Menangani Resepsi Pernikahan
Menangani pernikahan tidak mudah. Akan tetapi, bukan tidak bisa ditangani. Di situ diperlukan pengalaman dalam menanganinya, baik pengalaman dari diri sendiri maupun pengalaman oleh pihak lain. Untuk itu, kegiatan ini bisa dilakukan secara manual satu demi satu, juga bisa ditangani oleh tim yang memiliki keahlian untuk menanganinya
Secara manual, bisa dikelola melalui kekeluargaan. Dari sini, keluarga yang sudah turun temurun dan memiliki pengalaman, biasanya relatif lebih mudah dalam menanganinya. Bisa juga dengan memanfaatkan tim kepanitiaan yang bersama tetangga kanan kiri kita mengelola kegiatan dalam rangka pernikalan. Yang berpengalaman kita undang; dimintai pendapatnya sehingga terkumpul agenda penanganan yang dapat meringankan beban.
Ada juga yang dikelola secara tim. Bahkan, dewasa ini adalah suatu IO (iii ooo) yang selalu siap membantu siapa pun yang akan melangsungkan resepsi pernikahan dengan kompensasi tertentu.
Yang terpenting: resepsi pernikahan itu tidak bisa dilangsungkan secara mendadak. Persiapan sebulan dua bulan, rasanya tidak kurang. Dan tidak bisa disalahkan jika ada pandangan bahwa baiknya acara resepsi pernikahan itu dilakukan minimal sekitar 6 bulan sebelumnya. Karena persiapan itu tidak hanya fisik melainkan juga persiapan psikhis. Termasuk persiapan mental, bahwa “menangani suatu pernikahan jangan mengharapkan keberuntungan material, tidak punya hutang saja sudah termasuk hebat.”
Dengan begitu, baik kepanitiaan, undangan, acara, persiapan makan, mimun, dan hal-hal tidak terduga dapat ditangani dengan sebaik-baiknya. Dan tuan rumah, dalam satu selapan itu tidak boleh bepergian jauh sehingga semua acara dapat ditangani dengan sebaik-baiknya (Erfan S, 25-12-2013).