Perempuan dan Rintisan Masa Depan (Artikel 1)

Pengantar Redaksi:

Sejak bulan Januari 2021 ini, ke dalam website ini akan hadir penulis tamu untuk mengisi tulisan di antara artikel-artikel yang sudah ada rubriknya. Entah, nama-nama mereka siapa saja, nanti kita mepersilakannya. Yang penting tulisannya masih mengisi bagian dari rubrik yang sudah tersedia di website sejak tahun 2013, yaitu
1. Artikel
2. Paparan Inspiratif
3. Khazanah
4. Berita
5. Budaya Islam
6. Tokoh
7. Kunjungan
8. Hikmah
Dengan adanya penulis tamu, maka artikel yang muncul pada setiap bulannya, selain 10 artikel tetap yang saya tulis, akan bertambah menjadi 11 atau 14 atau berapa. Tergantung tamu yang hadir mengisi rubrik yang sudah tersedia. Dengan begitu semoga menambah semaraknya artikel yang hadir di tengah-tengah kita.

Tulisan pertama kali ini, akan diisi oleh seorang tamu yang bernama Norannabiela. Biografinya biar dikenal secara pelan-pelan setelah munculnya di tulisan  demi tulisan dalam paparan inspiratif. Salah satunya, akan dimulai dengan menulis artikel bersambung dari  artikel, yang sejak nomer pertamanya (ke-1) di mulai seperti tertera di bawah ini, sementara judulnya adalah masih satu judul seperti disebutkan di atas.

 

Artikel Pertama: 

Tidak ada seorangpun yang dapat memastikan kelak hidupnya akan buruk atau justru bahagia. Akan tetapi, seseorang dapat merubah takdirnya dengan segala upaya yang lebih baik dan meyakini bahwa Allah SWT selalu meridhai hambanya yang selalu berusaha.

***

Berawal dari status yang saat ini melekat pada diri saya, “Yaaa… saya sudah menikah! Alhamdulillah… semoga pernikahan saya memberi keberkahan untuk keluarga besar saya.” Jika kalian berpikir bahwa menikah merupakan akhir dari kebebasanmu, kalian salah. Justru dengan menikah, kita dapat lebih positif dan bijak dalam menyikapi apa arti dari kebebasan.
Teman hidup yang sekarang menjadi suami saya adalah kebebasan yang sebenarnya. Kebebasan dimana ketika kita sedang berdua dan membicarakan rencana untuk mempunyai momongan, kebebasan saat kita berada pada masa muda sebelum menikah dan berusaha menjelaskan kepada suami, kebebasan untuk menjadi diri kita tanpa harus melupakan kewajiban sebagai istri dan ibu dari anak-anak, dan masih banyak kebebasan-kebebasan lainnya yang dapat kita lakukan dengan memberi dampak positif untuk orang lain.

Banyak sekali perempuan-perempuan di luar sana yang berpikir, jika mereka menikah, maka berakhirlah kebebasan mereka. Akhirnya mereka memilih untuk menikah disaat mereka sudah bosan dengan masa mudanya, menunggu jika mereka mendapatkan lelaki mapan yang nantinya dapat memenuhi segala kebutuhan mereka, atau ada masalah psikis dimana mereka trauma dengan laki-laki? Permasalahan yang semakin membuyarkan untuk memenuhi setengah dari niat ibadah kita menjadi abstrak di kalangan sekitar.

Bahagialah kita yang telah diperistri oleh lelaki seiman dan seprinsip. Kedua hal itu tidah dapat dipisahkan, selalu bersama layaknya “kamu dan aku”. Suami adalah orang pertama yang akan mendengarkan segala permasalahanmu; ia akan membuatmu tenang dengan beberapa solusi, menghargai segala keluh kesahmu yang menurut beberapa orang tidak setuju, dan pastinya kamu tidak merasa sendirian disaat kamu mempunyai masalah, ia akan selalu membantumu. Hanya saja, seperti apa suami yang akan kita dapatkan? Hanya Allah SWT yang dapat menjawab. Itu yang dinamakan jodoh.

Perempuan di masa sekarang, diharuskan mandiri dan berdikarya. Perlu digaris bawahi, bukan berarti tidak menghargai kodratnya sebagai perempuan yang bersuami, “macak, manak, masak”, bukan. Melainkan perempuan dengan restu suaminya dapat melanjutkan karier ataupun pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, dapat menggapai cita-citanya tanpa menghambat peran sebagai istri dan ibu untuk anaknya di rumah, dapat memberi contoh untuk anak-anak pentingnya sebuah pencapaian, serta dapat membantu dalam hal keuangan, dimana kita pun tidak mengetahui, apakah suami kita selalu aman dipekerjaannya atau apakah Allah SWT menyudahkan suami yang tadinya sebagai tulang punggung berhenti untuk menafkahi kita. Ini yang sampai sekarang masih menjadi pro kontra dalam kesepakatan antara suami dan istri.

***

(Bersambung ….).

9 thoughts on “Perempuan dan Rintisan Masa Depan (Artikel 1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *