Syair Imam Fakhruddin al-Razi
Imam Fakhruddin Ar Razi menulis suatu syair yang cukup menarik. Syairnya pendek tapi cukup bernas. Dilihat dari isinya, syair beliau merangsang seseorang untuk bergairah menulis. Apa saja yang baik dan bermanfaat layak saja ditulis, agar bisa diabadikan di dalam kehidupan ini. Syair itu adalah sebagaimana kutipan berikut ini.
لـَمْـ نَسْتَـــــــــفِذْ مِنْ بَحْثِنَـــا طُـــوْلَ عُمْـــرِنَا # سِــــــوَى اَنْ جَمَعْنـَـــا فِيْـــهِ قِيـْــــلَ وَ قَـــالُوْا
Lam Nastafidz min Bahtsinaa Thuula ‘Umrinaa, Siwaa an Jama’naa fiihi Qiila wa Qaaluu.
Tidak ada faedah (besar) yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup kita; Selain (tekad) menghimpun pesan-pesan yang tertuturkan dan dinyatakan.
Prestasi besar sebenarnya berasal dari pekerjaan-pekerjaan kecil; tapi yang tidak berhenti di sini. Tegasnya, prestasi itu berasal dari pekerjaan-pekerjaan kecil yang disemangati dengan kegigihan dan gairah besar. Tak terkecuali misalnya, dengan sekadar menghim- pun kutipan kata-kata mutiara, kata-kata syair, ungkapan-ungkapan pujangga. Perlakuan mengumpulkan tanpa henti kata-kata di atas kalau sudah disertai semangat istiqamah mengumpul, maka prestasi besar sudah membayang. Lebih-lebih jika pekerjaan yang sama dilakukan tiap hari tanpa henti.
Satu saja sehari dikumpulkan, sudah menjadi banyak dalam setahun, yang 365 hari itu. Betapa tidak terhingganya kenyataan itu jika yang dihimpunnya adalah dua atau tiga atau lima dalam sehari.
Sungguh, istikamah dapat membawa pelakunya ke memperoleh nilai besar dalam hidup ini. Sebuah kalam yang rutin ditulis harian dalam setahun bernilai kali tiga ratus lebih petuah. Betapa juga besarnya jika sudah mencapai empat tahun, yang 1.460 petuah. Isinya akan cerah dan mencerahkan; segar dan menyegarkan. Potensi yang potensial bagi masa sekarang dan masa yang akan datang (Erfan S)