling, jalan yang ratusan kelomater justru suatu fenomena menarik. Ternyata sepeda motor, begitu mengasyikkan dikendarai.

Namun, tatkala kita bepergian jauh, mobil tak kalah lincah. Kendaraan beroda 4 ini, punya kelebihan banyak dibanding yang beroda dua. Tidak khawatir terpeleset jatuh. Angin bisa diatasi; dari luar kendaraan ataukan mau dari dalam kendaraan. Tinggal milih, mau yang mana. Dalam kecepatan jauh, bisa jauh meninggalkan kecepatan sepede motor. Itu dalam hal-hal tertentu, bisa lebih empuk dan lebih nikmat.

Dengan bermodal nyetir yang benar dan tepat, mobil lebih “jinak” dikendarai. Sopir, hanya perlu nyupir tepat dan cepat yang pas untuk sampai di tempat. Tidak perlu liak-liuk badan yang berat untuk nyetir yang cepat, ketika di tikungan, atau di jalan berkelok. Dengan modal reting yang benar dan tidak nyetir mengular, mobil ternyata membantu untuk mengenakkan penumpangnya.

Keseimbangan

Dengan keseimbangan yang benar, mobil bisa lebih nyaman. Antara cepat dan lambat, kita dapat mengatur waktu harus berapa jam menuju suatu tujuan. Itupun tidak menca pekkan pisik sang supir. Hal ini tentu beda dengan orang yang sekadar nyupir. Mereka kadang memburu cepat dengan nyupir cepat saja dimana pun.

Nyopir terus cepat, ngebut dimana saja, selain menguras tenaga juga membahayakan. Karena jalan itu tipenya tidak selalu sama. Sekedar jalan beberapa kelometer hal itu bisa dilakukan. Namun, jika puluhan atau ratusan kelometer dengan satu nama: ngebut, maka bisa jadi jauh dari keinginan. Tubuh supirnya loyo, penumpangnya bisa tidak nyaman, pergi bersama kita. Jadi, nyupir cepat dan lambat dengan benar, bisa merupa kan siasat nyupir bepergian dekat juga jauh.

Mudik

Ketika mudik, nyopir sendiri bisa jadi alternatif. Bagi yang mudiknya memakan waktu, nyupir sendiri bisa menambah keasyikan. Lebih-lebih dalam modik ketika berhari raya. Supir yang sama merayakan hari raya, khan meninggalkan keluarganya. Bisa jadi mereka teringat terus dengan keluarganya yang ditinggalkan. Dan ketika sampai di tempat, ketika kita sama asyik bergembira bersama keluarga, supir bisa diajak ke mana-mana. Kita senang, bergembira, ia bisa ngiler khan melihat kegembiraan kita. Tentu, kegembiraan bisa tidak selali sama. Jika ia bersama kita, tentu tidak selalu mudah beradaptasi denga seluruh keluarga. Maka tidak selalu salah, jika ia sering kita lingat lengar-lenger ketika sejenak-sejenak kita perhatikan.

Jika kita mengambil inisiatif nyupir sendiri, ketika mudik maka itu adalah langkah bijak. Rasa kangen supir, rasa kemecer dengan kegembiraan kita, bisa menjadi pertimbangan lain untuk mengambil langkah. Terutama jika fisik kita masih mungkin. Nyupir sendiri, ternyata bukan hanya menyapekkan fisik. Ada nilai di balik aktivitas nyupir.

Keseimbangan otak dan Menunda Pikun?

Nyupir mobil, mengaktifkan hampir semua organ tubuh. Tangan adalah organ yang pertama-tama bergerak. Bisa juga kaki bergerak setelah tangan. Juga bisa sebaliknya. Tangan dulu baru kaki, bergantian dalam bergerak. Mata dan telinga, juga semua indera, bisa ikut aktif bergerak. Badan, sesekali juga bergerak.

Otak, jelas tidak ketinggalan. Sejak dari sebelum nyupir, ketika nyupir, dalan melanjut kan nyupir, hingga nyupir kembali, otak selalu aktif. Keaktifan nyupir, tidak hanya meru pakan urusan salah satu otak; otak kanan saja, atau otak kiri saja. Kedua otak, bisa sama aktif ketika berurusan dengan supir menyupir.

Maka tidak sepenuhnya benar jika sudah usia 70, orang harus berhenti nyupir. Sebab kebiasaan nyupir yang dilakukan dengan regular punya dampak positif. Selain mengaktif kan orak, hingga ke otak kanan dan otak kiri, yang menyehatkan. Dampaknya, bisa hing ga ke urusan pikun atau tidak pikun. Akibat banyak terlatih dengan baik via menyupir, maka otak seseorang terpenuhi kebutuhannya melalui nyupir mobil.

Dari situ, bisa dibenarkan ungkapan, bahwa nyupir bisa mengatasi kepikunan. Beberapa dokter yang penulis hubungi, membenarkan kenyataan itu. Bagaimana apakah pembaca sudah biasa nyupir sendiri? Selamat mencoba (Erfan Soebahar).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *