Menjadikan Sabtu Sore: Hari Pertemuan Keluarga

Berkeluarga kompak adalah kebutuhan bagi setiap insan yang memiliki kehidupan sehat. Sebab dengan berkeluarga kompak, kehidupan akan berlalu hari demi hari dalam suasana yang bisa diatur secara mudah dan saling melengkapi. Dengan seorang ayah dan seorang ibu saja, realisasi tugas-tugas keluarga bisa ditangani dengan lengkap dan bisa selesai. Lebih-lebih keluarga sudah lengkap dengan anak-anak. Dengan pengaturan yang baik dan menerapkan disiplin yang ditaati, suatu keluarga mudah menjalankan menejemen dengan baik. Apatah lagi, dalam kelengkapannya, keluarga menjalankan fungsi orang tua dan anak dalam situasi yang kompak. Maka keluarga adalah suatu jawaban yang tidak bisa ditinggalkan bagi membawa kehidupan ke depan.

Pada Masa Anak Kecil 

Pada masa anak-anak kita masih kecil, kondisi suatu keluarga biasanya memang harus banyak belajar. Pada setiap harinya, selain meneruskan kebiasaan ketika suami istri baru hidup berdua, juga mulai menengani hidup kelurga baru dimana anak-anak yang diidamkan sudah ada bersama kita. Kalau dahulunya, sepasang ayah ibu cukup berpikir untuk berdua, maka dengan lahirnya anak maka di situ ada tuntutan baru yang minta dipenuhi.

Pada keluarga dengan anak satu di setiapnya mestilah dipikirkan bagaimana kehidupan adanya tambahan anak amanat Allah itu. Pada masa bayi, dimana anak belum bisa apa-apa maka semua hal terkait dengan diri bayi sejak makan, minum, ngompol, be-ol, memakai baju, melepasnya, cara mendiamkan ketika menangis, memahami tanda mengapa dia menangis, memikirkan bagaimana ketika cuaca sangat dingin, atau sebaliknya bagaimana jika cuaca terasa sangat panas. Dan tentu masih banyak lagi yang lain, semuanya itu melekat dari perlakuan yang dibutuhkan dengan hadirnya anak kita, sejak masa kecil sampai usia sekitar empat tahun. Hingga di usia empat tahun, perkembangan syarafi anak adalah penjagaan utama kita, agar anak selamat badani dan pertumbuhan syarafnya bagi meneruskan kehidupan ke jenjang lanjut. Selain itu, tentu ke usia berikutnya perlu mendapatkan porsi perhatian sejak usia yang selanjutnya.

Tatkala anak pertama berusia dua tahun, tiba-tiba disusuli kelahiran adiknya maka selain keluarga memikirkan kelanjutan hidup anak pertama, pikirannya sudah harus dilengkapi dengan memikirkan juga anak keduanya yang menyusul lahir. Perawatannya minimal seperti ketika merawat yang pertama, syukur kalau kini semakin lebih baik. Jika pada anak pertama terlihat kita belum kewes menangani, maka itu bisa dilatih penanganannya dengan memperbagus diri ortu ketika anak kedua sudah lahir. Sampai ada keseimbangan perlakuan anak yang kedua, yaitu mirip dan syukur lebih baik dibanding dengan anak yang pertama. Sang ibu perlu benar-benar didampingi oleh ayah yang benar-benar setia dengan perilakunya dan keilmuannya yang bisa ditimba dengan belajar di masyarakat atau dengan membaca banyak sumber bagaimana keluarganya bisa berhasil dalam kondisi anak yang mulai bertambah. Anak kesatu dan anak kedua, sama-sama amanat Tuhan. Ortu ditantang bijak menangani amanat anak ini menuju kehidupan yang sama diinginkan sepasang suami istri, yang sekarang sudah menjadi ayah dan ibu dari kedua anaknya.

Anak  itu cukup [minimal] dua. Bagi yang berkemampuan, empat adalah ideal bagi kehidupan keluarga yang tergolong berkecukupan. Namun, bagi keluarga sederhana yang senantiasa membina diri, dua keluarga sudah dapat dianggap cukup. Anak, yang sudah dirawat sejak masa kecilnya dengan baik dapat dilanjutkan ke masa remajanya, hingga ke masa dia akan siap menghadapi kehidupan berumah tangga,.

Hari Sabtu Bermutu 

Jika pengisian waktu kita dari Senin hingga Jum’at, atau hingga Sabtu siang, diisi dengan aktivitas yang sibuk dengan menunaikan tugas di rumah dan di tempat kerja. Maka hari Sabtu sore hingga hari Ahad, waktu itu bisa dimanfaatkan untuk diisi pertemuan keluarga lengkap. Itu bisa bagi keluarga yang baru beranak dua dan bisa bagi yang lebih. Tentu bisa juga bagi keluarga yang anak-anaknya sudah sama berkeluraga .

Bagi yang baru berkeluarga dua, suasana mungkin lebih ringan. Karena masih berjumlah sedikit, pertemuan sudah bisa dimulai sedari kecil dengan sering dibiasakan. Pertemuannya bisa sederhana dengan dilakukan di rumah. Bisa juga ke lingkungan masyarakat sekitar dengan diajak silaturahmi. Tentu juga bisa bertemu di rumah dan sekaligus di rumah orang tua dari pihak ayah atau pihak ibu kita, jika keluarga asal ayah ibu masih ada. Nah, jika hal seperti itu dilakukan dari minggu ke minggu maka banyak hal dapat dialami dalam pertemua kita dengan keluarga sendiri atau keluarga dengan embahnya sekaligus. Soal pola, dapat menggunakan bentuk yang variatif. Hasil pertemuannya, bisa menambah aspek keilmuan dalam keluarga, bersumber dari pengetahuan juga bisa dari pengalaman. 

Pada pertemuan keluarga di hari Sabtu yang terencana baik, banyak membuahkan pengalaman. Pengalaman bagi keluarga kecil, akan memiliki banyak berkesempatan kemampuan bertanya dan menjelaskan untuk meningkatkan pengalaman keluarga dari waktu ke waktu. Bagi keluarga beranak agak banyak, pengalaman itu dapat saling memperkaya pengalaman bersama yang lain guna semakin matang menjalankan kehidupan. Dan bagi keluarga yang sudah lebih lama, hingga yang keluarganya yang sudah beranak pihak, bercucu dan seterusnya, pertemuan itu bisa lebih fungsional, bagi menciptakan keluarga yang sejahtera dan bahagia menuju masa depan.

Yang layak diingat, bahwa keluarga adalah fundasi dasar bagi negara negara yang ideal. Keberhasilan dalam arti lancar aktivitas dan suksesnya keluarga dari waktu ke waktu, menjadi barometer bagi sosok suatu negara di dalam kenyataan kehidupan kini dan ke depan (Erfan Subahar).   

   

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *