Akhlak Karimah Kita Terhadap Menantu

Menantu adalah istri atau suami dari anak kita. Setelah seseorang melakukan pernikahan, maka jalinan hubungan kita sebagai orang tua terhadap orang baru dari keluarga yang berkait dengan anak kita, ia disebut menantu.

Bagaimanakah akhlak kariman seorang mertua terhadap menantu? Kepada kita telah diberi petunjuk mengenai akhlak kita dalam berinteraksi sebagaimana berikut ini.

  1. Mertua hendaknya memahami terhadap  menantu putrinya yang memang sudah menjadi tanggung jawab anak laki-lakinya. Mertua tidak perlu selalu ingin tahu urusan keluarga anaknya.
  2. Jika ada keinginan mertua untuk membantu anak dan menantunya adalah bagus.  Akan tetapi bantuan itu  hendak nya  tidak dengan menyakiti hati. Allah berfirman:

قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun (QS. Al-Baqoroh 2:263).

  1. Mertua hendaknya berlaku sabar menghadapi sifat menantunya. Jika perlu tidak perlu merasa enggan memberikan nasihat. Akan tetapi jangan terlalu sering agar tidak dianggap orang tua yang ingin ikut campur.
  2. Kunjungan mertua ke rumah menantu menambah keharmonisan suasana keluarga. Jika memang tidak ada suatu kepentingan yang membutuhkan waktu yang lama, maka kunjungan itu sebaiknya tidak perlu dilama-lama waktunya hingga beberapa hari lamanya, kecuali memang diminta oleh keduanya.
  3. Mertua hendaknya menasihati anak dan menantunya, jika terjadi perselisihan suami isteri sedapat mungkin diselesaikan di dalam keluarga secara baik-baik. Jangan membawa masalah keluarga  keluar, jangan terdengar oleh mertua. Jika memang agak sulit diselesaikan, maka mintalah nasihat mertua atau orang tua jika dianggap perlu. Hal ini menambah penghormatan mertua kepada menantu.

وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. An-Nisa 4:35)

  1. Mertua tidak berat sebelah dalam membantu penyelesaian masalah keluarga. Orang tua jangan  nampak terlalu membela anaknya sendiri.

Ada sebuah riwayat, suatu ketika Rasulullah berada di rumah ‘Aisyah dan tiba-tiba Zainab datang. Zainab dan dan ‘Aisyah berdebat dan bahkan  dengan suara yang makin meninggi. Saat itu pelaksanaan salat akan segera ditunaikan dan Abu Bakar (ayah ‘Aisyah) yang kebetulan lewat mendengar suara gaduh itu lantas berkata, “Keluarlah, ya Rasulullah untuk salat dan taburkan debu ke mulut mereka!” Kemudian Rasulullah keluar untuk salat. (Diriwayatkan oleh Muslim dalam kisah yang panjang).

Pegangan akhlak di atas belum mencakup keseluruhan. Masih ada beberapa hal yang dapat disusulkan untuk melengkapinya begitu ayat atau hadis yang mengemukakan telah ditemukan insya Allah (Erfan Subahar).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *