Siasat: Tips Delapan Langkah Agar Bisa Istikamah Menulis

Kebiasaan sesungguhnya memang benar-benar penting di dalam kehidupan. Dengan kebiasaan yang terus dipraktekkakn, bukan saja keunggulan yang diperoleh melainkan keberhasilan demi keberhasilan tertanam kuat dalam diri seseorang. Karena itu, melalui kebiasaannyalah orang itu dapat dilihat corak keberhasilannya, begitu pula sebaliknya dari kebiasaannya yang kocar-kacir maka dapat dilihat sejauh mana kelemahan atau kekurangan atau kehancuran seseorang.

Kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan itu bagi seorang muslim, telah ditanamkan dengan kuat dalam aktivitas salat. Bahkan di dalam salat berjamaah, yang selain menyimbulkan kesatuan, keutuhan, kekuatan, juga keunggulan muslim di dalam kehidupan itu. Namun, di luar praktek salat, sebenarnya ada pembiasaan yang perlu ditanamkan, misalnya tatkala seseorang ingin terus menulis sehingga menjadi karya-karya yang bermanfaat bagi kehidupan. Apa saja yang dapat dicoba untuk menjadi kebiasaan baik dalam kehidupan dan terutama menulis?

1- Menulis dalam kondisi meja bersih dari gangguan menulis. Bekerja apapun tak terkecuali menulis akan lancar, jika memperhatikan apa-apa yang membuat sesuatu yang dikerjakan itu lancar. Misalkan, ketika kita sudah memulai kerja tidak ada suatu yang menghampat tugas menulis yang tengah kita kerjakan. Dari sini, pekerjaan menulis yang memerlukan gerak cepat ketika mengerjakan dapat terus dilakukan dengan cepat menjelma menjadi karya jadi yang baik. Jika ketika mulai menulis kondisi meja tulis kita bersih dari apa-apa yang mengganggu perwujudan tulisan, maka tugas menulis tinggal menyelesaikan pembuatan tulisan yang sudah kita mulai.

2- Menempatkan barang di tempat yang pasti. Jalan keluar dari gangguan yang biasa mengganggu menjelang dan ketika kita menulis kebanyakan berupa barang-barang yang tidak ada hubungannya dengan tugas menulis tapi semua tumplek-plek di meja kita. Bisa jadi berupa berkas lembar penilaian ujian yang belum selesai, atau editing buku yang tidak kunjung selesai dikerjakan, atau makalah-makalah mahasiswa yang belum dinilai dari keseluruhan kelompok yang kita ajar, atau toples yang berisi kue yang disiapkan keluarga untuk pendamping kita bertugas. Barang-barang itu tentu ada gunanya, namun alangkah baiknya jika barang-barang itu segera kita tempatkan di tempat yang memang khusus untuk itu, agar tidak mengganggu tugas kita menulis kita di meja tugas. Karena seorang penulis baik, biasa menyingkirkan suatu yang tidak ada relevansinya dengan tugas yang sedang tangani.

3- Biasa bersih dari semua noda dan kotoran. Dari informasi di atas, maka biasa bersih meja atau tempat kita bertugas menulis dari noda dan kotoran, sangat membantu terwujudnya tugas menulis yang tengah kita garap itu dari ganguan suatu yang mudah menjadi sebab dialihkannya tugas menulis ke hal-hal lain yang setelah diteliti ternyata tidak banyak relevansinya dengan menulis yang kita kerjakan.

4- Biasa bekerja tertib, jelas, dan menghindari ketidakpastian. Ada suatu hal yang sudah biasa kita lakukan dalam amaliah ibadah, namun belum banyak dipraktekkan dalam kerja harian, yaitu tertib: yang berarti bekerja menurut tata urut kepentingan dalam menyelesaikan pekerjaan. Dengan bekerja menurut skala prioritas, maka banyak keuntungan yang dapat diselesaikan dalam tugas demi tugas menulis, yang ditangani dari hari ke hari secara lancar dan berterusan. Kondisi ini semakin dapat dipercepat tentunya jika disertai dengan kebiasaan kita hanya melaksana kan tugas yang sudah diyakini kebenarannya, dan menjauhkan diri dari melakukan tugas yang dalam keraguan.

5- Menulis jika fokus sudah Jelas, datanya relevan, analisisnya pas, prosesnya terkontrol. Kalau mau menulis apa dan dengan cara bagaimana sudah terekam jelas dan terbayang bagaimana menuangkannya di pikiran, maka tugas menulis sudah bisa langsung dimulai. Sekalipun datanya belum begitu lengkap, tugas menulis sudah bisa dimulai, karena kelengkapan datanya dapat disempurnakan ketika sudah mulai dilakukan tugas mengedit tulisan. Hanya satu hal yang terpaksa mesti dikontrol terus ketika mengedit: bahwa penulis itu tidak boleh ngedan yakni menulis semau gue, atau kesetanan yang menulis tanpa kontrol. Yang benar, menulis adalah memasukkan data hanya yang jelas dan sepanjang perlu bagi para pembaca kita.

6- Semua tulisan yang sudah mulai mesti disertai dengan tekad kuat  mewujudkan outputnya. Predikat menulis apapun yang terbaik adalah hanya dapat dimiliki bagi seseorang yang dapat menulis sampai selesai. Umumnya penulis-penulis beken adalah bekerja cepat untuk menyelesaikan tulisannya; mereka suka bertahan terus dan berjuang sekuat tenaga untuk tulisan yang dibuatnya selesai dulu, entah wujudnya seperti apapun. Jadi menulis apa-apaun jangan sampai tidak pernah selesai, karena itu sama dengan hanya suatu lamunan yang tidak berkesudahan. Menulis artikel satu halaman, atau menulis naskah khutbah, atau menulis makalah, atau menulis sajak ya selesaikan itu sehingga akan dapat dibaca nanti oleh calon pembaca kita. Bila kita menulis khutbah tiga lembar tentu ada naskah khutbah yang dihasilkan; manakala menulis artikel di koran empat lembar maka ada terbitan yang mewujud di koran; jika menulis artikel jurnal 10-16 halaman maka mesti wujud artikel yang ditulis; begitu pula dengan menulis buku sederhana 150-180 halaman, setelah beberapa bulan maka mesti berwujud juga terbitan buku yang ditulis itu. Karena pada hakikatnya sebenarnya tidak ada pekerjaan yang sia-sia jika pekerjaan yang kita buat itu benar-benar dibuat sampai selesai.

7- Setiap hari ada tambahan hasil tulisan yang manfaat untuk pembaca. Tulisan yang berharga tentu adalah tulisan yang dibuat untuk pembaca, siapapun pembaca tulisan kita. Karena bisa jadi, selain dari penulis tulisan itu, pembaca itu suatu ketika tak lain adalah sang penulis itu sendiri. Dari sini, maka penulis tidak boleh melupakan peran penting pembaca ketika menyajikan tulisannya. Sebenarnya membuat suatu yang berharga tidak mesti langsung berupa membuat karya besar seperti membuat buku 300 halaman, karena menulis seperti itu tentu cukup berat. Tugas menulis untuk pembaca dapat kita mulai dari membuat karya yang sederhana, kecil-kecilan dulu namun yang memberikan manfaat kepada pembaca kita. Misalkan, setiap hari kita menulis artikel ringan untuk blog walau hanya terdiri dari dua halaman, yang jika terus menerus dibuat maka dalam waktu tiga bulan suatu karya yang tadinya sederhana dapat juga diwujudkan menjadi sebuah karya utuh.

8- Belajar mengoranisasi data, karya, dan arsip hasil karangan.  Kebiasaan harian yang terus ditekuni dengan cara terus belajar, pada waktunya akan menjelma menjadi himpunan hal yang berjenis-jenis dan bermacam-macam, yang memiliki manfaat besar. Jika himpunan dokumen masa lalu itu kita tata atau simpan menjadi suatu dokumen di dalam kumpulan bank data yang terhimpun secara baik, misalnya di dalam sejumlah folder; sejumlah fleshdisk; sejumlah hardisk, maka nantinya ketika semua data itu diperlukan akan dapat diproses lanjut menjadi karya-karya yang banyak yang tidak terkira yang memiliki manfaat yang besar.

Akhir kata, menulis yang menjadi kebiasaan akan menjadikan kita memiliki manfaat besar di dalam kehidupan tulis menulis. Manfaat itu tidak saja dalam jangka pendek, melainkan dapat dipetik di dalam kehidupan seseorang dalam jangka yang panjang. Jika pekerjaan itu kita niatkan semuanya untuk dibagikan pengalaman kepada pembaca secara tulus maka itu akan menjadi amaliah kita yang tidak terhingga pahalanya di hadapan Allah Swt (Erfan Subahar).

51 thoughts on “Siasat: Tips Delapan Langkah Agar Bisa Istikamah Menulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *