Pesan-Kesan Pada Promosi Doktor Sdr Ahmad Musyafiq di UIN Walisongo

 Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Yth. Bapak Ketua dan Sekretaris Sidang Senat Ujian Terbuka
Yth. Segenap Tim Penguji Ujian Terbuka Promosi Doktor.
Saudara Promovendus dan segenap keluarga yang berbahagia, dan
Hadirin dan Hadirat yang saya muliakan.  


Puji dan syukur, kita panjatkan ke hadirat Allah Swt,  yang atas rahmat dan karunia-Nya, Sidang Senat Terbuka Promosi Doktor Sdr Ahmad Musyafiq dapat terlaksana dengan lancar dan baik, pada hari Rabu, 29 Januari 2014 ini.

Sholawat dan Salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw (yang Hadis dan Sirah Nabawiyahnya kita kaji dan simak bersama pada kesempatan ini), juga kepada segenap keluarga, para sahabat, dan semua pengikutnya yang setia.

Pada siang/sore yang berbahagia ini disertasi berjudul “Penggunaan Sirah Nabawiyah dalam Pemahaman Hadis Nabawi”, alhamdulillah, telah selesai diteliti, dilaporkan, dan dipertanggung jawabkan secara utuh seluruh isinya di hadapan sidang promosi doktor ini. Maka dengan itu pula, pokok masalah “bagaimana penggunaan sirah Nabawiyah dalam pemahaman Hadis Nabawi di Era Kontemporer” yang dirinci menjadi 4 sub masalah  terja-wab sudah. Jelasnya, apa yang pada waktu-waktu sebelumnya menjadi kegelisahan yang tidak putus-putus dicari jawabannya oleh promovendus, sejak

1-    Apa saja problematika pemahaman Hadis Nabawi di Era Kontemporer?

2-   Apa saja problematika penggunaan Sirah Nabawiyah dalam pemahaman hadis, teru- tama di Era Kontemporer?

3-   Bagaimana aplikasi penggunaan Sirah Nabawiyah dalam pemahaman hadis? 

4-   Bagaimana implikasi penggunaan Sirah Nabawiyah dalam pemahaman Hadis Nabawi di Era Kontemporer ini?

Dengan ini pula, awal penulisan monumental sdr promovendus, berupa penelitian dan sekaligus pelaporan berbentuk disertasi, sudah terbukti hasilnya di hadapan hadirin yth.  

Saya katakan awal penulisan monumental. Sebab karya disertasi adalah benar- benar me-rupakan karya nyata promovendus, setelah ngos-ngosan mencari data bagi penelitiannya. Dari data penelitian yang dicari: terkadang langsung ketemu. Mencari data lagi sampai berkali-kali, sebagiannya ketemu dan lainnya terlewatkan; begitu kembali dicari, bukunya sudah dipinjam peneliti lain. Mencari lagi, data yang ketemu hanya sebagian dari yang relevan dengan pokok masalah. Mencari data lagi, sudah ketemu, tetapi ternyata tidak relevan dengan pokok masalah. Persolan di atas, belum termasuk masalah non teknis, yang sangat mengganggu ketika proses penelitian dan penyusunan disertasi. Konon, masalah  non teknis tidak kurang dari 12 macam. Dapat order penelitian baru; ditimpa penyakit demam menunda menulis; anak yang kecil tiba-tiba sakit dan harus dioperasi; naskah disertasi terkena kebocoran air hujan sementara fleshdisknya ketika di saku dicuci oleh istri, dll. Masalah non-teknis yang nyaris mirip ikhwanas syayathin, cukup kuat menggoda dan mengganggu bagi penyelesaian disertasi.  

Tidak hanya itu, termasuk masalah teknis– kadang semua laporan sudah selesai disusun menjadi laporan final. Begitu ia diuji tertutup, judul yang sudah disepakati sebelumnya saja, karena karakter penelitian kualitatif, masih bisa dinyatakan tidak klop dengan tujuan penelitian. Maka judul, karena ia adalah nama bagi suatu karya tulis, tentu masih bisa jadi harus diubah. Dengan begitu, maka dapat dimaklumi jika disertasi disebut  karya awal yang monumental, karena setelah promovendus menulis disertasi diharapkan dapat menyusun karya-karya penelitian bobot yang berikutnya bagi masyarakat.

Bapak, Ibu, dan Hadirin Yang Berbahagia
Penggunaan Sirah, bagi Pemahaman Hadis Nabawi

Ungkapan judul ini ketika belum dibahas, terkesan mengada-ada. Masa iya, Hadis Nabawi yang sudah dibukukan dan menjadi ajaran Islam masih perlu pendamping Sirah Naba-wiyah untuk memahami konteksnya bagi memperoleh pemahaman yang utuh dan padu. Ini juga berarti, bahwa keberadaan Sirah Nabawi sekalipun sudah dikenal dalam sistem keilmuan, tetapi dalam era kontemporer ia belum duduk secara tepat dalam sistem keilmuan dan belum tersosialisasikan ke kalangan luas.

Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan inilah, antara lain, momentum bagi sosialisasi Sirah Nabawiyah mengenalkan diri; baik problematika pemahaman, pengguna- an, aplikasi penggunaan, maupun implikasi penggunaannya.

Sdr promovendus, dalam catatan kita, termasuk orang yang sudah mengisi celah-celah kosong dari Sirah Nabawiyah ini. Terutama dalam konteks di era kontemporer sekarang.

Celah-celah Jawaban Promovendus

1-    Ketika menjawab tentang problema pemahaman Hadis Nabawi di era kontemporer, arah jawaban sudah digiring ke klasifikasi dalam  tiga aspek, yaitu: aspek wurud, aspek dalalah, dan aspek komprehensifitas hadis;

2-  Ketika menjawab tentang problema penggunaan Sirah Nabawiyah di era kontemporer, arah jawab an sudah difokuskan ke relasi hubungan antara Sirah Nabawiyah dengan dua hal bidang ilmu yang dihadapi yaitu Hadis Nabawi dan Asbab al-Wurud;

3-  Ketika menjawab tentang aplikasi Sirah dalam pemahaman Hadis Nabawi di Era Kontemporer, jawaban promovendus menunjukkan apa yang dilihatnya melalui tiga aspek pemahaman Hadis Nabawi, yaitu aspek wurud, aspek dalalah, dan aspek komprehensi- fitas Hadis Nabawi.

4-   Dan ketika menjawab bagaimana implikasi penggunaan Sirah Nabawiyah dalam pemahaman Hadis Nabawi di Era Kontemporer, promovendus telah memberi kontribusi dan  sekaligus menunjukkan dimana keterbatasan penggunaan Sirah Nabawiyah dalam pemahaman hadis Nabi saw.  

Hadis Nabawi dan Sirah Nabawiyah ke Depan

1- Dari paparan uraian di atas, menjadi jelas apa yang telah disumbangkan promovendus bagi penyelesaian studi doktoralnya, dari ilmu yang telah digelutinya di IAIN Walisongo Semarang;

2-  Maka tatkala kita ingin memahami hadis masalah Adzan dengan lengkap misalnya,  selain berupaya menemukan teks Hadis mengenai adzan, kita juga berupaya mene-mukan teks penjelasan Sirah berkenaan dengan adzan itu, sehingga diperoleh pemahaman dan pemaknaan adzan yang lengkap dari Sirah Nabawiyah itu.

3-   Praktiknya, dengan telah memperoleh dasar hadis yang menyebutkan bagaimana sabda Nabi saw tentang adzan. Kita perkaya pemahaman kita dengan konteks Sirah Naba-wiyahnya, sehingga kita punya pemahaman lengkap dan kontektual dari adzan.

Pada periode Makkah seperti dimaklumi umum, dikenal sebagai periode akidah; tanda-tanda akan melakukan shalat seperti adzan pada masa itu belum diperkenalkan secara jelas, sehingga tanda masuk sholat ketika itu masih berlaku sebagaimana keumuman agama-agama yang berkembang, misalnya dengan membunyikan lonceng, dll.

4-    Begitu periode madinah; yang dikenal berlangsungnya periode syari’ah, maka adzan telah dikenal konteksnya, yaitu saat empat orang sahabat bersama bermimpi melafalkan teks adzan. Setelah dikonfirmasi kepada Nabi saw, beliau juga mengiakanlafal adzan itu, sehingga benar-benar adzan memiliki pengertian yang lengkap dan mantap.

5-    Untuk kebutuhan ke depan, Hadis Nabawi dan Sirah Nabawiyah ini, perlu kita  seimbangkan porsinya dalam penulisan kitab-kitab, ceramah-ceramah, khutbah-khutbah, dan pengamalan riilnya dalam kehidupan. Jika hal tersebut dapat terjadi maka tatkala mu’adzdzin atau putera-putera kita adzan, punya pemahaman jelas mengapa adzan; begitu pula jika melakukan sholat memiliki pemahaman yang jelas mengapa  mela-kukan shalat, dan demikian segenap aktivitas lainnya. 

6-     Akhir kata, jika di Semarang dalam dua pekan terakhir ini diguyur hujan, ini tidak  pas dimaknai musibah. Akan tetapi, ini bermakna bahwa Ujian Terbuka kali ini sedang turun pencerahan yakni temuan tentang Sirah Nabawiyah bagi kehidupan ini. Maka dari konteks ini, kondisi punya nuansa yang menghangatkan bagi aktivitas keseharian kita ke depan insya Allah. Wallahu A’lam Bishshawab.  Semarang, 29 Januari 2014 Promotor, Moh. Erfan Soebahar.

 

1598

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *