Menghadirkan Gus Muwaffiq: Sang Kiai Dari Yogyakarta (1)

Dalam beberapa edisi berikut ini, saya kutipkan secara lengkap ungkapan-ungkapan untaian sejarah yang disampaikan oleh seorang Kiai yang belum sepuh tetapi cukup piawai untuk direnungkan sebagai penyambung ketahuan kita tentang Islam di Indonesia. Karena ungkapannya panjang, maka saya hadirkan dalam kutipan yang bersambung.

 

Nama Tamu Kita

Beliau bernama lengkap Kiai Haji Muwaffiq. Di kalangan masyarakat Jawa Tengah, beliau populer dengan sebutan Gus Muwaffiq. Rambutnya terpelihara cukup panjang diimbangi dengan surban. Tampilan beliau  sederhana, namun jika ditelusuri pemikirannya di situ bertaburan ungkapan yang cantik sehingga menjadi lengkap jika ceramah beliau kita ikuti seperti dikutipkan berikut ini. 

 

Ceramah tentang Sejarah Kebesaran Islam di Indonesia

Alhamdulillah, akhir-akhir ini orang merasakan manfaatnya Nahdlatul Ulama (NU). Dulu, orang yang paling bahagia, paling sering merasakan berkahnya NU adalah keluarga orang yang sudah meninggal : setiap hari dikirimi doa dan tumpeng.

Hari ini begitu dunia dilanda kekacauan, ketika Dunia Islam galau: di Afganistan perang sesama Islam, di Suriah perang sesama Islam, di Irak, perang sesama Islam. Semua ingin tahu, ketika semua sudah jebol, kok ada yang masih utuh: Islam di Indonesia.

Akhirnya semua ingin ke sini, seperti apa Islam di Indonesia kok masih utuh. Akhirnya semua sepakat: utuhnya Islam di Indonesia karena memiliki jamiyyah NU. Akhirnya semua pingin tahu NU itu seperti apa.

Ternyata, jaman dulu ada orang Belanda yang sudah menceritakan santri NU, namanya Christia Snouck Hurgronje. Dia ini hafal Alquran, Sahih Bukhori, Sahih Muslim, Alfiyyah Ibnu Malik, Fathul Mu’in , tapi tidak islam, sebab tugasnya menghancurkan Islam Indonesia.

Mengapa? Karena Islam Indonesia selalu melawan Belanda. Sultan Hasanuddin, santri. Pangeran Diponegoro atau Mbah Abdul Hamid, santri. Sultan Agung, santri. Mbah Zaenal Mustofa, santri. Semua santri kok melawan Belanda.

Akhirnya, ada orang belajar secara khusus tentang Islam, untuk mencari rahasia bagaimana cara Islam Indonesia ini remuk. Snouck Hurgronje masuk ke Indonesia dengan menyamar namanya Syekh Abdul Ghaffar. Dia belajar Islam, menghafalkan Alquran dan Hadis di Arab. Maka akhirnya paham betul Islam.

Hanya saja begitu ke Indonesia, Snouck Hurgronje bingung: mencari Islam dengan wajah Islam, tidak ketemu. Ternyata Islam yang dibayangkan dan dipelajari Snouck Hurgronje itu tidak ada.

Mencari Allah disini tidak ketemu, ketemunya Pangeran. Ketemunya Gusti. Padahal ada pangeran namanya Pangeran Diponegoro. Ada Gusti namanya Gusti Kanjeng. Mencari istilah shalat tidak ketemu, ketemunya sembahyang. Mencari syaikhun, ustadzun , tidak ketemu, ketemunya kiai. Padahal ada nama kerbau namanya kiai slamet. Mencari mushalla tidak ketemu, ketemunya langgar.

Maka, ketika Snouck Hurgronje bingung, dia dibantu Van Der Plas. Ia menyamar dengan nama Syekh Abdurrahman. Mereka memulai dengan belajar bahasa Jawa. Karena ketika masuk Indonesia, mereka sudah bisa bahasa Indonesia, bahasa Melayu, tapi tidak bisa bahasa Jawa.

Begitu belajar bahasa Jawa, mereka bingung, strees. Orang di sini makanannya nasi (sego). Snouck Hurgronje dan Van Der Plas tahu bahasa beras itu, bahasa Inggrisnya rice, bahasa Arabnya ar-ruz .

Yang disebut ruz, ketika di sawah, namanya pari, padi. Di sana masih ruz, rice. Begitu padi dipanen, namanya ulen-ulen, ulenan. Disana masih ruz, rice. Jadi ilmunya sudah mulai kucluk , korslet.

Begitu ditutu, ditumbuk, digiling, mereka masih mahami ruz, rice , padahal di sini sudah dinamai gabah. Begitu dibuka, disini namanya beras, disana masih ruz, rice . Begitu bukanya cuil, disini namanya menir, disana masih ruz. ……. (Bersambung ke bagian 2).

 

1 thought on “Menghadirkan Gus Muwaffiq: Sang Kiai Dari Yogyakarta (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *