Menulis: Mengisi Aktivitas Harian yang Dapat Berbobot Ganda

Menulis adalah kegiatan yang banyak disuka, terutama oleh kalangan yang sehari-harinya bergerak dalam aktivitas berkait dengan pengalaman dan keilmuan. Bagi mereka, terutama yang sudah banyak mengenyam dunia pendidikan dan pengalaman melakukan aktivitas tulis, maka memasuki kehidupan harian dengan menulis biasanya lebih mudah dilakukan. Apalagi bagi mereka yang memang bertugas menyebarkan ilmu dengan mengajar, maka aktivitas ini lebih mempermudah mereka lakukan.

Dalam kehidupan sehari-hari, paling tidak ada dua aktivitas yang dapat membawa mudah tersalurkan kesibukannya dalam hal tulis-menulis ini, yaitu melakukan dakwah dan mengajar.

Dakwah

Berdakwah adalah tugas berkait dengan kesadaran hidup beragama yang membawa seseorang terhubung dengan Sang Pencipta yang menghebatkan hambaNya. Dengan berdakwah, seseorang dapat menebarkan kebaikan dan petunjuk yang dialaminya kepada makhluk alam semesta atau sesama hamba Allah guna membujab kecerahan bagi pihak lain dengan mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tugas ini dapat disebarkan dengan banyak cara antara lain dengan cara menuliskannya.

Melalui tulisan, seorang da’i yang bisa dapat membimbing pengalaman rohaniah mad’unya, sesuai dengan bimbingan yang diterima-Nya dari sang Pencipta dan Pengukit jagat raya ini. Dan tentu dengan usahanya, banyak pihak bisa sambung pengalaman dirinya dengan kekuatan yang menghebat kan yaitu kekuatan Rabb al-Alamin, Allah Swt. Jelasnya, dengan melalui maka mad’u menjadi selamat hidup, selain di dunia juga di akhirat.

Pendidikan

Tugas mendidikan, akan lebih banyak melekat jika dilakukan dengan cara menuliskannya. Mendidik ternyata banyak caranya, selain dapat menggunakan media lisan, juga bisa dengan tulisan. Pendiidik yang menulis memiliki beda yang sering mengangkat dirinya benar-benar berbeda dengan pendidik lainnya.

Contoh riil adalah dua imam besar kita yang rajin menulis. Dengan kerajinannya yang tidak mengenal lelah, dunia mengenangnya berlipat dari ukuran usianya. Bahkan, sekalipun beliau sudah lama wafat meninggalkan kita, dengan membaca karyanya, seolah beliau masih ada bersama kita. Tulisannya menjadi penyambung panjang keberadaannya di dunia ini. Terlebih kitab yang beliau tulis jumlahnya di atas dua puluh kitab. Kehadirannya sungguh benar-benar sulit dilihat dari pengalaman empirik yang terbatas cakrawalanya.

Buah Pengalaman

Pengalaman dalam menempuh kehidupan adalah bahan yang kaya untuk ditulis. Sejak pengalaman masa kecil, bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat di pelbagai bidang: pendidikan, karir, jaringan, kerja-kerja kolektif. Semua ini berisi bahan yang sangat kaya untuk ditulis. Dan tentu, seorang penulis yang banyak bergaul, pengalamannya lebih padat yang juga variatuf. Buah mengalamannya akan dapat ditampilkan dengan apik di sela-sela tulisannya dengan beraneka gaya. Isinya akan meliputi seluas medan gaulnya di dalam semesta ini dalam pelbagai tahap kehidupan.

Menulis di hati

Menulis tidak selamanya langsung bisa dilakukan di pelbagai tempat. Namun, itu bukan berarti aktivitas ini tidak perlu dilakukan. Dalam hal demikian, sebagai seorang penulis ada baiknya kita memiliki seni menulis atau bersiasat. Sebelum langsung menuangkan tulisan, kalau kita mau, banyak kalangan yang membiasakan cara ringan agar dirinya tetap dapat ditulis. Sekalipun tidak di saat itu juga. Dirinya menunda nulis, tetapi menulisnya begitu sudah siap tempat untuk menulis. Selalu siap: mengingat-ingat apa judul yang akan ditulisnya; juga menyiapkan bagian-bagian dari paragrapnya dalam dua atau tiga sub atau lebih ; selanjutnya ia menuangkan bagian-bagian itu menjadi tulisan jadi yang ditulis secara gigih dan kemauan atau tenaga besar, sehingga benar-benar wujud tulisan selesai. Lalu diberi penutup, yang tidak mesti dalam bentuk pola formal yang kita sesuaikan dengan model tulisan yang sejalan dengan artikel yang kita sajikan dalam tulisan kita (Erfan Subahar).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *