Menulis di Koran Wawasan, “Spirit Maulid Nabi Muhammad Saw”
Oleh: Moh. Erfan Soebahar
Nabi Muhammad saw adalah utusan Tuhan untuk rahmat bagi seluruh alam. Untuk itu Allah Swt berfirman: wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil’alamin. ‘Tidak Kami utus engkau Muhammad kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.’ Bukti tinggalan misi rahmat bagi dunia itu di masa kini, beliau meninggalkan dua warisan utama; dua panduan pokok yaitu Kitabullah ‘Al-Qur’an’ wa Sunnata Rasulih ‘Hadis Nabi’, seperti beliau nyatakan dalam sabda Nabi saw.
Dua tinggalan itu pada masa sekarang sudah menjadi fakta nyata bagi dunia. Fakta Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang terdiri atas 30 juz, 114 surah, berisi 6.236 ayat, sedangkan fakta Hadis sudah dibukukan dalam 10 kitab hadis standard (kutub al-‘asyrah) ada juga yang dekat standard, dan banyak hadis nukilan seperti kitab hadis Arbain, Riyadus shalilin, dan Bulughul Maram. Belum lagi kitab-kitab yang saat ini sudah digali dari ayat-ayat kauniyah ‘alam semesta,’ yang dapat dipetik manfaatnya bagi dunia ilmu pengetahuan.
Maulid dan Spirit
Menjelang penghujung 2016 rahmat di seputar Maulid Nabi saw, sudah memperoleh momentum yang utuh. Dengan keluarnya pandangan Pemerintah Saudi Arabia yang mengejutkan dunia: bahwa Peringatan Maulid Nabi saw dinilai sebagai amal shalih. Maka spiririt Maulid yang dahulu ditarik-tarik ke berbagai kutub, kini makin fokus menuju makna kelahiran Nabi saw yang mendongkrak spirit umat.
Fakta ini tidak hanya untuk dibaca, bahwa pada setiap datang bulan Maulud kita mesti selamatan. Melainkan, pembacaan umat terhadap kitab Barzanji atau Simtudz Dzurar, atau kita sejenisnya mesti diarahkan kepada pembacaan sikap, ketrampilan, dan peningkatan wawasan umat untuk maju di masa kini dan masa depan.
Selain untuk mempermantap sikap, ketrampilan, dan wawasan umat, peringatan maulid Nabi saw dapat meningkatkan setidaknya empat spirit, guna dipersegar dan tidak boleh padam. Pertama spirit kegamaan. Dalam konteks ini, melalui peringatan maulid Nabi saw, umat Islam yang menganut ajaran yang dibawa Nabi saw mesti dibawa ke pemahaman Islami yang sejalan dengan pesan Quran dan hadis serta tetap membawa rahmat seperti yang diteladankan Nabi saw. Kehidupan umat di mana pun mereka berada dibawa ke semangat mempermakmur negara; kuat menggalang persatuan dan kesatuan, mantap beribadah dan membina lingkungan dengan biasa berbuat hidup rukun dan membangun hingga menjadi umat kuat dan damai.
Kedua spirit membaca. Spirit ini merupakan spirit yang sejak awal telah ditanamkan dalam Islam, sebab ayat yang pertama diwahyukan kepada Nabi saw di Gua Hira adalah tentang kewajiban membaca. Adanya pembacaan kitab Barzanji dan semacamnya pada setiap bulan Maulud, mestilah dijadikan inspirasi untuk meningkatkan daya baca umat. Maka jika spirit membaca kini banyak hilang di dunia Islam, mestilah ia senantiasa dihidup-hidupkan di dalam kenyataan harian. Setidaknya pembacaan kita diarahkan kepada membaca ayat-ayat Qur’aniyah yaitu membaca Quran dan hadis, serta membaca ayat-ayat kauniyah berupa membaca alam semesta.
Ketiga spirit pelayanan. Pemimpin dimana pun, baik di lingkungan unit terkecil seperti keluarga ataupun di lingkungan luas seperti wilayah perkotaan atau negara pada dasarnya adalah memberi pelayanan yang terbaik. Rakyat atau penduduk dapat menjadi sejahtera, adil, dan makmur, tidak dapat dilepaskan dari layanan yang baik dari pihak yang memegang kekuasan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Sebab, pe- mimpin suatu komunitas atau umat pada dasarnya adalah pelayan umat itu untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan bersama.
Keempat spirit kejuangan. Hidup yang diajarkan oleh Nabi saw adalah berjuang, yakni melakukan aktivitas berupa kegiatan, kerja, atau beramal dalam mengisi hidup. Aktivitasnya berupa mengisi hari demi hari dengan berbuat, bekerja, dan amal-amal yang manfaat, sehingga antara individu yang satu dengan yang lain, laksana berlomba untuk menjadi yang paling dapat memberi manfaat bagi kehidupan.
Pada akhirnya, memperingati Maulid Nabi saw selain untuk hidup selamat juga untuk hidup bersama dengan spirit tangguh. Spiritnya bisa terjelma jika dimulai dengan niatan positif dalam hidup di pelbagai lapisan umat: menjelmakan rasa syukur dengan berbuat yang manfaat, siap maju bersama, dengan tanpa menyepelekan siapapun yang hidup bersama sekarang dan ke depan.[Ketua MUI Kota Semarang]
Tulisan ini dimuat di rubrik mimbar Jum’at, Koran Pagi Wawasan; Semarang, 16 Desember 2016.