Oleh-Oleh dari Negeri Kanguru (1)
Saya menulis ini untuk mengisi waktu setelah salat subuh. Yaitu waktu yang bisa diproses menjadi produktif kalau diisi dengan baik, misalnya untuk menuangkan apa yang diperoleh dari kunjungan ke Australia, yang dikenal Negeri Kanguru. Sebutan Negeri Kanguru di sini adalah dalam konteks daerah Brisbane, tempat saya bersama kawan-kawan dari IAIN Walisongo menunaikan tugas riset dan visiting profesor juga post doctor ke negeri tetangga ini.
Foto jepretan Dr. H. Saifudin Zuhri, M.Ag
Untuk memudahkan penuangan tulisan, uraian saya bagi menjadi tiga kategori, yaitu persiapan yang berupa mencari dan menemukan asal oleh-oleh yang nanti masih bisa dipilah-pilah kepada pantas atau tidak dibawa; kira-kira cocok untuk dibawa; tambahan oleh-oleh yang berupa hasil mencari dan temuan lanjut yang bisa juga ditambahkan ke oleh oleh yang telah dipersiapkan; oleh-oleh yang bisa dibawa yang diperkirakani memang diperlukan di Indonesia atau bisa juga tidak. Semua oleh-oleh ini, jelas bukan berupa kue, tetapi rekaman pengalaman, yang akan dituangkan alam suatu artikel.
Persiapan oleh-oleh
Memasuki Sydney pertama kali saya langsung beroleh pengalaman riil berupa gambaran sistem yang mapan. Yaitu aturan yang sudah ditanamkan dan dipatuhi bersama ketika kita hidup berinteraksi dengan sesama.
1- Ketertiban Bersama
Itu tampak tatkala saya bersama rombongan turun dari pesawat. Sejak turun sampai masuk ke bagian imigrasi (?), sekalipun penumpang yang turun dari pesawat itu begitu berjubel, tetapi suasana tetap terkendali dan lancar. Pagar-pagar yang dibuat untuk mengatasi kerumitan berjubelnya orang bukan pagar betis, melainkan hanya pita selebar 6 cm, yang dipasang di atas besi lalu diulur di sepanjang orang mengantri menuju pemeriksaan isi kartu yang telah dibuatnya.
Dengan sistem yang bagus, para pendatang gampang beradabtasi. Adanya garis, misalnya yang memisahkan antara orang yang sudah dapat giliran dengan orang-orang di belangnya yang sama menunggu. Sepanjang belum selesai berurusan, maka orang yang berada di belakang garis mesti tetap menunggu, sampai mereka yang berurusan sebelumnya selesai dengan apa yang dihadapi. Baru demikian itu susul menyusul dilakukan oleh mereka yang ada di depan garis dan yang ada di belakang garis.
Keadaan demikian sama dihadapi, baik ketika saya berada di Sydney ataupun ketika berada di Brisbane, di Kampus UQ. Di dalam kampus pun, yang notabene kebebasan memang begitu bebas, sangat mengindahkan “kewajiban antri” ini yang tak lain dari sistem yang sudah ditanamkan oleh pemerintah, yang sekarang ada di bawah Pdm Tony Abott ini.
Misalnya, ketika berurusan di perpustakaan, di depan kantin perpustakaan, ketika berurusan dengan dosen. Kelihatan sekali bahwa kita harus tertib dengan biasa antri dalam menyelesaikan
2-Aman dari Kecurian
Memasuki negeri ini, saya teringat ketika dulu berada di Malaysia 1984-1986. Di negeri Malaysia, Terengganu misalnya saya pernah berbelanja bersama istri untuk keperluan sehari-hari dari toko satu ke toko yang lain. Tatkala sudah banyak barang yang dibe- lanjakan, di toko yang terakhir berbelanja ada barang yaitu gula 10 kg ketinggalan. Kami ketika itu sudah sukar mengontrol di mana barang itu pernah ketinggalan. Namun, ketika dua minggu kemudian kami datang lagi untuk berbelanja di toko itu, si empunya toko awal-awal menyapa kami.
“Ibu khan, yang memiliki gula 10 kg ini. Berang Ibu dulu, ketika belanja di sini ketika itu ketinggalan. Benar khan Bu?” begitu tegoran dan tanyaya si empunya toko itu.
“Alhamdulillah, iya. Banar Mak Che. Ini barang saya?” sahut istri saya.
“Kalau barang-barang ketinggalan di toko ini, juga di pasar sini, tidak akan hilang. Insya Allah selamat!” tegas Mak Che pemilik toko itu.
Di Malaysia, seperti demikianlah. Barang-barang dimana pun berada yang merupakan milik orang lain, akan selamat.
Hal itu tidak berbeda dengan barang-barang yang ada di negeri Kanguru ini. Baik yang ketinggalan di dalam kampus, sampai juga barang-barang yang ketinggalan di atas bus, sama-sama aman. Dan biasanya, barang yang ketinggalan itu bisa tetap atau tidak jauh keadaannya dengan ketika barang itu hilang.
Yang paling nyata adalah mobil-mobil, sama diparkir di pinggir jalan. Sebagian untuk beberapa waktu, dan yang terbanyak itu hingga beerhari-hari diparkir di pinggir jalan. Dan, itu selamat dari ditabrak kendaraan lain, dan selamat dari kecurian.
Tangan orang di sini, rata-rata bisa membawa selamat dan menyelamatkan hak milik bersama yang tentu dibutuhkan oleh pemilik masing-masing.
3-Cepat dan Tangkas
“Hidup itu penting,” begitu kira-kira jawaban orang di Negeri Kanguru ini, sekiranya kepada mereka kita bertanya sesuatu.
Hal itu terlihat dari ketika mereka berjalan. Selain orangnya yang tinggi di atas 150 cm, yang jika melangkah adalah cepat, mereka cepat dalam berjalan.
Berjalan demikian itu bukan untuk memanas-manasi agar supaya lainnya mengejar mereka, tatapi memang seperti itulah kalau mereka berjalan. Rata-rata orang Australia kuat kalau berjalan, dan jika berjalan rata-rata adalah cepat.
4. Hewan terpelihara dan bisa hidup aman
Hewan di negeri ini juga bisa hidup dengan aman. Mereka bisa hidup dengan bebas di seputar kita tanpa merasa terganggu dan diganggu. Baik itu hewan piaraan maupun hewan yang biasa beterbangan di angkasa, mereka sama bisa hidup aman.
Untuk hawan anjing saja, mereka merawat dari segi makanan dan kesihatan dengan relatif makan. Sejak hewan itu sehat, sehingga pemeliharaan di ketika kondisinya sakit. sama-sama diperlakukan dengan sa ngat baik.
Hewan-hewan seperti gagak, burung blibis, dan burung-burung yang diperjual- belikan dengan mahal di Indonesia, dengan mudah hal itu kita temukan hidup bebas di negeri ini. Itulah sejumlah kekhasan dari Australia ini (Erfan Soebahar).
Jika di dalam berjalan mereka terasa seperti mau nabrak, kadang duluan mereka bilang, “Saya minta maaf (I’m sorry)!” agar di antara kita sama selamat dalam perjalanan.
Begitu dalam berjalan. Maka tak jauh dari itu juga mereka dalam memberi pelayanan. Kebanyakan mereka begitu tangkas. Dan menjelaskan dengan kata-kata yang terungkap jelas. Rata-rata terdengar setelah mengadakan kontak, begitu mudah mengu capkan terima kasih. Thanks (Erfan Soebahar).