Kiai Sahal: al-‘Allamah dan Negarawan Telah Tiada
Seusai hujan lebat menghadang siapapun pergi jauh di Jawa Tengah di hari Rabu dan Kamis; kepulangan tokoh kita dari RSU Karyadi beredar via SMS; maka siapapun tidak bisa menolak sebuah ketentuan Allah. Sebab hal itu isyarat, bahwa Pemilik-Raga yang Menempatkan-roh dalam diri hambanya, sudah ngersakke hamba menghadap Rabbnya, untuk selama-lamanya. Hal itu sudah diketahui oleh banyak hamba Allah yang di hatinya, sudah diletakkan kemampuan bashirah untuk membaca Iradah-Nya. Romo Kiai Sahal, saya yakin beliau sangat tahu dan sangat siap menerima kenyataan Rabb itu, dan kita pun hanya mampu mengucap Inna Lillah Wa Inna Ilaihi Raju’un. Kita ini milik Allah, dan hanya kepada Allah saja tempat kita ini kembali.
Saya — yang hanya dua semester saja menjadi murid beliau di IAIN Semarang — terasa kehilangan. Kehilangan guru ‘Alim, dan saya yakin beliau juga Auliyaullah, yang menela-dankan diri bagaimana hidup berbangsa yang dihormati, dan hidup beragama akrab dan punya sikap tepat dan bisa dekat bergauh ramah dengan agama yang lain. Ya, semua muslim yang tahu kejuangan seorang tokoh hebat, kharismatik, sama kehilangan tokoh panutan. Ya, kita tetap berdoa, semoga sepeninggal beliau Allah Swt menyiapkan tokoh-tokoh di belakang beliau yang siap melanjutkan perjuangannya, yang dulu sama menerima doa-doa balik beliau untuk segenap muslim dan muslimat, termasuk para murid-murid beliau.
Nama Lengkap
Beliau yang biasa dipanggil dengan Kiai Sahal, nama lengkapnya adalah Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh. Atau, yang di kalangan akademik biasa dikenal nama lengkap dengan Doktor Kiai Haji Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh. Atau biasa ditulis dengan Dr. K.H. M.A. Sahal Mahfudh.
Beliau lahir di Pati, .. Desember..
Pendidikan dan Kealiman
Pendidikan beliau banyak dilalui di kalangan keluarga Kiai Mahfudh, ayahnya, lalu mendalami berbagai ilmu di sejumlah pesantren dan banyak menekuni berbagai ilmu dan wawasan di Pesantren Sarang. Kekuatannya dalam ingatan dan daya serap tingginya di bidang keilmuan, memungkinkan beliau memiliki banyak kelebihan dalam bashirah sudah semenjak di pesantren ini. Dari situ, bisa dipahami kalau secara diam-diam beliau sudah mengarang sejumlah kitab dari ketekunannya yang sangat tinggi.
Kealiman
Keistimewaan beliau terlihat di forum-forum ilmuan, pengkajian masalah kehidupan, serta kememimpinan.
Pada forum-forum yang beliau hadiri, mereka menerima gambaran mantapnya nalar dan penerimaan suatu keilmuan yang dibahas jika yang sudah hadir itu mendengar secara langsung bagaimana Kiai Sahal menyampaikan dan menjelaskan topik yang dibicarakan bersama. Nada suaranya jelas, mudah dirunut, dan analoginya mudah dicerna karena sesuai dengan nalar penerimanya baik kalangan awam maupun khawas.
Penyampaian beliau sederhana, tidak suka ngelantur dalam menyampaikan pemikiran. Pembicaraannya menyentuh pokok-pokok yang dicari dan diperlukan oleh penerima, baik berupa ungkapan utama maupun penjelas dan argumen pembicaraan. Dan yang tampak, di situ wawasan beliau ketika menghubungkan topiknya dengan pendekatan sosial keagamaan. Maka dalam pada itu, sesuatu persoalan yang tadinya tampak terlalu berkesan legal formal, mendapatkan nuansa segar ketika oleh beliau dihubungkan dengan nuansa etika di dalam kehidupan sosial-budaya keseharian.
Faktor daya ingat akan bidang ilmuan yang dhabit dan sikap kesederhanaan yang di situ banyak berpadu dengan kelebihan dan kemulyaan diri, memudahkan masyarakat niteni pesona khas dari sosok Kiai Sahal. Dari situ, tidak sukar dipahami apabila Kiai Sahal begitu mudah dikenal diperbagai kalangan komunitas, baik di tingkat masyarakat awam, menengah, maupun kalangan tinggi di republik ini.
Kesemua keutamaan, memudahkan beliau tampil memberi keteladangan berbagai kalangan dalam hidup berbangsa dan bernegara di Negara tercinta ini.
Karya-Karya
Beberapa kitab yang ditulis oleh K.H. Sahal Mahfudh di antaranya:
1- Thariqah al-Hushul ‘ala Ghayahl al-Wushul;
2- al-Bayan al-Mulamma fi Syarh al-Luma’;
3- Faidhu al-Hija;
4- al-Tsamarah al-Hajainiyyah;
5- Intifakh al-Hadayain;
6- Ensiklopedi Ijmak;
7- Nuansa Fiqh Sosial; serta
8- Pesantren Mencari Makna.
Sekilas Pemikiran
Pemikiran Kiai Sahal mencakup banyak bidang. Yang banyak dikenal di kalangan akademisi adalah bidang yang membawanya beliau dianugerahi gelar doktor honouris causa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pemekirannya itu berrangkat dari upaya untuk mengubah kemiskinan, keterbelakangan, dan kemunduran masyarakat. Bagi masyarakat umumnya, miskin adalah suatu bawaan yang sudah ditentukan demikian oleh Tuhan. Namun, paradigma ini oleh Kiai Sahal di- luruskan; cara pandang kaya-miskinnya didekatkan dengan sosio-budaya yang relevan.
Dengan mengutip al-Qur’an dan Hadis, beliau menegaskan pandangannya: bahwa sikap miskin itu bertentangan dengan ajaran Islam. Islam menginginkan kemakmuran, kesejah teraan, ketercukupan, dan kemajuan ekonomi.
Tentu saja, dengan pandangan ini banyak pihak yang merasa tersentak dengan pemikir- an Kiai Sahal. Banyak yang terkesima, “eh, iya ya….. dan seterusnya….”
Menurut Kiai, menjadi miskin adalah berdosa karena miskin menjadi sumber bencana, pendidikan tidak maju, kebudayaan tidak berkembang, perjuangan menyebarkan panji kebesaran Islam juga stagnan, dan mudah tergoda oleh pihak-pihak yang tidak bertang gung jawab, sampai mengorbankan kayakinan agama.
Pemikiran di atas tentu bisa dilanjutkan pada kesempatan lain, yang menguak pemikiran tokoh alim ini.
Hari Wafat
Kiai ‘alim yang menguasai banyak bidang ilmu ini wafat meninggalkan kita pada Hari Jum’at dihihari, pukul 01.05 di rumahnya, di Pondok Maslakul Huda Kajen Semarang. Dengan ungkapan lain, pemangku Jabatan Ketua Umum Syuri’ah PBNU dan Ketua Umum MUI Pusat ini, meninggal dunia tepatnya, pada Hari Jum’at, 24 Januari 2014, Pukul 01.05 didampingi Ibu Nyai Nafisah Sahal dan puteranya Gus Rozin. Dan dikuburkan di Pemakaman Al-Mutamakkin, beberapa ratus meter dari Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen, Pati, Jawa Tengah (Erfan S, 25-1-2014).