Mengisi Tirakatan 17-san di Warga RT 02 RW 06 Beringin Semarang

Malam Tujuh Belasan acara tahunan khas yang selalu diisi dengan aktivitas penting di tempat kami. Dikatakan khas, karena pada malam itu sesibuk apapun kegiatan kita namun mesti menyempatkan hadir bersama dengan keluarga di acara tahunan ini. Bapak, Ibu juga anak, bahkan kadang dengan segenap cucunya sempat hadir di acara setahun sekali ini. Mereka hadir untuk sama menikmati acara bersama, memperingati ulang tahun kemerdekaan NKRI. Ya, negara yang pernah dijajah oleh negara belahan Eropa sana, juga akhirnya negara Jepang atau Asia Timur Raya, hingga diperintah secara kolonial oleh mereka yang memakan waktu sangat lama. Hingga tiga ratus lima puluh (350) tahun.

Aneh tapi nyata, negara yang hanya sebesar Pulau Bali bisa menancapkan kukunya di Indonesia. Itulah Belanda, dan negeri-negeri sekutunya, yang telah menguras sekuatnya negeri ini, dan membuat bodoh rakyatnya hingga masa yang cukup lama. Kalau ditanyakan kepada mereka sekarang benarkah mereka menjajah Indonesia? Mereka hanya bilang: bahwa mereka berdagang saja atau melakukan bisnis dengan Indonesia. Bicaranya selalu mengelak, tetap berbau bohong, tak ada ungkapan yang mengakui kekurangan dirinya di masa dahulu atas Indonesia yang dijajahnya. Padadal kalau kita mau ngorek, bukan hanya kriminalitas yang bisa dikuak, tetapi tidak sedikit pelanggaran HAM jelas-jelas dilakukan oleh yang namanya penjajah.

 

Dari Kenal Penjajahan ke Makna Kemerdekaan

Penjajahan adalah ungkapan yang sekarang sudah nyaris biasa. Padahal di dalamnya banyak aktivitas yang berisi kehidupan yang bengis, menyiksa, merampas harta, dan merenggut nyawa. Simbul bengis dapat ditangkap, walau pun tidak semua diperlakukan bengis, karena terutama rakyat kecil mengalami perlakuan yang tidak senonoh; tenaganya diperas; hartanya dirampas; bisa jadi juga istrinya digaulinya dengan tanpa tahu haram halalnya mengambil istri orang, tokh itu juga berjalan. Dikatakan menyiksa; karena mau sekolah tidak semua bisa sekolah, tidak semua dapat pendidikan yang memadai, yang dididik hanya yang disuka oleh penjajah, karena membantu dan mendukung program yang dijalankannya, padahal untuk menjalankan itu mereka menyedot harta dari Indonesia yang mereka jajah. Merampas harta, karena memang nyata-naya, mereka membawa apa saja yang kita miliki ke negaranya; membangun apa yang dihasilkan dari bumi kita ke negeri kincir angin di belahan Eropa sana. Merenggut nyawa; karena sudah sukar sangat dihitung, sudah betapa banyaknya nyawa rakyat di negeri ini mulai dari orang mulia sampai ke rakyat jelata, sudah punah tanpa dihargai dengan jelas rokh mereka; penjajah itu sudah benar-benar seperti malaikat maut saja mencabuti nyawa-nyawa dari rakyat kita Indonesia. Itu bukan saja penjajah Belanda, tetapi ternyata juga penjajah Jepang yang walau hanya sekitar tahunan mereka sudah sedemikian rupa mencabuti nyawa-nyawa tak berdosa secara paksa. Misalnya, dalam peristiwa yang kita kenal dengan “Peristiwa Gerbong Maut”, yang menaikkan para pejuang-pejuang agama dan orang-orang ke atas kereta untuk dibawa dari Bondowoso ke Surabaya, dengan hanya diberi peluang bernafas beberapa lobang sekecil pakut dalam setiap gerbong yang dikendarainya. Mereka dibunuh secara sangat kejam, dicerabut nyawanya, sampai dirinya semua meninggal lemas. Hitung saja pada setiap kereta membawa berepa manusia. Rasanya masih lebih berharga sapi, yang dimuat di atas truk untuk disembelih, daripada perlakuan penjajah Jepang yang tidak kalah kejamnya denga  Belanda dulu.

Namun, kita kita untuk berhenti melihat kekejaman penajajah dahulu itu. Tetapi, untuk memetik hikmah, bahwa dengan mengetahui derita orang dijajah, maka kita menjadi kenal secara lebih mendalam perlunya kita benar-benar merdeka dan mengisi kemerdekaan.

Merdeka, berarti mengisi aktivitas bernegara dengan yang secara maksimal dan optimal. Merdeka bukan untuk membalas dendam atas buruknya penjajah. Itu sudah selesai. Bahwa merdeka, kita bisa memetik perlunya tahu bagaimana mereka dengan persenjataan dan pemiliran yang dimiliki dapat menjajah kita. Negera dari segi lebih kecil wilayahnya dari Indonesia ternyata lebih hebat, dan bisa menaklukkan Indonesia yang pulaunya jauh lebih besar dan berlipat dibanding mereka yang hanya kecil saja.

 

Acara Sederhana Tapi Bermakna 

Dengan hanya mengemas acara pertemuan tahunan, para hadir diharapkan menikmati kepuasan bersama. Seperti dimaklumi, acara tirakatan ini hanya: Pembukaan, Pembacaan Ayat-ayat Suci Al-Quran, Menyanyikan Indonesia Raya- Tujuh Belas Agustus – Syukur, Lomba Fisyen Show Anak-anak, Prakata Panitia, Sambutan dan Acara Inti, Tahlil dan Penutup.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *