Asal Usul: Turunnya Bapak Adam di Indonesia?
Ada hal yang sering mengherankan. Apa yang sering mengherankan dan mengapa mengherankan, bukankah sejak kecil kita ini suka terheran-heran? Maka begitu kita sudah tua, terkadang rasa heran itu kembali timbul seperti apa yang biasa terjadi di masa kecil dulu itu. Kalau begitu apa benar heran itu hanya hak kita di masa kecil? Bukankah ketika sudah besar, dewasa, atau tua, terheran-heran itu sudah tidak boleh? Saya pikir kok tidak demikian. Justru heran yang terjadi pada masa dewasa itu yang sering membuat sesuatu misteri itu benar-benar terjadi, sebab di alam ketika kita dewasa atau8 ketika tua lah sesuatu itu mampu kita hadirkan bukti-bukti penguatnya.
Apa yang kita heran di masa kecil dulu bisa jadi memang ada tetapi sukar kita buktikan, tetapi ketika kita heran di masa dewasa sering kita mampu menghadirkan buktinya. Dan itulah yang pada waktunya yang tepat terkadang lalu menjadi sejarah peradaban.
Turunnya Bapak Adam a.s.
Saya hanya heran: mengapa hampir semua asal usul hal yang hebat itu kok tidak pernah disebut-sebut berasal dari negara yang pernah dijajah? Misalkan disebut berasal dari Indonesia. Dan ini hampir dalam banyak hal, yang setelah dilacak ternyata suatu hal tertentu berasal tari tempat kita, yakni Indonesia.
Dan diam-diam, beberapa barang yang ada di negara ini tahu-tahu sudah dibawa dan berada di luar negeri. Dan setelah dilacak asal usulnya ternyata berasal dari Indonesia. Misalnya, yang hampir kita tidak percaya mengenai kain batik, yang nyaris hampir diakui bahwa barang-barang unik itu hampir hak ciptanya dimiliki oleh negara tertentu, dan hampir dinyatakan sebagai bukan berasal dari Indonesia.
Bukan hanya batik, ungkapan-ungkapan unik kebahasaan. Ungkapan akhlak atau budi pekerti, ngana ya ngana neng aja ngana. Artinya, begitu ya begitu tetapi jangan berperilaku begitu ya.
Atau, diam-diam ternyata dalam kebahasaan, banyak bahasa Arab menjadi kosa kata yang menyatu dengan tanpa kesulitan dengan bahasa kita Indonesia, seperti berkat, rahmat, ma’unah, hidayah.
Apa benar mesti dari India, atau apa benar mesti dari Irak?
Kadang saya juga heran, mengapa kalau ada sejarah hebat seperti Nabi Adam, mesti dikatakan dari India. Atau mesti dikatakan, kalau ada Nabi-Nabi atau Rasul itu berasal dari Irak?
Bagaimana kalau sekali-kali kita mencoba: dinalar dengan sabar, namun pelan-pelan dicarikan bukti. Ya rasa keheranan ini sekali-kali diolah, dinalar dengan sabar. Jangan-jangan Bapak Adam itu turunnya di Indonesia. Dan Nabi Daud itu adalah berasal-usul dari Indonesia. Atau Nabi Sulaeman a.s. itu malah berasal dari Indonesia?
Sebab, begitu orang Indonesia itu sudah menemukan rasa kepercayaan dalam dirinya: banyak hal yang dulu-dulu disebut begini-begitu oleh sejarah pemerintah kolonial, ternyata ditemukan tidak mantapnya penulisan sejarah kita.
Mohon maaf: saya hanya ingin melestarikan keinginan saja. Kok sepertinya ada data atau fakta, bahwa sebelum mencairnya es di kutup bumi Indonesia ini menyatu. Hanya saja, ada dataran atas dan ada dataran bawah. Banyak daerah atas dan daerah bawah seperti kota Semarang. Lho, kalau bumi Nusantara ini dulu menyatu, berarti Indonesia ini dulu bukan terdiri dari gugusan pulau-pulau. Akan tetapi, satu kesatuan negeri daratan yang memungkinkan penduduknya saling berinteraksi darat. Dari situ, maka tidak akan ada kesulitan terjadinya interaksi dunia melalui darat di Indonesia hingga negeri Arab sana melalui Indonesia ini.
Jika orang-orang dulu tingginya 10-20 meter, maka sekali melangkah saja kita sudah bisa sejauh 10 meter. Maka kalau Anyer penarukan itu 1.000 km, maka dengan sekali langkah 10 meter sudah bisa dihitung, hanya dalam berapa hari seluruh Jawa bisa dijalani kali oleh orang besar seperti itu.
Lho, dengan Pak Adam a.s. bagaimana? Apa sulitnya beliau melangkahi seluruh Indonesia melalui perjalanan darat ketika itu?
Kemungkinan dari Indonesia
Saya kok berpikir, sepertinya logis saja Pak Adam itu turun di Indonesia. Mohon maaf, tolong pendapat ini jangan dicaci dulu. Jangan cepat-cepat dituduh sebagai pendapat tidak logis, atau tidak berlandasan. Siapa tahu, pada waktunya nanti ini terbukti.
Saya pikir Belanda menjajah Indonesia 350 tahun itu tentu bukan tanpa berpikir jauh. Dan Belanda lalu membawa naskah-naskah terbaiknya dari Indonesia lalu menjadi isi dari Perpuastakaan dan dipeliharanya dari Indonesia tentu bukan hanya sekadar pekerjaan main-masin hanya karena di dalam agama dikatakan bahwa “kehidupan dunia ini adalah permainan.”
Bisa jadi, ada ide besar dari kebijakan kerajaan Negeri kincir angin itu. Bahwa pada masanya nanti (entah di masa kekuasaan presiden Indonesia yang mana ya), bahwa semua misteri tentang Indonesia itu bakan terungkap…….! Terungkap dari bakan kepustakaan Negeri Belanda? Bisa jadi itu salah satunya….. ! Dan tentu bisa juga dari negara yang lain!
Pikiran Awal: sekilas meraba-raba!
Berangkat dari asal usul Indonesia negeri darat yang menyatu. Dengan menyatunya Indonesia sebagai negeri daratan ketika itu berarti pernah tidak ada 17.000 pulau di masa itu! Yang ada adalah cikal bakal nageri Indonesia, yang bisa dilakukan dengan kontak darat. Maka sulit temuan ada ketika itu, karena semuanya melalui darat yang penuh dengan hutan dan tanaman-tanaman subur.
Para penemu dunia tidak bisa memasuki dunia. Namun bisa jadi, ide tentang menuju ke Indonesia sudah pernah terpikir oleh mereka-mereka di zaman dahulu. Bapak Adam a.s. pun tidak akan sukar hidup di Indonesia dan memakan apapun ketika itu. Karena Indonesia negaranya subut. Mau makan buah durian, salak, nangka, pisang, jambu klutuk, jambu demak, jambu mite jelas ada. Atau mau makan kates, sersat, dan sayur lawuh, bayam, atau apapun….. masih banyak. Rasanya kok mudah.
Mau rempah-rempah, atau akar-akaran yang semuanya mengait dengan pohon. Kok di negeri ini dapat kita temukan semua itu.
Negeri, yang dulu pernah menerima doa-doa baik dari leluhurnya, rasanya tidak sukar diterima: ia begitu subur. Begitu makmur. Rasanya mudah diterima akal sehat, kalau ini semua mengait dengan kebidupan Bapak Adam, ketika oleh Allah beliau berdua pernah diturunkan ke Bumi ini. Hanya saja, sekali lagi, ketika itu Indonesia masih negeri darat, yang sangat mudah ditempuh oleh Bapak Adam dengan berjalan kaki.
Bisa jadi setelah itu, Bapak Adam melalukan perjalanan ke Barat. Terus ke Barat, melalui India. Nah, di India inilah beliau berjumpa dengan orang-orang yang suka menuliskan sejarah orang tuanya. Di situ bahasa sansekerta sudah dimikiki, sehingga mudah untuk digunakan merekam dan menuliskan bahwa Bapak Adam berasal dari India.
Lalu terus beliau ke Negeri Arab sana, sementara di situ seorang gadis yang sangat cantik ludah lama menunggu kekasihnya. Di Bulan Dzulhijjah ketika itu, di sebuah padang luas. Orang-orang kemudian mengenang benar sejarah itu. Dan kemudian lalu dikenal dengan Padang Arafah, sebuah padang dimana orang pertama manusia saling bertemu kangen dengan kekasihnya yang sempat hilang seklian lama.
Namun, Ibu Hawa, bisa jadi banyak berada di Negeri Arab sana. Negeri Arab ketika itu dan sampai sekarang adalah negeri yang dulu terdiri dari hutan luas. Buah-buahan banyak dan bermacam-macam. Tercukupkan rupanya Ibu Hawa makannya dengan berada di seputar Saudi Arabia saja — tidak jauh berjalan ke peljabagai dunia, sampai akhirnya bertemu kembali dengan kekasih tercintanya Bapak kita Adam.
Hasil Bumi Indonesia: Incaran Belanda, Arabiah, India
Orang yang terpesona tentu banyak idenya. Dan orang yang ada di Indonesia, tentu banyak senyumnya, karena sejak dulu kebutuhan hidup sudah tercukupkan kita hidup dari tanah air sendiri.
Kalau sekarang, kita merasakan sangat aneh berbicara ini dari Indonesia yang sudah dikelilingi oleh laut dimana kita sudah menjadi nagara kepulauan. Kalau dahulu ketika kita masih menyatu? Saya pikir tidak ada yang aneh dengan negeri yang keyakinannya secara empirik diuji oleh Allah untuk diyakini oleh penduduknya bahwa itulah Indonesia.
Belanda? Ya tidak heran. Makanya, jalau ditanya sekarang dan lebih-lebih dituduh menjajah Indonesia, mesti dia mengelak. Dia di Indonesia hanya berdagang saja. Karena Belanda tidak akan mau dituduh menghasut, kejam, dan banyak hal kejelekan lain.
Saudi Arabia?
Mereka tidak kesulitan dari segi bahasa. Tokh sekali bicara saja, banyak kata yang mudah dimengerti oleh orang Indonesia mengenai kata-kata Arab mereka itu? Tokh mereka ketika ke Indonesia tidak kesulitan. Bahasanya, agamanya, akhlaknya….. Mereka tidak suka membentak-bentak. Mereka juga tidak mau menjajah, karena Islam hanya butuh mengekspansi kok ajar suruhan Rasul sampai ke negeri ini.
Lebih-lebih orang Arab itu enah diajar bicara. Makanannya juga tidak sukar. Dekat sekali dengan makanan orang Indonesia.
Karena dalam sehari mereka lima kali melakukan salat wajib. Maka salat atau ibadah mahdhah mereka gampang ditiru oleh orang Indonesia, yang dimana saja berada mereka suka memperhatikan. Maka dari itu, Islam mudah diterima di sini, oleh karena di mana-mana mereka berada sangat mudah melaksanakan salat dan otomatis salatnya mudah diterima. Anehnya, yang menopang lagi, bahwa ajaran yang disampaikan ke Indonesia oleh mereka deahulu adalah Islam dalam perspektif tasawuf ini.
Orang India?
Mereka juga tidak sukar kontak dan untuk betah di Indosia. Sehari-hari kita berhadapan dengan hewan di sini. Sapi dan kambing, berkeliaran di Indonesia. Kambing menjadi kebutuhan kita dalam lauk pauk makanan. Sapi demikian juga, hanya sapi sering mengait dengan Tuhan agama dari India ini, sehingga beberapa daerah tertentu mereka, rakyat Indonesia tidak memakan daging sapi (karena risih dengan tetangga: Hindu). Di daerah seperti Kudus kota, mereka lebih suka memakan daging kerbau.
Uraian akan terus disempurnakan datanya. Terutama mengenai data Nabi Adam di sini, dan penulisan sejarah Indonesia. Insya Allah (Erfan S; 10 Ramadhan 1435).