Himbauan: Berdakwah Ilallah, Bukan Dakwah Ala Setan dan Kroni Setan

Pada masa kehidupan dijalani, kita memiliki kewajiban untuk melakukan tugas berdakwah. Yaitu mengajak ke manusia ke jalan kehidupan yang benar, baik, dan manfaat dengan jalan yang santun, agak ajaran agama dan moral yang lurus dapat tegak di dalam kehidupan. Namun, yang namanya kehidupan — dimana manusia berinteraksi dengan banyak kalangan — di sana sini selalu ada saja sifat salah dan sifat lupa atau persoalan, yang dilakukan oleh makhluk manusia, yang antara lain menantang perlunya untuk diluruskan.

Dari situ, mengingatkan atau menghimbau agar tetap ingat adalah sangat diperlukan bagi kebaikan bersama. Berkenaan dengan itu, dalam tulisan ini menghimbau apa yang diminta tim dari kapolrestabes kepada saya, untuk senantiasa mengingatkan muballigh-muballigh, yang berdakwah kadang terlihat menyimpang dari relnya.

Himbauan Dakwah Lurus

Dalam kesempatan bulan Ramadhan 1441/2020, MUI Kota Semarang menyampaikan himbauan:

“Saya (Prof Erfan Soebahar), dari MUI Kota Semarang, mengajak. Mari pada saat-saat kita berada di (momen khas) puasa Ramadhan, mari senantiasa (para pendakwah terutama} tetap berdakwah secara bil-hikmah, al-mauizhah al-hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan. Artinya kita berdakwah di jalan Allah yang lurus, sesuai dengan aturan dan patokan dari Al-Quran dan al-Hadits dalam membawa umat ke arah yang lebih baik yang lebih maslahah. Dan tentu tidak berdakwah ala syaithan dan kroni-kroni syaithan, yaitu yang berdakwah dengan cara menghasut, mendiskreditkan, memojokkan, menjelek-jelekkan, yang memancing masyarakat dan pihak-pihak dan pihak-pihak tertentu melakukan yang tidak senonoh, yang bukan aktivitas Islami yang tidak dikehendaki.

Indonesia adalah yang kita cintai, negara yang kita bela, negara yang kita rawat bersama. Mari dakwah kita sebagai umat Islam, arahkan, sesuaikan dengan corak dakwah ilallah, dan tidak dakwah yang menyimpang dari jalan yang tidak semestinya. Mari kita akhiri Ramadhan ini dengan yang terbaik, kita bawa masyarakat ke Indonesia menjadi negera yang adil, makmur selamat sentosa fid diini wad dun-ya wal akhirah.

Kalau ada hal-hal yang terkait dengan mengkritisi pihak perinah: sampaikan yang baik, bukan dengan cara menjelek-jelekkan, dengan cara memojok-mojokkan, dengan cara yang tidak etis, sehingga menyebabkan pendengar tidak mantap dalam menerima seruan dakwah.

Sekian, ada salah ada khilaf mohon maaf.” Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *