Menyaksikan “Debat” Balon Dekan FITK Semarang
Senin Pagi, 25 Agustus 2014, civitas akademika FITK diundang untuk acara khas bagi calon pimpinan fakultas. Acaranya dikemas dalam bentuk forum “debat” kandidat. Debat diberi tanda petik, karena ia tidak berlangsung dalam kondisi benar-benar debat tetapi berupa penyampaian Visi Misi Bakal Calon Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Acaranya berlangsung dalam dua tahap yaitu pembukaan lalu ber lanjut dengan acara inti: Penyampaian Visi Misi Bakal Calon (Balon) Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Walisongo Semarang.
Acara Pembukaan
Dalam acara pembukaan, setelah acara dibuka oleh MC, ia dilanjutkan dengan laporan Ketua Panitia oleh Sdr Ahmad Muthahar, M.Ag. Setelah pengisian berikutnya dengan sambutan Dekan FITK IAIN Walisongo Dr. H. Sudja’i, M.Ag., acara diakhiri dengan doa yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. M. Erfan Soebahar, M.Ag. Keseluruhan acara pembukaan itu berlangsung sekitar 35 menit.
Penyampaian Visi Misi Balon Dekan
Penyampaian acara ini dikemas cukup rapi, namun tidak berupa forum debat seperti layaknya forum debat Capres. Acara yang dimoderatori oleh Dr. Muchyar Fanani, M.Ag. itu, disusun dalam 4 tahap yaitu: penyampaian Visi Misi Balon Dekan, tanggapan panelis yang dilanjutkan dengan tanya jawab, jawaban Balon Dekan, diakhiri dengan pantun dan penutup.
1. Penyampaian Visi Misi Balon Dekan
Maju ke dalam forum balon dekan pada hari Senin itu adalah Dr. Fatah Syukur, MAg., Dr. Darmu’in, M.Ag., Dr. Muslih, M.A., dan Dr. Raharjo, M.Ed.St. Dr. Fatah Syukur menyebut bahwa dalam kaitan ke depan, kita perlu melihat perguruan tinggi yang ada di Universitas Nagoya Jepang dan yang ada di Malaysia seperti Universitas Kebangsaan Malausia, bagi mengantisipasi perkembangan. Dr. Darmuin menyebut-nyebut tentang perlunya menekankan kebersamaan dan kerukunan dalam pengelolaan FITK ke depan. Dr. Muslih, M.A., yang lulusan Leiden Belanda itu menyebut-nyebut kemungkinan program yang bisa dijalin dalam kerjasama ke depan. Sedangkan Pak Dr Raharjo, M.Ed St, selain membaca SDM yang dimiliki dan kemungkinann pengelolaannya ke depan, juga melihat kepentingan kerjasama akademik ke depan yang bisa dijalin oleh FITK dengan PT luar negeri.
2. Tanggapan Panelis
Setelah tiba giliran para panelis, masing-masing menyampaikan tanggapannya. Prof. Djamaluddin Darwis, M.A. menyampaikan tanggapan, “Bahwa harum Islamnya kurang terasa di dalam penyampaian visi misi.” Tidak hanya itu, “Teks Line,” sebagai suatu yang menyentuh hati bagi kita untuk melaksanakan sesuatu yang ada di kampus ini (sekiranya ada suatu kekurangan) juga mestinya perlu tampak menurutnya. Prof Djamal, begitu biasa dipanggil, juga mengajukan pertanyaan, “Apa nama lembaga yang ditangani oleh PBB di bidang pendidikan?”
Prof. Amin Syukur, banyak menanggapi visi misi balon dekan dari apa yang sudah secara normatif kita maklumi. Misalnya dari sudut: ana rego ana rupa, ‘ada harga ada rupa’ dalam melihat visi misi ke depan. Juga dari ungkapan Mantan Menteri Agama, Prof. Mukti Ali: “Pesantren bisa menciptakan manusia salih tapi tidak pinter, sedang perguruan tinggi dalam dapat meniptakan orang pinter tapi tidak shaleh.”
Prof. Ahmad Rofik, menyebut apa yang belum disinggung oleh para balon dekan yaitu: belum ada yang menyentuh kepemimpinan yang ideal. Juga disinggung, bahwa ke depan kira-kira soal pendidikan dapat dilihat seperti apa? Dst.
3. Jawaban: Saya adalah yang tertua dari Balon ini
Dr. Darmuin yang sempat menyampaikan kata-kata, “Ia saya adalah orang yang tertua dalam kesempatan ini.” Tampaknya, ke arah dia ke depan, bintang FITK itu akan berpihak di era dimana orang-orang tua kurang begitu dilihat dalam kesempatan ini.
Pengantar dan Penutup
Dr. Muchyar, yang punya kekhasan bicara dengan jedah yang jelas. Memimpin acara itu dengan sela-sela gurauan yang pas. Selain faktor spontanitasnya cukup menggelitik, penyampaian pantunnya cukup bagus, dan disiapkan dengan cukup banyak, sehingga stok pantun Pak Muchyar terasa cukup untuk menyegarkan suasana dalam acara kita.
Di acara penyampaian visi misi FITK kali ini memang tidak ada acara debat, seperti yang biasa diungkap ketika pemilihan Walikota, Gubernur, atau Presiden. Mungkin karena jabatan di perguruan tinggi itu adalah tugas tambahan, dan bukan tugas pokok para dosen.
Dapat disusulkan di sini, bahwa beberapa hari setelah acara di atas; ketika berlangsung acara Pemilihan Dekan, Rabu, 27 Agustus 2014, terpilih Dr. Darmuin, M.Ag. sebagai balon jadi dengan dukungan suara 20 orang. Sementara lainnya, Dr. Raharjo memperoleh 2 suara, sedangkan Dr. Fatah Syukur, M.Ag.dan Dr, Muslih, M.A. masing-masing mendapat dukungan satu suara (Erfan).