Persiapan Menghadapi Puasa Ramadhan (1)
Nabi saw bersabda, “Setiap amal kebajikan dibalas pahalanya oleh Allah antara 10 hingga 700 kali lipat kecuali puasa (Ramadhan) karena puasa (tersebut dinyatakan) milik Allah dan Aku (Allah) yang membalas (lipat ganda) pahalanya”. (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Puasa Ramadhan merupakan puasa yang hanya terjadi sebulan dalam setahun. Padahal pahala-pahala amal yang dilakukan di dalamnya, begitu besar, yang hanya Allah Yang Maha Mengetahui rahasianya. Dari situ, maka melakukan persiapan atau perencanaan diri yang matang akan membawa kelancaran dan keberhasilan Puasa Ramadhan.
Persiapan puasa Ramadhan perlu direncanakan dengan mantap dan terkontrol baik. Karena persiapan dan atau perencanaan yang baik menjadi indikator awal bagi keberhasilan puasa, dan tanpa persiapan sering identik dengan kita membiarkan puasa berlangsung tidak jelas, sehingga sukar dipantau tingkat keberhasilannya. Apa saja persiapan tepat dilakukan untuk menghadapi puasa bulan Ramadhan? Dapatkah dijelaskan hal-hal mengait dengan puasa tersebut?
Ada lima persiapan menghadapi puasa Ramadhan. Dua, dari lima persiapan itu, kita sampaikan pada kesempatan ini, yaitu:
1. Persiapan Fisik atau Materi (Maliyah)
– Orang-orang yang sudah merasakan pentingnya ibadah puasa Ramadhan, biasanya melakukan persiapan pertama ini dalam jangka panjang. Persiapannya dilakukan 11 bulan berturut-turun hingga menjelang tibanya puasa Ramadhan.
– Bagi yang tidak melakukan persiapan jangka panjang seperti di atas, persiapannya mininal: menyiapkan zakat mal kita, zakat fitrah keluarga, infak atau sedekah, baju untuk berhari raya, dan kesiapan makanan dan peralatan yang dipakai sehari-hari. Semuanya diusahakan halal untuk digunakan ketika beribadah kepada Allah.
– Melakukan kebersilan tempat di sekitar rumah kita masing-masing, baik di halaman rumah kita, maupun di dalam rumah kita seperti sejak kamar tidur, dapur, kamar tamu, kamar mandi, garasi, bak air, jalannya saluran air, washtofel, dan kipas-kipas.
– Siap tampil pantas dalam kondisi kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam keadaan bagaimanapun Rasul saw menganjurkan kita, di bulan Ramadhan perlu tampil dengan wajah air muka cerah, jauh dari cemberut dan lemah sekalipun dalam keadaan berpuasa.
– Sehat setidaknya sejak sebelum puasa hingga sesudah puasa. Karena siapa pun yang beribadah puasa itu tidak akan dapat beribadah baik jika badannya tidak sehat. Jangan sampai menyepelekan unsur kesehatan ini, karena mantapnya kita beramal dalam bulan puasa ini adalah tatkala badan kita sehat. Kesehatan menopang kesempurnaan ibadah puasa kita.
2. Melakukan Silaturahmi dan atau Ziarah
Karena ibadah puasa itu bukan hanya berisi puasa 30 hari, maka aktivitas silaturahmi dan ziarah ini banyak dilakukan.
– Silaturahmi pertama, kepada ahli kita. Jika sudah meninggal, dapat dizarahi kuburnya dengan membersihkan dan berdoa untuk ahli kubur. Bagi yang masih ada, bisa saling share pengalaman amaliah puasa, untuk saling memperteguh persiapan ketika puasa; terutama dalam rangka pengisiap keilmuan dan tadarus ketika puasa. Silaturahmi juga bisa ke guru atau ustadz kita, handai taulan atau kawan kita, yang diarahkan ke memperteguh iman dan amaliah kita selama puasa, jauh dari yang membatalkan dan menggagalkan pahala amaliah kita.
– Silarurahmi dan ziarah di atas bisa identik, sehingga ketika menjelaskan tentang silaturahmi juga bisa mencakup pengertian ziarah. Kebiasaan ziarah dapat mengem- bangkan wawasan dan pengalaman kita dalam kehidupan ini (Erfan Soebahar)