Mengakhirkan Tugas ke Akhir Waktu: Sering Berisiko Fatal
Mengakhirkan tugas adalah jawaban yang paling mudah kita ucapkan. Kata-kata itu begitu lancar diputuskan tatkala kita mesti menjawab tugas apa yang harus disambut dengan realisasi dengan cepat dan tepat waktu. Agaknya, tidak ada ungkapan yang lebih lincah diucapkan selain dari kata-kata penundaan. Lebih-lebih ketika masa-masa sibuk sedang bersama kita, maka hampir pasti bahwa bahwa menunda adalah jawaban yang tergampang diucapkan. Biasanya mengiringi ucapan itu banyak alasan yang bisa dibuat, seakan-akan waktu itu adalah waktu paling cerdas kita dalam hal membuat alasan dari keputusan kita.
Juli Agustus Waktu Terpadat
Tidak bisa dipungkiri bahwa Ramadhan dan Syawwal adalah dua bulan padat kegiatan di setiap tahun. Mengapa demikian? Karena pada bulan Ramadhan, jika dalam bulan-bulan sebelumnya kegiatan tidak dipenuhi unsur pengabdian, maka di bulan Ramadhan hampir setiap hari kita memasuki waktu pengabdian. Bulan hanya puasa yang mesti dijalani melainkan juga salat tarawih, witir, tadarus, dan juga berjenis-jenis ceramah dilakukan. Bisa juga Khutbah Jum’at, Khutbah Idul Fitri, Kegiatan Amaliah Ramadhan dari kantor ke kantor, dan masih banyak aktivitas lain. Belum yang memang merupakan pekerjaan yang mesti dilakukan seperti mengisi kuliah dan melakukan penelitian.
Padahal, di bulan syawwal kegiatan Ramadhan yang padat itu masih berlanjut. Untuk tahun 2015 ini, yang terasa berat dilakukan bagi saya adalah menyelesaikan laporan penelitian kolektif. Begitu juga rencana pembuatan buku yang sedang dipersiapkan hadirnya. Seperti kita catat, bahwa sebelum artikel ini ditulis, ternyata laporan itu begitu selesai menyita banyak halaman. Semuanya tidak kurang daru 190 halaman, cukup tebal, padahal selain tentang sains, pekerjaan hadisnya saja tidak kurang dari mentakhrij 8 buah hadis. Padahal pekerjaan ini hanya dikerjakan oleh kita bertiga, yang sama-sama sibuk di FITK UIN Semarang.
Menunda: Ditolerir atau Disesali
Dalam hal yang menyangkut padatnya waktu dengan sejumlah kegiatan, yang realisasi pekerjaannya tidak mungkin sehari mengerjakan double pekerjaan maka menunda tentu bisa ditolerir. Karena kekuatan badan untuk menyelesai kan pekerjaan jelas tidak dapat dilakukan secara bersamaan. Kita akhirnya harus merencanakan pekerjaan dengan tepat. Pekerjaan besar, kita bagi proses penyelesaiannya kepada pekerjaan-pekerjaan kecil, yang dibagi-bagi proses penyelesaiannya kepada beberapa bagian, namun secara seimbang untuk diselesaikan sesuai dengan bilangan hari yang tersedia. Dalam hal yang seperti ini, maka kemungkinan menundanya dapat ditolerir karena waktu penyelesai- annya tidak boleh tidak, harus diselesaikan sesuai dengan jatah waktu dan kemungkinan penyelesaian.
Namun ada kasus lain, kita menunda karena memang ada waktu yang dapat disiapkan bagi penyelesaian suatu kegiatan. Misalnya, suatu laporan masih punya waktu finishingnya dalam satu minggu masih 3 hari, taruhlah masih ada hari Kamis hingga Sabtu. Kita ingin menyelesaikan kegiatan kita pada hari Jum’at atau hari sabtunya berupa: pembuatan artikel, atau pembuatan laporan semesteran seperti laporan BKD.
Namanya rencana, kadang tidak semua yang direncanakan seperti suatu kegiatan yang ditunda dapat betul-betul ditunaikan sesuai dengan waktu yang tersedia. Contoh riil, bahwa di akhir bulan Agustus ini saya merencanakan 2 berita dan 1 artikel akan ditulis untuk memenuhi target 17 tulisan termuat dalam web ini. Akan tetapi target itu tidak tercapai, karena menjelang akhir bulan kegiatan PLPG dan finiship tulisan lain begitu padat, dan ketika masih ada sela-sela waktu bagi menyelesaikannya, eeh ada kejadian yang diluar dugaan kita. Pada waktu maghrib hingga pukul 23.00 WIB, web ini tidak bisa dibuka.
Ketika diri ini sudah siap untuk menuangkan tulisan, ternyata di web yang saya buka tertuang kata-kata peringatan. Ia tertulis, “Bandwith Limit Exceeded, the server is temporarily unable to service…..” Ungkapan ini, agaknya berisi ingatan bahwa banyak pengunjung yang sempat datang menghadiri tulisan, tetapi tidak cukup siap program ini untuk menangani kehadirannya.
Akhirnya, setelah diantisipasi dengan perbaikan — dengan catatan bahwa tiga tulisan yang siap ditunda setelah pk 24.00 baru dapat dibuka — nanda Nabiel, membangunkan ayahnya dan bilang bahwa web pada pukul 1.00 baru dapat dibuka. Pada inti jawabannya, hal ini adalah nasib, tetapi rencana terbit 17 tulisan setiap bulan ‘ibarat nasi sudah menjadi bubur’, tidak dapat dipenuhi, sebab penulisnya mengakhirkan aktivitas menulis ke akhir waktu, yang tidak selayaknya terjadi. Ingatlah ini, dan sebaiknya hal ini tidak baik jika terulang lagi, [Judul: “Memperingati Ulang Tahun di Lingkungan Keluarga”; “Mengisi PLPG Tahap Pertama dan Kedua Tahun 2015”; dan “Pengalamanan Menulis Laporan yang Efektif” ; Karena waktu itu sepenuhnya anugerah Allah yang mesti dimanfaatkan secara bijak! (Erfan Subahar).