Kegembiraan Spesifik Puasa Ramadan

Gembira adalah kesukaan yang ingin dimiliki setiap orang. Semua orang yang hidup menginginkan kegembiraan hinggap dalam dirinya. Sebab, kegembiraan adalah hak orang yang layak dihormati oleh orang lain. Hal itu mengingat, dengan kegembiraan eorang akan mudah berbesar hati, merasa bangga dengan kelebihan anugerah Allah atas dirinya, merasa bangga dan berani unjuk diri, juga mudah bersuka hati. Hal ini tak  terkecuali orang yang berpuasa. Dengan puasa dia berhak untuk bergembira sambil menunaikan puasanya hingga rampung dan dapat pahala yang sesuai dengan harapan.

Bagaimanakah kegembiraan orang yang puasa? Kapan kegembiraan orang puasa itu terjadi? Banyak hal yang terkait dengan kegembiraan itu dapat dilihat bagi orang yang berpuasa seperti dalam uraian berikut ini.

Kegembiraan Menyambut Puasa

Kegembiraan bisa datang sebelum berpuasa. Orang-orang salih banyak menyambut amal-amal baik dengan perasaan gembira. Doa-doanya agar waktu yang diterimanya berkah dan amal-amalnya bertambah bobot, sudah disiapkannya agak jauh sebelum waktu puasa tiba. Dari situ banyak orang sejenis ini, dari jauh sudah menata diri dengan penyambutan yang bagus. Menyambut puasa dengan rasa gembira.

Misalnya, mereka membaca doa dengan gembira menyambut puasa sejak beberapa minggu sebelum bulan puasa. Rasullah saw dalam Shahih Muslim, seperti dikutip berikut ini menyampaikan doa muaktabar yang banyak dibaca oleh Muslim sejak bulan Rajab sampai tembus ke bulan Ramadan yaitu:

اللهم با رك لنا فى رجب، وشعبان وبلغنا رمضان 

Wahai Allah, anugerahilan kepada kami keberkahan di bulan Rajab dan bulan Sya’ban, dan juga keberkahan di bulan Ramadan (H.R. Muslim).

Hadis yang berisi doa ini terkait berkah, yaitu tambahan kebaikan dari apa yang dilakukan seseorang. Tambahan itu bermacam-macam; bisa berupa tambahan rasa senang atau gembira, jauh dari duka dan dirundung duka. Berkah gembira, yang dapat menggairahkan diri karena dapat ringan dalam beramal baik. Beramal di tengah menum-puknya anugerah amaliah Ramadan yang tak terhingga pahalanya dari Allah Swt.

Dari situ pada saatnya, suatu kegembiraan layak diperjuangkan didatangkan sejak awal. Dan yang terpenting, sejak melakukan puasa kegembiraan itu sudah kita miliki terus. Diwujudkan agar menetap di dalam diri. Dengan itu, terasa enteng kita melakukan puasa, karena beban berat puasa sudah berada di balik kegembiraan diri kita.

Kegembiraan puasa demikian jelas berpengaruh positif. Dengan gembira menyambut puasa Ramadan, maka yang terpikirkan hanya bagaimana kita terus berbuat baik dan melakukan amal-amal baik, sehingga mudah meninggalkan yang buruk-buruk. Jika berbicara misalnya, hanya mengeluarkan ungkapan baik dan nasihat baik bagi sesama. Jika membaca, memilih hanya bacaan yang baik: membaca Al-Qur’an berkali-kali hingga khatam, kitab klasik yang pemupuk iman dan wawasan keilmuan, serta bahan lain yang memperluas kehidupan. Jika bergaul, bisa mempeluas dengan kesadaran tetap dapat menjaga diri dan menularkan kebaikan bagi teman gaul jauh dari “keluran” keburukan.

Jadi, dalam kehidupan Ramadan, kita kegembiraan bisa karena dapat beramal secara optimal. Terutama dalam kaitan dengan menambah nilai prestasi diri setiap waktu kita.  Itupun bisa difokuskan: hanya mencari dan melakukan apa saja yang disuka Allah Swt bagi kemantapan diri, jauh dari ketidakrelaan dan kemurkaan Allah Swt.

Kegembiraan demikian mempermudah bertemu rahmat Allah dari berpuasa Ramadan. Dari kegembiraan ini semakin tumbuhlah fitrah, dari sekadar biasa-biasa menjadi orang yang semakin berbobot. Isinya tak lain dari peningkatan amaliah kita di jalan Allah.

Orang salih yang gembira menyambut Ramadan seperti inilah yang dilindungi oleh Allah, baik jasmaniah maupun rohaniah. Bahkan secara jasmaniah, kegembiraan orang itu akan berupa penjagaan Allah. Allah Swt, seperti disebutkan hadis, akan menganu-gerahkan baginya suatu keselamatan. Jasadnya akan diselamatkan Allah Swt dari panasnya api neraka. Rasulullah swt bersabda,

          من فرح بدخول رمضان حرم االله جسده على النيران

Siapa saja yang menyambut gembira dengan datangnya bulan Ramadan (agar dapat beramal yang optimal) maka diharamkan jasadnya dari sengatan api neraka (Hadis).

Kegembiraan muknin demikian mendorong terjelmanya amal-amal baik yang beragam yang berakibat datangnya kelegaan hebat Allah Swt, atas reda gembira hamba-Nya.

Kegembiraan Saat Berbuka dan Liqa’ Allah 

Selain kegembiraan tersebut, ada kegembiraan lain. Orang yang berpuasa juga akan merasa gembira dengan kedatangan dua hal spesifik kegembiraan, yaitu saat berbuka puasa dan saat akan datangnya janji untuk dapat melihat Tuhan. Kegembiraan pertama langsung bisa disaksikan dalam kehidupan di dunia sekarang, sedang yang lain hanya dapat kita saksikan dalam kehidupan yang akan datang.

1- Gembira Saat Berbuka Puasa

Rasa gembira bentuk ini dapat dirasakan sekarang. Di dunia ini, kita sudah dapat merasakan langsung datangnya gembira dalam bentuk ini. Hati yang sudah siap diisi, dengan niat yang disengaja untuk mengalahkan nafsu dengan berpuasa menjadi terpu- askan dengan berperilaku baik sepanjang hari. Jika siang, dapat menyiapkan dengan menahan dan mengendalikan diri untuk hanya melakukan kabaikan-kebaikan dan jauh dari kemungkaran. Sedang pada malam hari, dapat menambah kesiapan dengan beramal ibadah yang beragam seperti salat tarawih dan witir berjamaah, bertadarus Al-Qur’an, berinteraksi dengan sesama mukmin yang berpuasa Ramadan, serta qiyamullail dan muhasabah. Aktivitas hariannya padat dengan amaliah dalam keadaan perut kosong, sebab mengendalikan diri tidak makan dan tidak minum.

Padahal, di dalam saku kita punya uang untuk menikmati hidangan. Di kanan kiri kita, sudah tersedia rizki Allah yang halal yang sewaktu-waktu bisa disantap baik makanan atau minuman. Akan tetapi, menyantapnya ditunda karena kita tengah ujian Tuhan Pemberi rezeki, yang menghendaki kita menahan diri dari rezeki yang dianugerahkan ke tangan kita lewat tugas puasa.

Maka pantas terjadi gembira dengan menyantap buka. Sebab diri ini berbuka dengan harta yang halal, pada saat khusus yang hanya sesuai dengan kehendak Pencipta kita. Dan itu, memang hanya pada waktu yang khas yang Allahlah sendiri menghandakinya. Waktunya nyata atas izin-Nya, atas Kelegaan Allah Swt jua kita menyantapnya. Maka berbuka yang demikian jelas halal dan thayyib; suatu tingkat yang terbaik dari Allah.

Jika sadari, jelas bahwa berbuka seperti ini tentu mengandung berkah. Sebab ia  benar-benar sesuai waktu yang dikehendaki oleh Allah atas kita. Yaitu waktu tepat, begitu laparnya perut karena kosong dari makan minum, dan memang perlu diisi.

Maka saat berbuka, para mukmin bertemu kegembiraan. Gembira karena perut terisi tepat waktu. Juga gembira karena waktu menyantapnya sesuai dengan kehendaki Allah Swt atas diri kita. Waktu berbuka yang tepat: antara kehendak hamba dengan tutah Pencipta kita. Jadi, saat berbuka demikian adalah yang klop. Waktu tepatnya, saat tiba waktu maghrib setiap hari puasa, dan juga datangnya maghrib di akhir bulan Ramadan. Yang terakhir ini, kegembiraan lebih meluap, karena diiringin dengan bacaan. Yaitu takbir, tahmid, tasbih, bersama-sama kaum muslim pada umumnya.

2- Gembira karena Menyaksikan Tuhan

Ada kegembiraan yang kabarnya diketahui sekarang, tetapi realisasinya baru akan dialami dalam kehidupan akan datang. Ia hanya terjadi di alam akhirat. Masih menunggu kita lolos dari ujian iman, baru menemukan perjumpaan. Menyaksikan diri dengan mata kepala perjumpaan diri dengan Pencipta kita.

Saat kapan itu terjadinya, kita sekarang baru mendapat dapat info global. Saat tepatnya pun tidak ada yang diketahui sekarang. Nanti, tapi kita yakin pasti, kebahagiaan atau kegembiraan bagi orang puasa yang tiada tandingan ini, juga akan terjadi. Benar-benar bisa dinikmati dalam bentuk kegembiraan puncak ini di hadapan Allah Swt.

Waktu tepatnya adalah rahasia Allah. Pada waktu dimaksud, Allah akan tampil menam- pakkan diri dengan syarat jika menenuhi ketentuan Allah Swt sendiri. Syaratnya, telah disebut sendiri oleh Allah dalam Al-Qur’an Surah al-Kahfi, ayat terakhir, yaitu:

فمن كا ن يرجو لقآ ء ربه فليعمل عملا صا لحا ولا يشرك بعبا دة ربه احدا

Siapa jua mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutuhan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhan (Q.S. Al-Kahfi/18: 110).

Tampak, bahwa orang puasa jelaslah punya prestasi baik. Dengan amaliah Ramadan banyak amal-amal yang dilakukan di jalan Allah pada siang dan malam. Pribadinya hanya melakukan amal-amal yang selektif, yang disukai dan dikehendaki Allah Swt. Jelas aktivitas itu jauh dari perilaku syirik, dan hanya melakukan yang baik dan benar-benar dikehendaki-Nya saja. Maka kegembiraan dalam wujud pertemuan di hari akhirat dengan Allah Swt, juga akan bisa dinikmati olah orang yang berpuasa Ramadan.

Semoga kita termasuk yang mendapat kegembiraan ini. Bersama merasakan kegem-biraan sekaligus kebahagiaan yang tiada bandingan. Kita laksanakan dengan jernih semua amaliah baik, dan jauhkan dari syirik (Erfan Soebahar; 20 Juli 2013).