Urgensi Dua Akhlak Utama Kita Kepada Allah SWT
Pembelajaran akhlak adalah misi penting yang dibawa Rasulullah Muhammad saw ke tengah-tengah kehidupan. Dengan akhlak, selain lebih tampak sejauhmana tampilan amaliah akidah dan aplikasi syariah pada diri seorang muslim, juga kelihatan lebih indah kehidupan ini sebagai buah dari ajaran agama yang dipeluk nya yang menjadi buah bagi setiap muslim dalam tampilan kehidupan.
Dua Akhlak Utama
Apa saja akhlak utama manusia dalam hubungan dengan sang Pencipta kita, Allah Swt? Dalam keterbatasan waktu, dua akhlak utama itu dapat dilihat di bawah ini.
Pertama, adalah Takwallah. Dengan bertakwa manusia itu benar-benar terjaga dirinya sehingga mampu menjadi manusia yang berdaya atau menjadi cerah dan memberdayakan atau mencerahkan. Betapa tidak, takwa yang memiliki makna utama menjaga kualitas diri sebaik-baiknya dan sesempurna mungkin sehingga diri begitu dekat secara kondisional dengan Allah Swt yang Pencipta dan jauh dari hal-hal yang menjaukan diri dari-Nya yang disebabkan karena dirinya melakukan hal-hal yang maksiat.
Orang bertakwa yang mesti selalu mampu kontak kepada Allah Swt di mana saja berada, sesuai dengan ajaran yang mesti dilaksanakan di mana dan kapan saja berada untuk takwallah dalam menunaikan perintah yang mesti dilakukan, dan menunaikan larangan dalam bentuk apa-apa yang mesti ditinggalkan. Maka banyak hal yang akan dapat dipetik dengan manusia melakukan takwallah.
Orang yang takwallah, paling tidak dapat memetik sejumlah buah takwa antara seperti yang berikut ini:
- Mendapatkan anugerah sikap furqan
- Mendapatkan limpahan berkah dari langit dan bumi
- Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan
- Mendapatkan rereki tanpa diduga-duga
- Mendapatkan kemudahan dalam segala urusan
- Mendapatkan ampunan dosa dan pahala yang besar
Kedua, Ikhlas dalam perilaku. Dari sudut bahasa, ikhlas itu adalah bersih, jernih, murni. Orang Ikhlas adalah mereka yang telah selalu mencoba dan terus melakukan latihan diri dengan aktivitas yang jernih dan murni dalam pelbagai kesempatan, sehingga kualitas kemurnia dan kejernihan perilaku batiniahnya itu semakin lama semakin meningkat dengan tanpa melalui pikiran-pikiran berat dan pertimbangan jauh-jauh lagi.
Pada orang ikhlas, sejumlah perilaku ditampilkan seperti yang disebutkan dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad No. 20348 yaitu:
- Memurnikan hati dengan beriman
- hatinya bersih
- Lisannya jujur
- Jiwanya tenang
- Akhlaknya lurus
- Telinganya suka mendengarkan
- Penglihatannya banyak digunakan mengamati
Perilaku demikian itu ditampilkan, karena dua pemahaman penting. Karakter telinga itu adalah tunduk; dengan kebiasaan mendengarkan maka banyak hal yang dapat dipetik dari fenomena alam ini baik yang diperoleh dari ayat- ayat yang didengarkannya maupun dari pernyataan pernyataan yang disimaknya dengan benar-benar dan selektif. Sementara karakter mata adalah menurut apa yang diperintahkan oleh hati. Padahal hati yang dipandang mumpuni adalah hati yang selalu dalam proses memahami, dan terlatih dengan feeling dan intuisi yang selalu layak secara nuraniah untuk dilatih biasa berfatwa bagi tiap-tiap diri. Termasuk ketika seseorang itu dalam keadaan memecahkan persoalan yang rumit sekalipun.
Dalam pada itu, adalah benar ungkapan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, ketika di depan kita sudah ada suatu persoalan yang dihadapi untuk dipecahkan, bahwa Idzhab fa Innallaah Sayahdii Qalbaka wa Yutsabbitu Lisaanaka ‘Pergilah, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan menunjuki hatimu dan menetapkan lidahmu’.
Maka seorang yang takwallah serta sekaligus terlatih dirinya berbuat yang ikhlas atau tulus, akan memiliki nyali yang baik tatkala berhadapan dengan realitas seperti apapun dalam kehidupan ini, sedang yang kita hadapi adalah medan yang sesung guhnya yang akan mengantarkan kita memiliki bekal menuju surga.
Dengan demikian, dua akhlak yang dipaparkan di atas memiliki relevansi yang penting menuju negeri akhirat, namun tidak ada yang tidak memiliki kaitan penting dengan realitas kehidupan yang dihadapi ini. Semua mengantarkan kita hidup sukses dan mukti dunia dan akhirat insya Allah (Erfan Subahar).